Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Kanon Alkitab

Kanon Alkitab, atau kanon Kitab Suci,[1] adalah suatu daftar kitab yang dianggap sebagai kitab suci yang berwibawa atau otoritatif oleh komunitas keagamaan tertentu. Kata "kanon" berasal dari bahasa Yunani Kuno κανών, yang berarti "mistar" atau "tongkat pengukur". Istilah tersebut pertama kali dicetuskan oleh umat Kristen untuk merujuk pada kitab suci, tetapi gagasan tersebut dikatakan berasal dari umat Yahudi.[2] Kanon Alkitab dapat juga dipahami sebagai sebuah daftar kitab yang menjadi "standar" atau "aturan" yang bersifat normatif bagi umat.[3]

Sebagian besar kanon yang tercantum dalam artikel ini dianggap sudah "ditutup", yaitu tidak ada penambahan atau pengurangan kitab lagi.[4] Sehingga mencerminkan keyakinan bahwa wahyu umum telah berakhir dan karenanya teks-teks yang terinspirasi tersebut dapat dikumpulkan menjadi suatu kanon yang lengkap dan otoritatif, yang mana Bruce M. Metzger mendefinisikannya sebagai "sebuah kumpulan yang otoritatif dari kitab-kitab". Sebaliknya, suatu "kanon terbuka", yang mana memungkinkan penambahan kitab melalui proses dari wahyu yang berkelanjutan, didefinisikan Metzger sebagai "sebuah kumpulan kitab-kitab otoritatif".[5]

Semua kanon tersebut telah dikembangkan selama berabad-abad dan melalui proses diskusi yang rumit,[6] lalu kesepakatan dibuat oleh otoritas-otoritas keagamaan dari keyakinan mereka masing-masing. Umat menganggap kitab-kitab kanonik diinspirasikan oleh Allah atau mengungkapkan sejarah yang berwibawa tentang hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Kitab-kitab seperti "Injil Kristen–Yahudi" telah dikeluarkan seluruhnya dari kanon; namun banyak kitab yang diperdebatkan, yang dianggap non-kanonik atau bahkan apokrif oleh beberapa kalangan, dipandang sebagai apokrifa Alkitab atau Deuterokanonika atau sepenuhnya kanonik oleh kalangan lainnya.

Ada perbedaan-perbedaan antara Tanakh Yahudi dan kanon Alkitab Kristen, dan antara berbagai kanon dalam denominasi Kristen yang berbeda. Perbedaan kriteria dan proses kanonisasi menentukan apa yang dianggap berbagai komunitas tersebut sebagai kitab suci yang terinspirasi. Dalam beberapa kasus di mana terdapat beragam tingkatan inspirasi kitab suci, sungguh bijak untuk membahas teks-teks yang hanya memiliki status ditinggikan di dalam suatu tradisi tertentu. Hal ini menjadi lebih kompleks ketika mempertimbangkan kanon terbuka dari berbagai aliran Orang Suci Zaman Akhir — yang dapat dipandang sebagai perluasan dari Kekristenan dan Yudaisme — dan wahyu kitab suci yang konon diberikan selama kurun waktu beberapa tahun kepada sejumlah pemimpin gerakan tersebut.

Kanon Yahudi

Yudaisme Rabinik

Yudaisme Rabinik (bahasa Ibrani: יהדות רבנית‎) mengakui 24 kitab dari Teks Masoret, dan umumnya disebut Tanakh (bahasa Ibrani: תַּנַ"ךְ‎) atau Alkitab Ibrani.[7] Terdapat bukti yang mendukung pendapat bahwa proses kanonisasi terjadi antara 200 SM dan 200 M, dan suatu pandangan yang populer adalah Torah (Taurat) dikanonisasi ca 200 SM, Para nabi ca 200 SM, dan Tulisan-tulisan ca 100 M[8] mungkin pada suatu konsili hipotetis di Yamnia —namun semakin banyak kritikan atas pandangan ini oleh para akademisi modern.[9][10][11][12][13] Menurut Marc Zvi Brettler, kitab-kitab suci Yahudi selain Taurat dan para Nabi tidaklah tetap, karena masing-masing kelompok yang berbeda melihat kewibawaan dalam kitab-kitab yang berbeda.[14]

Sebuah gulungan naskah Kitab Ester, salah satu dari kelima megillot Tanakh.

Kitab Ulangan memuat suatu larangan untuk melakukan penambahan atau pengurangan (Ulangan 4:2, 12:32) yang mungkin saja berlaku pada kitab itu sendiri (yaitu suatu "kitab tertutup", larangan terhadap penyuntingan tulisan di kemudian hari) atau pada perintah yang diterima Musa di Gunung Sinai.[15] Kitab 2 Makabe (bukan bagian dari kanon Yahudi) menguraikan bahwa Nehemia (ca 400 SM) "menyusun sebuah perpustakaan dengan mengumpulkan berbagai buku tentang para raja dan para nabi, karangan-karangan Daud dan surat-surat para raja mengenai sumbangan-sumbangan bakti" (2 Makabe 2:13).

Kitab Nehemia menunjukkan bahwa Ezra (seorang imam dan ahli kitab) mengembalikan Torah dari Babilonia ke Yerusalem dan Bait Kedua pada kurun waktu yang sama. Baik Kitab 1 Makabe maupun 2 Makabe menunjukkan bahwa Yudas Makabe (ca 167 SM) juga mengumpulkan kitab-kitab suci (1 Makabe 3:42–50, 2 Makabe 2:13–15, 2 Makabe 15:6–9), karenanya beberapa akademisi berpendapat bahwa kanon Yahudi ditetapkan oleh dinasti Hashmonayim.[16] Namun sumber primer ini tidak menunjukkan kesan bahwa kanon "ditutup" pada waktu itu, dan tidak terdapat kejelasan bahwa kitab-kitab suci ini identik dengan yang kemudian menjadi bagian dari kanon tersebut.

Selain Tanakh, Yudaisme Rabinik arus utama juga memandang Talmud (bahasa Ibrani: תַּלְמוּד‎) sebagai teks sentral lainnya yang otoritatif. Talmud merupakan suatu catatan diskusi para rabi yang berkaitan dengan sejarah, adat istiadat, filsafat, etika, dan hukum Yahudi. Talmud terdiri dari dua komponen: Mishnah (ca 200 M), yaitu ringkasan tertulis yang pertama dari Hukum lisan Yudaisme; dan Gemara (ca 500 M) yang berisikan penjelasan dari Mishnah dan tulisan-tulisan Tannaitik terkait, yang mana sering kali bersinggungan dengan topik lainnya dan menguraikan Tanakh secara luas. Ada terdapat banyak kutipan dari Sirakh di dalam Talmud, meskipun kitab tersebut pada akhirnya tidak diterima dalam kanon Ibrani.

Talmud merupakan dasar dari semua kitab hukum rabinik dan sering dikutip dalam literatur rabinik lainnya. Kelompok Yahudi tertentu, seperti Yahudi Karait, tidak menerima Hukum lisan sebagaimana yang dikodifikasikan di dalam Talmud dan hanya memandang Tanakh sebagai satu-satunya yang berwibawa.

Beta Israel

Kaum Yahudi Ethiopia, atau Beta Israel (Ge'ez: ቤተ እስራኤል—Bēta 'Isrā'ēl), memiliki sebuah kanon kitab suci yang berbeda dengan Yudaisme Rabinik. Mäṣḥafä Kedus (Kitab-kitab Suci) adalah nama literatur keagamaan dari kaum Yahudi ini, yang mana utamanya ditulis dalam bahasa Ge'ez. Kitab tersuci mereka, Orit, terdiri dari Pentateukh, serta Yosua, Hakim-hakim, dan Rut. Kitab lainnya dari kanon Yahudi Ethiopia dianggap memiliki tingkat kepentingan kedua atau sekunder. Kanon tersebut terdiri dari kitab-kitab lainnya dari kanon Ibrani, mungkin selain Kitab Ratapan, dan berbagai kitab deuterokanonika. Kitab-kitab ini misalnya Sirakh, Yudit, Tobit, 12 Esdras, 1 dan 4 Barukh, tiga kitab Makabian, Yobel, Henokh, Perjanjian Abraham, Perjanjian Ishak, dan Perjanjian Yakub. Ketiga perjanjian patriarkal yang terakhir disebutkan tersebut berbeda dengan tradisi kitab suci ini.[17]

Tulisan-tulisan keagamaan tingkat ketiga yang penting bagi kaum Yahudi Ethiopia, namun tidak dianggap sebagai bagian dari kanon, antara lain meliputi: Nagara Muse (Percakapan Musa), Mota Aaron (Wafatnya Harun), Mota Muse (Wafatnya Musa), Te'ezaza Sanbat (Aturan Sabat), Arde'et (Para Murid), Apokalipsis Gorgorios, Mäṣḥafä Sa'atat (Kitab Harian), Abba Elias (Bapa Elia), Mäṣḥafä Mäla'əkt (Kitab Para Malaikat), Mäṣḥafä Kahan (Kitab Para Imam), Dərsanä Abrəham Wäsara Bägabs (Homili tentang Abraham dan Sara di Mesir), Gadla Sosna (Kisah Susana), dan Baqadāmi Gabra Egzi'abḥēr (Pada Mulanya Allah Menciptakan). Selain kitab-kitab ini, Zëna Ayhud (Josippon versi Ethiopik) dan perkataan dari berbagai fālasfā (filsuf) merupakan sumber-sumber yang belum tentu dianggap suci, tetapi tetap memiliki pengaruh yang besar.

Kanon Samaria

Ada versi lain dari Torah (Pentateukh, Taurat), dan ditulis dengan alfabet Samaria. Teks ini dikaitkan dengan orang Samaria (bahasa Ibrani: שומרונים‎, bahasa Arab: السامريون), suatu suku bangsa yang mana Jewish Encyclopedia mendeskripsikannya: "Sejarah mereka sebagai suatu komunitas yang berbeda dimulai dengan dikuasainya Samaria oleh orang Asyur pada tahun 722 SM." [18]

Gulungan Abisha, gulungan naskah tertua di kalangan orang Samaria di Nablus.

Hubungan antara Torah Samaria dengan Teks Masoret masih dalam perdebatan. Ada beberapa perbedaan kecil, seperti perbedaan usia orang-orang yang disebutkan dalam silsilah; sedangkan yang lainnya merupakan perbedaan besar, seperti adanya suatu perintah untuk bermonogami, yang mana hanya terdapat dalam versi Samaria. Yang lebih penting, teks Samaria menyimpang dari Masoretik dengan menyatakan bahwa Musa menerima Sepuluh Perintah Allah di Gunung Gerizim, bukan di Gunung Sinai, dan di atas Gunung Gerizim inilah pengorbanan kepada Allah harus dilakukan —bukan di Yerusalem. Meski demikian para akademisi tetap mencari keterangan dalam versi Samaria ini dalam upaya untuk mengetahui makna dari teks-teks Torah asli, serta untuk melacak perkembangan dari berbagai rumpun teks. Beberapa gulungan naskah di antara berbagai gulungan naskah Laut Mati telah diidentifikasi sebagai jenis teks Pentateukh proto-Samaritan.[19]

Kaum Samaria memandang Torah sebagai kitab suci yang terinspirasi (atau terilhami), tetapi tidak menerima bagian-bagian lain dari Alkitab —mungkin posisi yang sama juga dipegang oleh kaum Saduki.[20] Mereka tidak memperluas kanon mereka dengan menambahkan suatu komposisi Samaritan apa pun. Ada Kitab Yosua Samaritan, namun ini merupakan suatu kronik populer yang ditulis dalam bahasa Arab dan tidak dianggap sebagai kitab suci. Teks keagamaan Samaritan non-kanonik yang lain misalnya Memar Markah (Pengajaran Markah) dan Defter (Buku Doa) —keduanya berasal dari abad ke-4 atau kemudian.[21]

Mereka yang merupakan keturunan Samaria di Israel/Palestina zaman modern mempertahankan Taurat versi mereka sebagai kanonik sepenuhnya dan berwibawa.[22] Mereka menganggap diri mereka sebagai "para penjaga Hukum" yang sejati. Penegasan ini ditekankan kembali semata-mata oleh klaim dari komunitas Samaria di Nablus (suatu daerah yang secara tradisi dikaitkan dengan kota kuno Sikhem) untuk memiliki salinan Torah yang paling tua dan masih terlestarikan —yang mereka yakini ditulis oleh Abisha, seorang cucu Harun.[23]

Kanon Alkitab Kristen

Gereja perdana

Komunitas Kristen tertua

Meskipun Gereja perdana menggunakan Perjanjian Lama berdasarkan kanon Septuaginta (LXX),[24] mungkin sebagaimana ditemukan dalam Daftar Bryennios atau daftarnya Melito, para Rasul tidak mewariskan suatu set ketetapan tentang kitab-kitab suci baru; sebaliknya, Perjanjian Baru berkembang dari waktu ke waktu.

Tulisan-tulisan terkait para rasul telah tersebar di kalangan komunitas-komunitas Kristen paling awal. Surat-surat Paulus beredar dalam bentuk-bentuk yang sudah terkumpulkan pada akhir abad ke-1 M. Yustinus Martir, pada awal abad ke-2, menyebutkan tentang "memoar para Rasul", yang mana umat Kristen (bahasa Yunani: Χριστιανός) menyebutnya "injil", dan secara otoritatif dianggap setara dengan Perjanjian Lama.[25]

Daftarnya Marsion

Marsion dari Sinope merupakan seorang pemimpin Kristen pertama dalam catatan sejarah (meski kemudian dipandang sesat) yang mengusulkan dan mengutarakan suatu kanon Kristen yang unik (ca 140 M).[26] Daftarnya memuat 10 surat dari Rasul Paulus, serta sebuah versi Injil Lukas yang saat ini dikenal sebagai Injil Marsion. Dengan demikian ia telah membentuk suatu cara tertentu dalam memandang teks-teks keagamaan, yang hingga kini menetap dalam pemikiran Kristen.[27]

Setelah Marsion, umat Kristen mulai memisahkan teks-teks yang selaras dengan "kanon" (tongkat pengukur) dari pemikiran teologis yang dapat diterima dan teks-teks yang memicu penyesatan. Hal ini memainkan peranan utama dalam menuntaskan struktur dari kumpulan karya-karya yang disebut Alkitab. Ada pendapat bahwa desakan awal bagi proyek kanonisasi dari kalangan Kristen proto-ortodoks berawal dari perlawanan terhadap kanon yang diusulkan oleh Marsion.[27]

Bapa Apostolik

Sebuah kanon empat injil (Tetramorf) dinyatakan oleh Ireneus dalam kutipan berikut: "Adalah tidak mungkin jumlah Injil dapat lebih banyak atau lebih sedikit dari yang ada. Sebab ada empat penjuru bumi di mana kita hidup, dan ada empat mata angin utama, sementara Gereja tersebar di seluruh dunia, serta 'pilar dan dasar' dari Gereja adalah Injil dan Roh kehidupan. Maka sudah sepatutnya Gereja memiliki empat pilar yang memberi nafas keabadian di setiap penjuru, dan memberi hidup kembali pada manusia... Oleh karenanya Injil selaras dengan hal-hal ini... Sebab makhluk hidup memiliki empat aspek dan Injil memiliki empat aspek... Karena itu semua orang yang menghancurkan bentuk Injil ini adalah sia-sia, tidak terpelajar, dan juga lancang; [yaitu] mereka yang menyatakan aspek-aspek Injil lebih banyak, atau, di pihak lain, lebih sedikit dari yang telah disebutkan sebelumnya."[28]

Selembar folio dari P46; sebuah koleksi awal abad ke-3 dari Surat-surat Paulus.

Pada awal abad ke-3, teolog Kristen seperti Origen dari Aleksandria mungkin telah menggunakan (atau setidaknya telah akrab dengan) 27 kitab yang sama dengan yang terdapat dalam edisi-edisi Perjanjian Baru modern, meskipun masih ada pertentangan atas kanonisitas beberapa tulisan tersebut (lihat pula Antilegomena).[29] Demikian pula dari sekitar abad ke-2, fragmen Muratori menunjukkan bahwa ada satu set tulisan-tulisan Kristen yang agak mirip dengan apa yang sekarang menjadi Perjanjian Baru, yang mana mencakup keempat Injil dan menentang keberatan atasnya.[30] Jadi, sementara ada suatu ukuran yang baik tentang perdebatan dalam Gereja perdana atas kanon Perjanjian Baru, tulisan-tulisan penting tersebut telah diterima oleh hampir semua kalangan Kristen pada pertengahan abad ke-3.[31]

Gereja Timur

Bapa Gereja Aleksandria

Origen dari Aleksandria (184/5-253/4), salah seorang cendekiawan mula-mula yang terlibat dalam kodifikasi kanon Alkitab, memiliki latar belakang pendidikan yang baik dalam teologi Kristen maupun filsafat paganisme, namun secara anumerta dikutuk dalam Konsili Konstantinopel II tahun 553 karena beberapa ajarannya dianggap sesat. Kanon yang diajukan Origen mencakup semua kitab dalam kanon Perjanjian Baru saat ini kecuali empat kitab: Surat Yakobus, Surat Petrus yang Kedua, Surat Yohanes yang Kedua dan Ketiga.[32]

Ia juga memasukkan Gembala Hermas yang mana kemudian ditolak. Bruce M. Metzger, seorang akademisi keagamaan, menjelaskan upaya yang dilakukan Origen dengan mengatakan, "Proses kanonisasi yang direpresentasikan oleh Origen dilanjutkan dengan cara seleksi, beranjak dari banyak kandidat untuk disertakan lebih sedikit."[33] Hal ini merupakan upaya besar pertama untuk menyusun berbagai surat dan kitab tertentu sebagai ajaran yang terinspirasi dan berwibawa bagi Gereja perdana pada saat itu, meskipun tidak ada kejelasan apakah Origen menganggap daftarnya berwibawa bagi dirinya sendiri.

Dalam surat Paskah yang ditulisnya pada tahun 367, Patriark Athanasius dari Aleksandria memberikan sebuah daftar kitab yang persis sama dengan apa yang menjadi 27 kitab protokanonik Perjanjian Baru,[34] dan menggunakan ungkapan "yang dikanonisasi" (kanonizomena) berkenaan dengan kitab-kitab tersebut.[35] Athanasius juga memasukkan Kitab Barukh dan Surat Nabi Yeremia dalam kanon Perjanjian Lama yang diajukannya. Namun ia mengeluarkan Kitab Ester dari kanon ini.

Kanon-kanon Timur

Gereja-gereja Timur secara umum memiliki firasat yang lebih lemah dibandingkan dengan Barat berkenaan dengan kebutuhan untuk membuat suatu gambaran yang jelas terkait kanon Alkitab. Mereka lebih sadar akan adanya tingkatan kualitas rohaniah di antara kitab-kitab yang mereka terima (misalnya klasifikasi dari Eusebius; lihat pula Antilegomena) dan lebih jarang menegaskan bahwa kitab-kitab yang mereka tolak tidak memiliki kualitas rohaniah sama sekali. Sebagai contoh Konsili Quinisextum tahun 692, yang mana ditolak oleh Paus Sergius I[36] (lihat pula Pentarki), mengesahkan kanonisitas daftar-daftar tulisan berikut ini: Kanon Para Rasul (ca 385), Konsili Laodikia (ca 363), Konsili Kartago yang Ketiga (ca 397), dan Surat Paskah Athanasius yang ke-39 (367).[37] Dan selanjutnya daftar-daftar ini tidak disepakati. Demikian pula kanon-kanon Perjanjian Baru dari Gereja Suriah, Armenia, Georgia, Koptik Mesir, dan Ethiopia memiliki beberapa perbedaan kecil antara satu dengan yang lainnya.[38] Wahyu kepada Yohanes dikatakan sebagai salah satu kitab yang paling tidak pasti; di Timur, khiliasme dan Montanisme membuatnya dicurigai;[39] kitab tersebut tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Georgia sampai dengan abad ke-10, dan tidak pernah dimasukkan dalam leksionari resmi Gereja Ortodoks Timur sejak zaman Bizantium hingga saat ini.

Gereja Barat

Bapa Gereja Latin

Konsili pertama yang memberlakukan kanon Katolik seperti yang sekarang ini (Kanon Trente) mungkin adalah Sinode Hippo, di Afrika Utara, pada tahun 393. Sebuah ringkasan singkat tentang riwayat konsili tersebut dibacakan dan diberlakukan oleh Konsili Kartago pada tahun 397 dan 419.[40] Konsili-konsili ini berada di bawah pengaruh Agustinus dari Hippo, yang menganggap kanon tersebut ditutup sejak saat itu.[41] Konsili Roma tahun 382 di bawah otoritas Paus Damasus I, di mana Decretum Gelasianum dianggap berkaitan dengan konsili ini, mengeluarkan sebuah kanon Alkitab yang identik dengan yang disebutkan di atas,[34] atau, jika tidak, daftar tersebut sekurang-kurangnya merupakan kompilasi dari abad ke-6.[42] Penugasan oleh Paus Damasus I untuk mengerjakan Alkitab edisi Vulgata berbahasa Latin, ca 383, memiliki peranan penting dalam penetapan kanon di Barat.[43]

Dalam sebuah surat (ca tahun 405) kepada Eksuperius, seorang uskup dari Toulouse, Paus Innosensius I menyebutkan kitab-kitab suci yang telah diterima dalam kanon.[44] Ketika para uskup dan konsili ini berbicara tentang hal tersebut, mereka dipandang tidak mendefinisikan sesuatu yang baru, melainkan "mengesahkan apa yang telah menjadi pemikiran Gereja."[45] Sejak abad ke-4 telah ada suara bulat di Kekristenan Barat mengenai kanon Perjanjian Baru sebagaimana adanya saat ini.[46] Sementara pada abad ke-5 di Kekristenan Timur, dengan sedikit pengecualian, telah menerima Kitab Wahyu dan karenanya — sehubungan dengan kanon Perjanjian Baru — berada dalam keselarasan dengan Barat.[47]

Konsili Firenze

Halaman daftar isi dalam Alkitab Raja James lengkap 80 buku, mendaftarkan "Kitab-Kitab Perjanjian Lama", "Kitab-Kitab yang Disebut Apokrifa", dan "Kitab-Kitab Perjanjian Baru"

Sebelum Reformasi Protestan, Konsili Firenze (1439–1443) diadakan. Dengan persetujuan konsili ekumenis ini, Paus Eugenius IV (menjabat 1431–1447) mengeluarkan beberapa bulla kepausan (dekrit-dekrit) dengan tujuan memulihkan gereja-gereja Timur, yang dianggap Gereja Katolik sebagai badan-badan yang skismatis, kepada persekutuan dengan Roma. Para teolog Katolik menganggap dokumen-dokumen ini sebagai pernyataan-pernyataan yang infalibel tentang doktrin Katolik. Decretum pro Jacobitis berisi daftar lengkap dari kitab-kitab yang diterima oleh Gereja Katolik sebagai diilhamkan, tetapi tidak menggunakan istilah "kanon" dan "kanonik". Dengan demikian, Konsili Firenze mengajarkan pengilhaman dari seluruh Kitab Suci, tetapi tidak secara resmi membicarakan kanonisitas.[48][49]

Sebuah Alkitab Gutenberg dipajang di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat.

Kanon Luther dan apokrifa

Martin Luther (1483–1546) berupaya mengeluarkan kitab Ibrani, Yakobus, Yudas, dan Wahyu dari kanon (sebagian karena alasan bahwa kitab-kitab tersebut dianggap bertentangan dengan doktrin Protestan tertentu seperti sola scriptura dan sola fide),[50] tetapi hal ini tidak diterima secara luas di kalangan para pengikutnya.

Saat ini kitab-kitab tersebut berada pada urutan terakhir dalam Alkitab Luther berbahasa Jerman.[50] Selain itu Luther memindahkan kitab-kitab yang kemudian disebut Deuterokanonika ke suatu bagian terpisah yang disebutnya Apokrifa.

Konsili Trente

Menanggapi tuntutan Martin Luther, Konsili Trente pada tanggal 8 April 1546 menetapkan kanon Alkitab Katolik seperti yang sekarang ini, yang menyertakan kitab-kitab deuterokanonika, dan keputusan tersebut dikonfirmasi dengan anatema melalui pemungutan suara (24 setuju, 15 tidak setuju, 16 abstain).[51] Konsili tersebut mengkonfirmasi daftar yang sama seperti yang dihasilkan dalam Konsili Firenze pada tahun 1442,[52] Konsili Kartago Augustinus pada tahun 397–419,[53] dan kemungkinan Konsili Roma Damasus pada tahun 382.[54][55] Kitab-kitab Perjanjian Lama yang telah ditolak Luther kemudian diberi istilah "deuterokanonik", tidak menandakan derajat pengilhaman yang lebih rendah, tetapi waktu penetapan yang lebih akhir. Vulgata Sisto-Klementina dalam bagian Apendiks disertakan beberapa buku yang dianggap sebagai apokrifa oleh konsili tersebut: Doa Manasye, 3 Esdras, dan 4 Esdras.[56]

Pengakuan-pengakuan iman Protestan

Beberapa pengakuan iman Protestan menyebutkan nama-nama dari 27 kitab dalam kanon Perjanjian Baru, termasuk Pengakuan Iman Prancis (1559),[57] Pengakuan Iman Belgia (1561), dan Pengakuan Iman Westminster (1647). Pengakuan Iman Helvetik Kedua (1562), menegaskan bahwa "kedua Perjanjian adalah Firman Allah yang sejati" dan merujuk pada De Civitate Dei karya Agustinus, pengakuan ini menolak kanonisitas Apokrifa.[58] Tiga Puluh Sembilan Pasal, yang diterbitkan oleh Gereja Inggris pada tahun 1563, menyebutkan nama kitab dalam Perjanjian Lama, tetapi tidak menyebutkan nama kitab dalam Perjanjian Baru. Pengakuan Iman Belgia[59] dan Pengakuan Iman Westminster menyebutkan nama dari 39 kitab dalam Perjanjian Lama dan, selain dari kitab-kitab Perjanjian Baru yang sudah disebutkan, secara tegas menolak kanonitas kitab-kitab lainnya.[60]

Epitome Formula Concord Lutheran tahun 1577 menyatakan bahwa bahwa Kitab Suci profetik dan apostolik hanya terdiri dari Perjanjian Lama dan Baru.[61] Luther sendiri tidak menerima kanonisitas Apokrifa meskipun ia percaya bahwa kitab-kitabnya "tidak setara dengan Kitab Suci, tetapi berguna dan baik untuk dibaca".[62] Leksionari Lutheran dan Anglikan terus menyertakan pembacaan dari Apokrifa.[63]

Kanon dari berbagai tradisi Kristen

Penetapan secara dogmatis atas kanon-kanon Alkitab belum dilakukan hingga Konsili Trente tahun 1546 (bagi Katolik Roma),[64] 39 Artikel tahun 1563 (bagi Gereja Inggris), Pengakuan Iman Westminster tahun 1647 (bagi Calvinisme), dan Sinode Yerusalem tahun 1672 (bagi Ortodoks Yunani). Tradisi lainnya, meskipun juga memiliki kanon-kanon tertutup, mungkin tidak dapat disebutkan waktunya secara tepat sehubungan dengan kapan kanon mereka masing-masing dianggap lengkap atau terselesaikan. Tabel-tabel di bawah ini menerminkan keadaan saat ini dari beragam kanon Kristen.

Perjanjian Lama

Semua tradisi Kristen utama menerima kewibawaan dan inspirasi ilahi dari seluruh kitab protokanon Ibrani. Selain itu, dari semua tradisi ini, kecuali Protestan, juga menambahkan berbagai kitab Deuterokanonika. Dalam beberapa Alkitab Protestan, terutama Alkitab Luther dan Alkitab Raja James berbahasa Inggris, mempertahankan banyak dari kitab Deuterokanonika ini sebagai bagian dari tradisi Gereja di dalam suatu bagian khusus yang disebut "Apokrifa".

Beberapa kitab yang tercantum di sini, seperti Perjanjian Kedua Belas Patriark bagi Gereja Apostolik Armenia, mungkin pernah menjadi suatu bagian penting dari tradisi Alkitab, yang mungkin masih memiliki posisi kehormatan, tetapi sudah tidak lagi dianggap sebagai bagian dari Alkitab. Kitab lainnya, seperti Doa Manasye bagi Gereja Katolik Roma, mungkin dimasukkan dalam naskah-naskah, tetapi tidak pernah meraih suatu tingkat kepentingan yang tinggi dalam tradisinya. Tidak ada kejelasan seputar tingkat kepentingan secara tradisi bagi kitab tertentu lainnya, seperti Mazmur 152–155 dan Mazmur dari Salomo dari Kekristenan Siria.

Seandainya kanon Alkitab Tewahedo Ortodoks dipertimbangkan juga, perlu dibuat beberapa pokok kejelasan. Kitab Ratapan, Yeremia, dan Barukh, termasuk Surat Nabi Yeremia dan 4 Barukh, semuanya dipandang kanonik oleh Gereja-gereja Tewahedo Ortodoks. Namun tidak selalu jelas bagaimana penyusunan atau pembagian tulisan-tulisan ini. Dalam beberapa daftar, semuanya mungkin dimuat dengan judul "Yeremia", sedangkan yang lain membaginya dengan berbagai cara ke dalam kitab-kitab terpisah. Kemudian Kitab Amsal dibagi menjadi dua kitab, yaitu Messale (Amsal 1–24) dan Tägsas (Amsal 25–31).

Selain itu, sementara Kitab Yobel dan Henokh cukup dikenal di kalangan akademisi Barat, tetapi tidak demikian halnya dengan 1–3 Makabian. Ketiga kitab Makabian tersebut sering kali disebut "Makabe Ethiopia", tetapi isinya sangat berbeda dengan Kitab Makabe yang dikenal dan/atau dikanonisasi dalam tradisi-tradisi lainnya. Yang terakhir, Kitab Joseph ben Gurion, atau Pseudo-Yosefus, merupakan suatu kisah sejarah orang-orang Yahudi yang diduga berdasarkan pada tulisan-tulisan Yosefus.[65] Versi Ethiopianya (Zëna Ayhud) memiliki 8 bagian dan termasuk dalam kanon yang lebih luas dari Tewahedo Ortodoks.[66][67]

Tradisi Barat Tradisi Ortodoks Timur Tradisi Ortodoks Oriental Tradisi Asiria Timur
Kitab Protestan
[O 1]
Katolik Roma Ortodoks Yunani Ortodoks Slavia Ortodoks Georgia Apostolik Armenia
[O 2]
Ortodoks Suriah Ortodoks Koptik Tewahedo Ortodoks
[O 3]
Gereja Asiria dari Timur
Taurat
Kejadian Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Keluaran Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Imamat Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Bilangan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Ulangan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Sejarah
Yosua Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Hakim-hakim Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Rut Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
1–2 Samuel Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
1–2 Raja-raja Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
1–2 Tawarikh Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Doa Manasye Tidak
(Apokrifa)
[O 4]
Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Ya (?)
(bgn. dr. Syair Pujian)[O 5]
Ya (?)
(bgn. dr. Syair Pujian)[O 5]
Ya (?)
(bgn. dr. Syair Pujian)[O 5]
Ya (?) Ya (?) Ya (?) Ya
(bgn. dr. 2 Tawarikh)
Ya (?)
Ezra
(1 Ezra)
Ya Ya
1 Esdras
Ya
Esdras B'
Ya
1 Esdras
Ya
1 Ezra
Ya
1 Ezra
Ya Ya Ya Ya
Nehemia
(2 Ezra)
Ya Ya
2 Esdras
Ya
Esdras Γ'
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
1 Esdras
(3 Ezra)
Tidak
1 Esdras
(Apokrifa)
Tidak
3 Esdras
(ada dlm. bbrp. naskah)
Ya
Esdras A'
Ya
2 Esdras
Ya
2 Ezra
Ya
2 Ezra
[O 6]
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Ya
Ezra Kali
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
2 Esdras 3–14
(4 Ezra)

[O 7]
Tidak
2 Esdras
(Apokrifa)
Tidak
4 Esdras
(ada dlm. bbrp. naskah)
Tidak
(naskah Yunani hilang)
[O 8]
Tidak
3 Esdras
(lampiran)
Ya (?)
3 Ezra
Ya
3 Ezra
[O 6]
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Ya
Ezra Sutu'el
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
2 Esdras 1–2; 15–16
(5–6 Ezra)

[O 7]
Tidak
(bgn. dr. apokrifon 2 Esdras)
Tidak
(bgn. dr. 4 Esdras)
Tidak
(naskah Yunani)
[O 9]
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Ester[O 10] Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Tambahan Ester Tidak
(Apokrifa)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Tobit Tidak
(Apokrifa)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Yudit Tidak
(Apokrifa)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
1 Makabe Tidak
(Apokrifa)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya
2 Makabe Tidak
(Apokrifa)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya
3 Makabe Tidak
(Apokrifa)
[O 11]
Tidak Ya Ya Ya Ya
[O 6]
Ya Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Tidak Ya
4 Makabe Tidak Tidak Tidak
(lampiran)
Tidak
(lampiran)
Ya Tidak
(tradisi awal)
Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah Tidak
(naskah Koptik)
Tidak Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
Yobel Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak
Henokh Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak
1 Makabian Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak
2 dan 3 Makabian[O 12] Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak
Pseudo-Yosefus Ethiopik
(Zëna Ayhud)
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)[O 13]
Tidak
Perang Yahudi VI Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah[O 14] Tidak Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah[O 14]
Perjanjian Kedua Belas Patriark Tidak Tidak Tidak
(naskah Yunani)
Tidak Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Tidak Tidak Tidak Tidak
Yusuf dan Asnat Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Tidak Tidak Tidak
(tradisi awal?)
[O 15]
Tidak
Hikmat
Ayub Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Mazmur 1–150[O 16] Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Mazmur 151 Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Mazmur 152-155 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (?) Tidak Tidak Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
Mazmur Salomo[O 17] Tidak Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Tidak Tidak Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Tidak Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah
Amsal Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
(dlm. 2 kitab)
Ya
Pengkhotbah Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Kidung Agung Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Kebijaksanaan Tidak
(Apokrifa)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Sirakh (1–51)[O 18] Tidak
(Apokrifa)
Ya
[O 19]
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Doa Salomo
(Sirakh 52)
[O 20]
Tidak Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Nabi-nabi Besar
Yesaya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Kenaikan Yesaya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak –
liturgis (?)
[O 21]
Tidak Tidak Tidak –
Naskah Ethiopik
(tradisi awal?)
[O 22]
Tidak
Yeremia Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Ratapan (1–5) Ya Ya
[O 23]
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
(bgn. dr. Säqoqawä Eremyas)[O 24]
Ya
Ratapan Ethiopik (7:1–11,63) Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(bgn. dr. Säqoqawä Eremyas)[O 24]
Tidak
Barukh Tidak
(Apokrifa)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
[O 25][O 26]
Ya
Surat Yeremia Tidak
(Apokrifa)
Ya
(Barukh 6)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
(bgn. dr. Säqoqawä Eremyas)
[O 27][O 24][O 26]
Ya
Apokalipsis Siria
dari Barukh
(2 Baruch 1–77)[O 28]
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (?) Tidak Tidak Tidak (?) – ada dlm. bbrp. naskah
Surat Barukh
(2 Barukh 78–87)[O 28]
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya (?) Tidak Tidak Ya (?)
Apokalipsis Yunani
dari Barukh
(3 Barukh)[O 29]
Tidak Tidak Tidak
(naskah Yunani)
Tidak
(naskah Slavonik)
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
4 Barukh Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(bgn. dr. Säqoqawä Eremyas)
Tidak
Yehezkiel Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Daniel Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Tambahan Daniel[O 30] Tidak
(Apokrifa)
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Nabi-nabi Kecil
Hosea Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Yoel Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Amos Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Obaja Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Yunus Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Mikha Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Nahum Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Habakuk Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Zefanya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Hagai Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Zakharia Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Maleakhi Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Catatan tabel
  1. ^ Istilah "Protestan" tidak diterima oleh semua denominasi Kristen yang biasa dikategorikan dengan istilah ini —terutama mereka yang memandang dirinya sebagai perpanjangan langsung dari gereja Perjanjian Baru. Namun istilah tersebut digunakan secara bebas untuk menyertakan sebagian besar gereja Injili, Pentakostal/Karismatik, dan Protestan non-Katolik Roma. Semua gerakan dan gereja barat lainnya yang memiliki perbedaan sejarah dengan Katolik Roma, meskipun belum tentu dianggap Protestan secara historis, mungkin saja dimasukkan dalam terminologi ini.
  2. ^ Perkembangan kanon Alkitab Armenia termasuk kompleks. Kitab-kitab Perjanjian Lama ekstra-kanonik yang terlihat dalam turunan dan daftar kanon historis, baik yang khusus dalam tradisi ini maupun yang juga terdapat di luar tradisi ini, tidak pernah meraih status yang sama. Salah satunya adalah Wafatnya Para Nabi (atau dikenal juga sebagai Kehidupan Para Nabi), suatu catatan kuno tentang kehidupan para nabi Perjanjian Lama, yang mana tidak tercantum dalam tabel ini. Tulisan lainnya yang juga tidak tercantum dalam tabel ini yaitu Perkataan Sirakh (berbeda dengan Eklesiastikus dan prolognya), yang tercantum dalam lampiran Alkitab Zohrab Armenia tahun 1805 beserta tulisan lainnya berupa karya yang lebih dikenal secara umum.
  3. ^ Kompleksitas kanon Alkitab Tewahedo Ortodoks meliputi Kebra Nagast, sebuah kisah epik bangsa tersebut, yang memiliki status tinggi di antara banyak umat Kristen Ethiopia sampai sedemikian luasnya sehingga beberapa menganggapnya sebagai kitab suci yang berwibawa.
  4. ^ Apokrifa Gereja Inggris meliputi Doa Manasye, 1–2 Esdras, Tambahan Ester, Tobit, Yudit, 1–2 Makabe, Kitab Kebijaksanaan, Sirakh, Barukh, Surat Yeremia, dan Tambahan Daniel. Apokrifa Lutheran mengeluarkan 1–2 Esdras dari daftar ini. Beberapa Akitab Protestan meliputi 3 Makabe sebagai bagian dari Apokrifa. Namun banyak gereja Protestan — sebagaimana disajikan di sini — menolak Apokrifa, menganggapnya tidak berguna, dan tidak memasukkannya dalam Alkitab mereka.
  5. ^ a b c Doa Manasye dimasukkan sebagai bagian dari Kitab Syair Pujian, yang mana diletakkan setelah Kitab Mazmur dalam Alkitab Ortodoks Timur. Bagian lainnya dari Kitab Syair Pujian merupakan bagian-bagian yang dapat ditemukan di tempat lainnya dalam Alkitab.
  6. ^ a b c 2 Ezra, 3 Ezra, dan 3 Makabe dimasukkan dalam Alkitab dan memiliki status tinggi di dalam tradisi kitab suci Armenia, tetapi dipandang sebagai "ekstra-kanonika".
  7. ^ a b Dalam banyak Alkitab timur, Apokalipsis Ezra tidak sama persis dengan Esdras Latin yang mana lebih panjang (2 Esdras dalam KJV atau 4 Esdras dalam Vulgata) dan mencakup prolog (5 Ezra) dan epilog (6 Ezra) dalam bahasa Latin. Namun masih ada ketidakpastian di sini, dan mungkin saja keseluruhan teks tersebut (termasuk prolog dan epilognya) terdapat dalam naskah kitab suci dan Alkitab yang digunakan oleh beberapa tradisi timur. Perlu dicatat bahwa banyak versi Latin yang tidak memuat ayat 7:36–7:106.
  8. ^ Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa sebuah naskah Yunani dari 4 Ezra pernah ada, sehingga menyiratkan asal mulanya dari teks Ibrani.
  9. ^ Fragmen awal dari 6 Ezra diketahui keberadaannya dalam bahasa Yunani, sehingga menyiratkan kemungkinan bahwa 2 Esdras 15–16 berasal dari teks Ibrani.
  10. ^ Luther mempertanyakan penempatan Kitab Ester dalam kanon. Melito mengeluarkannya dari daftarnya.
  11. ^ 3 Makabe merupakan bagian dari tradisi Gereja Moravia, sebagaimana tercantum dalam bagian Apokrifa dari Alkitab Kralice berbahasa Ceska. Dan tampaknya juga dimasukkan dalam beberapa Alkitab Protestan awal lainnya. (lihat "An Early Protestant Bible Containing The Third Book Of Maccabees" karya Metzger)
  12. ^ 2 dan 3 Makabian, meskipun isinya relatif tidak berhubungan, sering kali dianggap sebagai satu kitab tunggal.
  13. ^ Beberapa sumber menempatkan Zëna Ayhud dalam "kanon yang lebih sempit".
  14. ^ a b Versi Siria dari Perang Yahudi VI karya Yosefus terdapat dalam beberapa naskah Pesyita, sebagaimana juga "Kitab Kelima dari Makabe", yang mana dipandang sebagai suatu kekeliruan.
  15. ^ Ada beberapa daftar kanon historis yang beragam dalam tradisi Tewahedo Ortodoks. dalam suatu daftar yang ditemukan dalam naskah British Museum (Add. 16188), sebuah kitab dari Asnat ditempatkan dalam kanon. Hal ini kemungkinan besar merujuk pada kitab yang lebih dikenal sebagai Yusuf dan Asnat. Sebuah kitab tak dikenal dari Uzia juga tercantum di dalamnya, yang mana dapat dihubungkan dengan hilangnya Kisah Uzia yang dirujuk dalam 2 Tawarikh 26:22.
  16. ^ Beberapa tradisi menggunakan suatu kumpulan Mazmur liturgis dan/atau penomoran yang berbeda.
  17. ^ Dalam banyak naskah kuno, suatu kumpulan yang berbeda yang dikenal sebagai Syair Pujian dari Salomo ditemukan bersamaan dengan Mazmur dari Salomo yang serupa dengannya.
  18. ^ Kitab Sirakh biasanya didahului dengan suatu prolog non-kanonik yang ditulis oleh cucu dari penulisnya.
  19. ^ Dalam beberapa versi Latin, Sirakh 51 dimuat tersendiri sebagai "Doa Yesus bin Sirakh".
  20. ^ Sebuah varian yang lebih pendek dari doa Raja Salomo pada 1 Raja-raja 8:22-52 ditemukan dalam beberapa naskah Latin abad pertengahan, dan setelah Kitab Sirakh atau pada bagian akhir di dalam beberapa Alkitab Latin. Perbandingan kedua versi doa dalam bahasa Latin dapat dilihat secara daring pada situs berikut: BibleGateway.com: Sirach 52 / 1 Kings 8:22–52; Vulgate
  21. ^ Dalam liturgi Apostolik Armenia, "Kemartiran Yesaya" diwajibkan untuk dibaca untuk menghormati Nabi Yesaya (lihat daftar ini). Meskipun tulisan ini mungkin mengacu pada laporan tentang kematian Yesaya dalam Kehidupan Para Nabi, mungkin saja tulisan ini merupakan referensi atas laporan mengenai kematiannya yang tercantum dalam lima bab pertama Kenaikan Yesaya, yang mana dikenal secara luas dengan judul ini. Kedua narasi tersebut memiliki kemiripan dan mungkin berasal dari sumber yang sama.
  22. ^ Kenaikan Yesaya telah lama dikenal sebagai bagian dari tradisi kitab suci Tewahedo Ortodoks. Meskipun saat ini tidak dianggap kanonik, berbagai sumber memberikan bukti akan adanya kanonisitas awal (atau setidaknya "semi-kanonisitas") atas kitab ini.
  23. ^ Dalam beberapa versi Latin, Ratapan 5 dimuat terpisah sebagai "Doa Yeremia".
  24. ^ a b c Ratapan Ethiopik terdiri dari sebelas bab, merupakan bagian dari kitab yang dipandang sebagai non-kanonik.
  25. ^ Versi Ethiopik yang kanonik dari Kitab Barukh memiliki 5 bab, namun lebih pendek dari teks LXX.
  26. ^ a b Beberapa terjemahan Ethiopik dari Kitab Barukh mungkin memuat Surat Yeremia sebagai bab keenam.
  27. ^ "Surat kepada Para Tawanan" yang terdapat dalam Säqoqawä Eremyas (juga dikenal sebagai bab keenam dari Ratapan Ethiopik) mungkin memiliki perbedaan isi dengan Surat Nabi Yeremia (kepada tawanan-tawanan yang sama) yang terdapat dalam tradisi-tradisi lainnya.
  28. ^ a b Surat Barukh terdapat dalam 2 Barukh bab 78–87, yakni sepuluh bab terakhir dari kitab tersebut. Surat ini tersebar secara lebih luas dan sering kali dimuat terpisah dari 77 bab pertama kitab tersebut, yang merupakan sebuah apokalipsis.
  29. ^ Dicantumkan di sini dengan maksud menunjukkan disambiguasi, 3 Barukh secara luas ditolak sebagai suatu pseudopigrafa dan tidak termasuk bagian dari tradisi Alkitab mana pun. Ada dua naskah yang masih terlestarikan, satu naskah (Yunani) yang lebih panjang dengan sisipan Kekristenan dan satu versi (Slavonik) yang lebih pendek. Ada beberapa ketidakpastian sehubungan dengan yang mana yang ditulis lebih dahulu.
  30. ^ Dewa Bel dan Naga Babel, Susana, & Doa Azarya dan Lagu Pujian Ketiga Pemuda.

Perjanjian Baru

Dalam berbagai denominasi Kristen, kanon Perjanjian Baru pada umumnya disepakati sejumlah 27 kitab. Namun cara pengurutan kitab-kitab tersebut mungkin berbeda di antara berbagai tradisi. Sebagai contoh, dalam tradisi Lutheran, Slavonik, Tewahedo Ortodoks, Siria, dan Armenia, urutan kitab-kitab Perjanjian Baru berbeda dengan apa yang dianggap sebagai pengaturan standar. Perjanjian Baru dalam Alkitab Protestan di Rusia dan Ethiopia biasanya mengikuti cara pengurutan Ortodoks setempat. Gereja Ortodoks Siria dan Gereja Asiria dari Timur mengikuti tradisi liturgis Pesyita, yang mana secara historis tidak memasukkan kelima kitab Antilegomena Perjanjian Baru: 2 Yohanes, 3 Yohanes, 2 Petrus, Yudas, dan Wahyu. Tetapi kitab-kitab itu dimasukkan dalam Alkitab tertentu dari tradisi Siria modern.

Karya-karya Perjanjian Baru lainnya yang secara umum dianggap apokrif tetap dimuat dalam beberapa Alkitab dan naskah. Sebagai contoh, Surat kepada Jemaat di Laodikia[68] dimasukkan dalam berbagai naskah Vulgata Latin, dalam delapan belas Alkitab Jerman sebelum terjemahan Luther, dan juga dalam sejumlah Alkitab Inggris awal seperti Alkitab Gundulf dan terjemahan Inggris dari John Wycliffe; bahkan, pada tahun 1728, William Whiston menganggapnya sebagai surat Paulus yang asli. Demikian pula Surat Paulus yang Ketiga kepada Jemaat di Korintus[69] pernah dipandang sebagai bagian dari Alkitab Ortodoks Armenia,[70] namun sudah tidak dicetak lagi dalam edisi-edisi modern. Dalam tradisi Ortodoks Siria, Surat Paulus yang Ketiga kepada Jemaat di Korintus juga memiliki arti sejarah yang penting. Baik Afrahat maupun Efraim dari Siria menjunjung tinggi surat tersebut dan memperlakukannya seakan-akan kanonik.[71] Namun surat tersebut dikeluarkan dari Pesyita dan akhirnya dikeluarkan seluruhnya dari kanon.

Didache,[72] Gembala Hermas,[73] dan tulisan lainnya yang dikaitkan dengan para Bapa Apostolik, pernah dianggap suci oleh berbagai Bapa Gereja awal. Tulisan-tulisan tersebut masih dihormati dalam beberapa tradisi, meskipun tidak lagi dianggap kanonik. Namun kitab-kitab kanonik tertentu dalam tradisi Tewahedo Ortodoks berasal dari tulisan-tulisan para Bapa Apostolik serta Pengajaran Gereja Kuno. Gereja-gereja Tewahedo Ortodoks mengakui delapan kitab tambahan Perjanjian Baru ini dalam kanonnya yang lebih luas. Kitab-kitab tersebut yaitu: 4 kitab "Sinodos" (praktik menggereja), 2 "Kitab Kovenan", "Klemens Ethiopik", dan "Didaskalia Ethiopik" (Ordinansi-Gereja Apostolik).[74]

Kitab Tradisi Protestan Tradisi Katolik Roma Tradisi Ortodoks Timur Tradisi Apostolik Armenia
[N 1]
Tradisi Ortodoks Koptik Tradisi Tewahedo Ortodoks Tradisi Kristen Siria
Injil kanonik[N 2]
Matius Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 3]
Markus[N 4] Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 3]
Lukas Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 3]
Yohanes[N 4][N 5] Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 3]
Sejarah kerasulan
Kisah[N 4] Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Kisah Paulus dan Tekla[N 6][75][76] Tidak Tidak Tidak Tidak
(tradisi awal)
Tidak Tidak Tidak
(tradisi awal)
Surat-surat Paulus
Roma Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
1 Korintus Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
2 Korintus Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Korintus kepada Paulus dan 3 Korintus[N 6][N 7] Tidak Tidak Tidak Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Tidak Tidak Tidak
(tradisi awal)
Galatia Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Efesus Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Filipi Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Surat Kolose Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Laodikia Tidak – ada dlm. bbrp. edisi[N 8] Tidak – ada dlm. bbrp. naskah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
1 Tesalonika Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
2 Tesalonika Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
1 Timotius Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
2 Timotius Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Titus Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Filemon Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Surat-surat Umum
Ibrani Ya[N 9] Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Yakobus Ya[N 9] Ya Ya Ya Ya Ya Ya
1 Petrus Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
2 Petrus Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 10]
1 Yohanes[N 4] Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
2 Yohanes Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 10]
3 Yohanes Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 10]
Yudas Ya[N 9] Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 10]
Apokalipsis[N 11]
Wahyu Ya[N 9] Ya Ya Ya Ya Ya Ya[N 10]
Bapa Apostolik[N 12] dan Pengajaran Gereja[N 13]
1 Klemens[N 14] Tidak
(Kodeks Alexandrinus dan Hierosolymitanus)
2 Klemens[N 14] Tidak
(Kodeks Alexandrinus dan Hierosolymitanus)
Gembala Hermas[N 14] Tidak
(Kodeks Sinaiticus)
Surat Barnabas[N 14] Tidak
(Kodeks Hierosolymitanus dan Sinaiticus)
Didache[N 14] Tidak
(Kodeks Hierosolymitanus)
Ser`atä Seyon
(Sinodos)
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Te'ezaz
(Sinodos)
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Gessew
(Sinodos)
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Abtelis
(Sinodos)
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Kitab
Kovenan 1

(Mäshafä Kidan)
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Kitab
Kovenan 2

(Mäshafä Kidan)
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Klemens Ethiopik
(Qälëmentos)[N 15]
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Didaskalia Ethiopik
(Didesqelya)[N 15]
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
(kanon yg. lbh. luas)
Tidak
Catatan tabel
  1. ^ Perkembangan kanon Alkitab Armenia termasuk kompleks. Kitab-kitab Perjanjian Baru ekstra-kanonik yang terlihat dalam turunan dan daftar kanon historis, baik yang khusus dalam tradisi ini maupun yang juga terdapat di luar tradisi ini, tidak pernah meraih status yang sama. Beberapa kitab tersebut tidak tercantum dalam tabel ini. Contohnya adalah Doa Euthalius, Beristirahatnya St. Yohanes Penginjil, Doktrin Addai, sebuah bacaan dari Injil Yakobus, Kanon Para Rasul yang Kedua, Perkataan Yustus, Dionisius Areopagus, Khotbah Petrus, dan sebuah Puisi dari Ghazar. Berbagai sumber juga menyebutkan penambahan kanon Armenia yang tak terdefinisikan atas Injil Markus dan Yohanes; namun hal ini mungkin merujuk pada penambahan umum (Markus 16:9-20 dan Yohanes 7:53–8:11) yang dibahas pada bagian lain dari catatan-catatan ini. Suatu kemungkinan pengecualian di sini terkait kekhususan kanonika adalah Kanon Apostolik Kedua, yang mana berasal dari sumber yang sama (Konstitusi-konstitusi Apostolik) dengan bagian-bagian tertentu kanon yang lebih luas dari Perjanjian Baru Tewahedo Ortodoks. Ada beberapa ketidakpastian mengenai apakah benar doktrin dari Addai, atau suatu karya terkait yang disebut Kisah Tadeus, yang tercantum dalam daftar kanon Armenia. Selain itu korespondensi antara Raja Abgar dan Yesus Kristus, yang ditemukan dalam berbagai bentuk (misalnya dalam Doktrin Addai dan Kisah Tadeus), terkadang ditampilkan secara terpisah (lihat daftar ini). Perlu dicatat bahwa Doa Euthalius dan Beristirahatnya St. Yohanes Penginjil tercantum dalam lampiran Alkitab Zohrab Armenia tahun 1805. Namun beberapa dari kitab yang disebutkan sebelumnya ini, walaupun ditemukan dalam daftar kanon, tidak pernah tercantum sebagai bagian dari naskah Alkitab Armenia apa pun.
  2. ^ Meskipun secara luas dianggap non-kanonik, Injil Yakobus mendapat penerimaan awal secara liturgis di beberapa gereja Timur dan tetap menjadi sumber utama bagi banyak tradisi Kekristenan terkait Maria, ibu Yesus.
  3. ^ a b c d Diatessaron, harmoni Injil menurut Tatian, menjadi suatu teks standar dalam beberapa gereja berbahasa Suryani hingga abad ke-5, karena membuka jalan bagi keempat Injil terpisah yang ditemukan dalam Pesyita.
  4. ^ a b c d Bagian-bagian dari keempat kitab ini tidak ditemukan dalam sumber-sumber kuno yang paling dapat diandalkan; dalam beberapa kasus dianggap sebagai penambahan di kemudian hari; dan oleh karenanya secara historis tidak ada dalam setiap tradisi Alkitab. Bagian-bagian yang dimaksud yaitu: Markus 16:9–20, Yohanes 7:53–8:11, Comma Johanneum, dan sebagian Kisah versi Barat. Pada berbagai tingkatan, terkadang ada argumen-argumen atas keaslian ayat-ayat ini (terutama yang dari Injil Yohanes).
  5. ^ Skeireins, sebuah komentari Injil Yohanes dalam bahasa Goth, dimasukkan dalam Alkitab Wulfila. Yang terlestarikan hingga saat ini berupa fragmen-fragmen.
  6. ^ a b Kisah Paulus dan Tekla, Surat dari Jemaat Korintus kepada Paulus, dan Surat Paulus yang Ketiga kepada Jemaat di Korintus adalah bagian dari narasi Kisah Paulus yang lebih besar, yang mana merupakan bagian dari suatu katalog stikometri kanon Perjanjian Baru yang ditemukan dalam Kodeks Claromontanus, namun yang terlestarikan hanya berupa fragmen-fragmen. Beberapa konten dalam masing-masing bagian ini mungkin dikembangkan secara terpisah.
  7. ^ Surat Paulus yang Ketiga kepada Jemaat di Korintus sering kali ditampilkan dan dikemas sebagai suatu tanggapan terhadap Surat dari Jemaat Korintus kepada Paulus.
  8. ^ Surat kepada Jemaat di Laodikia terdapat dalam beberapa tradisi dan terjemahan barat selain Katolik Roma. Teristimewa adalah dimasukannya surat ini oleh John Wycliffe dalam terjemahan bahasa Inggris yang dibuatnya, dan penggunaan surat ini oleh kaum Quaker sampai pada suatu saat di mana mereka memproduksi suatu terjemahan dan membuat permohonan untuk kanonisitasnya (Annotations karya Matthew Pool, pada Kolose 4:16). Bagaimanapun surat tersebut ditolak secara luas oleh kebanyakan kalangan Protestan.
  9. ^ a b c d Keempat kitab ini dipertanyakan atau "ditentang" oleh Martin Luther, dan ia mengubah urutan Perjanjian Baru yang disusunnya untuk mencerminkan hal ini; tetapi baik Luther, maupun himpunan Lutheran mana pun setelahnya, tidak mengeluarkan kitab-kitab tersebut. Alkitab Luther Jerman tradisional hingga saat ini masih dicetak dengan urutan Perjanjian Baru sesuai pengaturan yang dibuat Luther. Sebagian besar kalangan Protestan memandang keempat kitab ini kanonik sepenuhnya.
  10. ^ a b c d e Pesyita tidak memasukkan 2 Yohanes, 3 Yohanes, 2 Petrus, Yudas, dan Wahyu, tetapi Alkitab tertentu dari tradisi Siria modern memasukkan terjemahannya kelak dari kitab-kitab tersebut. Sampai saat ini leksionari resmi yang digunakan Gereja Ortodoks Siria dan Gereja Asiria dari Timur menampilkan ajaran-ajaran hanya dari kedua puluh dua kitab Pesyita, sebuah versi yang dijadikan pertimbangan untuk penyelesaian pertanyaan-pertanyaan doktrinal.
  11. ^ Apokalipsis Petrus, meskipun tidak tercantum dalam tabel ini, disebutkan dalam fragmen Muratori dan merupakan bagian sebuah katalog stikometri dari kanon Perjanjian Baru yang ditemukan dalam Kodeks Claromontanus. Tulisan ini juga sangat dihargai oleh Klemens dari Aleksandria.
  12. ^ Tulisan-tulisan lainnya yang dikenal dari para Bapa Apostolik dan tidak tercantum dalam tabel ini yaitu: tujuh Surat Ignatius, Surat Polikarpus, Kemartiran Polikarpus, Surat kepada Diognetus, fragmen Kuadratus dari Athena, fragmen Papias dari Hierapolis, Peninggalan Para Tua-tua yang Terlestarikan karya Ireneus, dan Kredo Para Rasul.
  13. ^ Meskipun tidak tercantum dalam tabel ini, Konstitusi-konstitusi Apostolik dipandang kanonik oleh beberapa kalangan seperti Alexios Aristenos, John dari Salisbury, dan Grigor Tat`evatsi (dalam batasan tertentu). Tulisan-tulisan tersebut bahkan digolongkan sebagai bagian dari kanon Perjanjian Baru dalam himpunan Konstitusi itu sendiri. Selain itu juga merupakan sumber bagi sejumlah besar konten dalam kanon yang lebih luas dari Tewahedo Ortodoks.
  14. ^ a b c d e Kelima tulisan yang dikaitkan dengan para Bapa Apostolik ini sekarang sudah tidak dianggap kanonik dalam tradisi Alkitab apa pun, meskipun beberapa tradisi tetap memandangnya lebih tinggi dibandingkan dengan tradisi lainnya. Namun demikian kepengarangan awal dan dimasukkannya semua tulisan tersebut dalam berbagai kodeks Alkitab kuno, serta penerimaannya dalam berbagai tingkatan tertentu oleh beragam otoritas awal, membuatnya diperlakukan sebagai literatur yang mendasar bagi Kekristenan secara keseluruhan.
  15. ^ a b Klemens Ethiopik dan Didaskalia Ethiopik berbeda, dan seharusnya tidak dicampuradukkan, dengan dokumen-dokumen gerejawi lainnya yang dikenal di barat dengan nama serupa.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Inggris) McDonald, L. M. & Sanders, J. A., eds. (2002). The Canon Debate. "The Notion and Definition of Canon." pp. 29, 34. (In the article written by Eugene Ulrich, "canon" is defined as follows: "...the definitive list of inspired, authoritative books which constitute the recognized and accepted body of sacred scripture of a major religious group, that definitive list being the result of inclusive and exclusive decisions after serious deliberation." It is further defined as follows: "...the definitive, closed list of the books that constitute the authentic contents of scripture.")
  2. ^ (Inggris) McDonald & Sanders, editors of The Canon Debate, 2002, The Notion and Definition of Canon by Eugene Ulrich, page 28: "The term is late and Christian ... though the idea is Jewish"; also from the Introduction on page 13: "We should be clear, however, that the current use of the term "canon" to refer to a collection of scripture books was introduced by David Ruhnken in 1768 in his Historia critica oratorum graecorum for lists of sacred scriptures. While it is tempting to think that such usage has its origins in antiquity in reference to a closed collection of scriptures, such is not the case." The technical discussion includes Athanasius's use of "kanonizomenon=canonized" and Eusebius's use of kanon and "endiathekous biblous=encovenanted books" and the Mishnaic term Sefarim Hizonim (external books).
  3. ^ Yonky Karman (2005). Bunga Rampai Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm 5-13.
  4. ^ (Inggris) Athanasius Letter 39.6.3: "Let no man add to these, neither let him take ought from these."
  5. ^ (Inggris) McDonald & Sanders, page 32–33: Closed list; page 30: "But it is necessary to keep in mind Bruce Metzger's distinction between "a collection of authoritative books" and "an authoritative collection of books."
  6. ^ Van den End (2009). Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm 40-42.
  7. ^ (Inggris) Darshan, G. “The Twenty-Four Books of the Hebrew Bible and Alexandrian Scribal Methods,”, in: M.R. Niehoff (ed.), Homer and the Bible in the Eyes of Ancient Interpreters: Between Literary and Religious Concerns (JSRC 16), Leiden: Brill 2012, pp. 221–244.
  8. ^ McDonald & Sanders, page 4
  9. ^ (Inggris) W. M. Christie, The Jamnia Period in Jewish History (PDF), Biblical Studies.org.uk 
  10. ^ (Inggris) Jack P. Lewis (April 1964), "What Do We Mean by Jabneh?", Journal of Bible and Religion, 32, No. 2, Oxford University Press, hlm. 125-132 
  11. ^ (Inggris) Anchor Bible Dictionary Vol. III, pp. 634–7 (New York 1992).
  12. ^ (Inggris) McDonald & Sanders, editors, The Canon Debate, 2002, chapter 9: Jamnia Revisited by Jack P. Lewis.
  13. ^ (Inggris) McDonald & Sanders, The Canon Debate, 2002, page 5, cited are Neusner's Judaism and Christianity in the Age of Constantine, pages 128–145, and Midrash in Context: Exegesis in Formative Judaism, pages 1–22.
  14. ^ (Inggris) Brettler, Marc Zvi (2005), How to read the Bible, Jewish Publication Society, hlm. 274, ISBN 978-0-8276-1001-9 
  15. ^ (Inggris) McDonald & Sanders, ed., The Canon Debate, page 60, chapter 4: The Formation of the Hebrew Canon: Isaiah as a Test Case by Joseph Blenkinsopp.
  16. ^ (Inggris) Philip R. Davies in The Canon Debate, page 50: "With many other scholars, I conclude that the fixing of a canonical list was almost certainly the achievement of the Hasmonean dynasty."
  17. ^ Because of the lack of solid information on this subject, the exclusion of Lamentations from the Ethiopian Jewish canon is not a certainty. Furthermore, some uncertainty remains concerning the exclusion of various smaller deuterocanonical writings from this canon including the Prayer of Manasseh, the traditional additions to Esther, the traditional additions to Daniel, Psalm 151, and portions of Säqoqawä Eremyas.
  18. ^ (Inggris) Jewish Encyclopedia: Samaritans
  19. ^ (Inggris) The Canon Debate, McDonald & Sanders editors, 2002, chapter 6: Questions of Canon through the Dead Sea Scrolls by James C. VanderKam, page 94, citing private communication with Emanuel Tov on biblical manuscripts: Qumran scribe type c.25%, proto-Masoretic Text c. 40%, pre-Samaritan texts c.5%, texts close to the Hebrew model for the Septuagint c.5% and nonaligned c.25%.
  20. ^ (Inggris) Jewish Encyclopedia: Sadducees: "With the destruction of the Temple and the state the Sadducees as a party no longer had an object for which to live. They disappear from history, though their views are partly maintained and echoed by the Samaritans, with whom they are frequently identified (see Hippolytus, "Refutatio Hæresium," ix. 29; Epiphanius, l.c. xiv.; and other Church Fathers, who ascribe to the Sadducees the rejection of the Prophets and the Hagiographa; comp. also Sanh. 90b, where "Ẓadduḳim" stands for "Kutim" [Samaritans]; Sifre, Num. 112; Geiger, l.c. pp. 128–129), and by the Karaites (see Maimonides, commentary on Ab. i. 3; Geiger, "Gesammelte Schriften," iii. 283–321; also Anan ben David; Karaites)."
  21. ^ (Inggris) Samaritan Documents, Relating To Their History, Religion and Life, translated and edited by John Bowman, Pittsburgh Original Texts & Translations Series Number 2, 1977.
  22. ^ (Inggris) JewishEncyclopedia.com – SAMARITANS
  23. ^ (Inggris) Crown, Alan D. (October 1991). "The Abisha Scroll – 3,000 Years Old?" in Bible Review.
  24. ^ (Inggris) McDonald & Sanders's 2002 The Canon Debate, page 259: "the so-called Septuagint was not in itself formally closed." — attributed to Albert Sundberg's 1964 Harvard dissertation.
  25. ^ (Inggris) Everett Ferguson, "Factors leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon," in The Canon Debate. eds. L. M. McDonald & J. A. Sanders (Hendrickson, 2002) pp. 302–303; cf. Justin Martyr, First Apology 67.3.
  26. ^ (Inggris) Bruce Metzger's The canon of the New Testament, 1997, Oxford University Press, page 98: "The question whether the Church's canon preceded or followed Marcion's canon continues to be debated. ...Harnack...John Knox..."
  27. ^ a b (Inggris) von Harnack, Adolf (1914). Origin of the New Testament. 
  28. ^ (Inggris) (Adv. Haer., iii. x. 8 & 9) Everett Ferguson, "Factors leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon," in The Canon Debate. eds. L. M. McDonald & J. A. Sanders (Hendrickson, 2002) pp. 301; cf. Irenaeus, Adversus Haereses 3.11.8
  29. ^ (Inggris) Mark A. Noll, Turning Points, (Baker Academic, 1997) pp 36–37
  30. ^ (Inggris) H. J. De Jonge, "The New Testament Canon," in The Biblical Canons. eds. de Jonge & J. M. Auwers (Leuven University Press, 2003) p. 315
  31. ^ (Inggris) The Cambridge History of the Bible (volume 1) eds. P. R. Ackroyd and C. F. Evans (Cambridge University Press, 1970) p. 308
  32. ^ (Inggris) Prat, Ferdinand. "Origen and Origenism" The Catholic Encyclopedia. Vol. 11. New York: Robert Appleton Company, 1911. 31 July 2008According to Eusebius' Church History 6.25: a 22 book OT [though Eusebius doesn't name Minor Prophets, presumably just an oversight?] + 1 DeuteroCanon ["And outside these are the Maccabees, which are entitled S<ph?>ar beth sabanai el."] + 4 Gospels but on the Apostle "Paul ... did not so much as write to all the churches that he taught; and even to those to which he wrote he sent but a few lines."
  33. ^ (Inggris) Bruce Manning Metzger, "The canon of the New Testament: its origin, development, and significance", p. 141.
  34. ^ a b (Inggris) Lindberg, Carter (2006). A Brief History of Christianity. Blackwell Publishing. hlm. 15. ISBN 1-4051-1078-3. 
  35. ^ (Inggris) David Brakke, "Canon Formation and Social Conflict in Fourth Century Egypt: Athanasius of Alexandria's Thirty Ninth Festal Letter," in Harvard Theological Review 87 (1994) pp. 395–419.
  36. ^ (Inggris) Andrew J. Ekonomou (2007), Byzantine Rome and the Greek Popes, Lexington Books, ISBN 978-0-7391-1977-8, p. 222.
  37. ^ (Inggris) Philip Schaff, Henry Wace (ed.), "Council in Trullo", Nicene and Post-Nicene Fathers, Second Series, Vol. 14 
  38. ^ (Inggris) Metzger, Bruce M. (1987). The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance. Oxford: Clarendon Press. 
  39. ^ (Inggris) Eugenia Scarvelis Constantinou (editor) Commentary on the Apocalypse by Andrew of Caesarea (CUA Press 2011 ISBN 978-0-8132-0123-8), p. 3
  40. ^ (Inggris) McDonald & Sanders' The Canon Debate, Appendix D-2, note 19: "Revelation was added later in 419 at the subsequent synod of Carthage."
  41. ^ (Inggris) Everett Ferguson, "Factors leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon," in The Canon Debate. eds. L. M. McDonald & J. A. Sanders (Hendrickson, 2002) p. 320; F. F. Bruce, The Canon of Scripture (Intervarsity Press, 1988) p. 230; cf. Augustine, De Civitate Dei 22.8
  42. ^ (Inggris) F. F. Bruce, The Canon of Scripture (Intervarsity Press, 1988) p. 234
  43. ^ (Inggris) F. F. Bruce, The Canon of Scripture (Intervarsity Press, 1988) p. 225
  44. ^ (Inggris) Innocent I, Bible Research 
  45. ^ (Inggris) Everett Ferguson, "Factors leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon," in The Canon Debate. eds. L. M. McDonald & J. A. Sanders (Hendrickson, 2002) p. 320; Bruce Metzger, The Canon of the New Testament: Its Origins, Development, and Significance (Oxford: Clarendon, 1987) pp. 237–238; F. F. Bruce, The Canon of Scripture (Intervarsity Press, 1988) p. 97
  46. ^ (Inggris) F. F. Bruce, The Canon of Scripture (Intervarsity Press, 1988) p. 215
  47. ^ (Inggris) The Cambridge History of the Bible (volume 1) eds. P. R. Ackroyd and C. F. Evans (Cambridge University Press, 1970) p. 305; cf. the Catholic Encyclopedia, Canon of the New Testament
  48. ^ Gigot, Francis Ernest Charles (1900). "The Canon of the Old Testament in the Christian Church: Section II. From the Middle of the Fifth Century to our Day". General Introduction to the Study of the Holy Scriptures. 1 of Introduction to the study of the Holy Scriptures (edisi ke-3). New York: Benziger. hlm. 71. Diakses tanggal 1 February 2021. [...] the bull of Eugenius IV did not deal with the canonicity of the books which were not found in the Hebrew Text, but simply proclaimed their inspiration [...]. 
  49. ^  Herbermann, Charles, ed. (1913). "Canon of the Old Testament". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company.  section titled "The Council of Florence 1442"
  50. ^ a b http://www.bibelcenter.de/bibel/lu1545/ Diarsipkan 2010-04-19 di Archive.is note order: ... Hebräer, Jakobus, Judas, Offenbarung; see also (Inggris) German Bible Versions, www.bible-researcher.com 
  51. ^ Metzger (1997), hlm. 246. "Finally on 8 April 1546, by a vote of 24 to 15, with 16 abstentions, the Council issued a decree (De Canonicis Scripturis) in which, for the first time in the history of the Church, the question of the contents of the Bible was made an absolute article of faith and confirmed by an anathema."
  52. ^ "Council of Basel 1431–45 A". Papalencyclicals.net. 14 December 1431. Diakses tanggal 7 January 2015. 
  53. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Schaff
  54. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Lindberg 2006 152
  55. ^ Cross, F.L.; Livingstone, E.A., ed. (1983), The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-2nd), Oxford University Press, hlm. 232 
  56. ^ Praefatio, Biblia Sacra Vulgata, Deutsche Bibelgesellschaft, Stuttgart 1983, p. xx. ISBN 3-438-05303-9
  57. ^ Schaff, Philip. Creeds of the Evangelical Protestant Churches, French Confession of Faith, hlm. 361
  58. ^ Pengakuan Iman Helvetik Kedua, Bab 1, Tentang Kitab Suci Sebagai Firman Allah yang Sejati
  59. ^ Belgic Confession 4. Canonical Books of the Holy Scripture
  60. ^ The Westminster Confession rejected the canonicity of the Apocrypha stating that "The books commonly called Apocrypha, not being of divine inspiration, are no part of the canon of the Scripture, and therefore are of no authority in the Church of God, nor to be any otherwise approved, or made use of, than other human writings." Westminster Confession of Faith, 1646
  61. ^ "The Epitome of the Formula of Concord – Book of Concord". Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 October 2020. Diakses tanggal 19 August 2020. 
  62. ^ Brecht, Martin. Martin Luther. Volume 3, p. 98 James L. Schaaf, trans. Philadelphia: Fortress Press, 1985–1993. ISBN 0-8006-2813-6
  63. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Forward1981
  64. ^ (Inggris) Catholic Encyclopedia, Canon of the New Testament.
  65. ^ Josephus's The Jewish War and Antiquities of the Jews are highly regarded by Christians because they provide valuable insight into 1st century Judaism and early Christianity. Moreover, in Antiquities, Josephus made two extra-Biblical references to Jesus, which have played a crucial role in establishing him as a historical figure.
  66. ^ The Orthodox Tewahedo broader canon in its fullest form—which includes the narrower canon in its entirety, as well as nine additional books—is not known to exist at this time as one published compilation. Some books, though considered canonical, are nonetheless difficult to locate and are not even widely available in Ethiopia. While the narrower canon has indeed been published as one compilation, there may be no real emic distinction between the broader canon and the narrower canon, especially in so far as divine inspiration and scriptural authority are concerned. The idea of two such classifications may be nothing more than etic taxonomic conjecture.
  67. ^ (Inggris) Ethiopian Orthodox Tewahedo Church. 2003. "The Bible". 20 January 2012.
  68. ^ (Inggris) The Epistle of Paul the Apostle to the Laodiceans, Internet Sacred Text Archive 
  69. ^ (Inggris) The Third Epistle to the Corinthians can be found as a section within the Acts of Paul, which has survived only in fragments. A translation of the entire remaining Acts of Paul can be accessed online at "The Acts of Paul"
  70. ^ (Inggris) Saifullah, MSM (2006), Canons & Recensions of the Armenian Bible, diakses tanggal 25 January 2012 
  71. ^ (Inggris) Metzger, Bruce M. Canon of the New Testament. pp 219, 223; cf. 7, 176, 182. Cited in McDonald & Sanders, eds. 2002. The Canon Debate. p 492.
  72. ^ (Inggris) Didache, Early Christian Writings 
  73. ^ (Inggris) The Shepherd of Hermas, Internet Sacred Text Archive 
  74. ^ (Inggris) Cowley, R.W. 1974. "The Biblical Canon of the Ethiopian Orthodox Church Today" in Ostkirchliche Studien, Volume 23, pp. 318–323.
  75. ^ (Inggris) Burris, Catherine and Van Rompay, Lucas. 2002. "Thecla in Syriac Christianity: Preliminary Observations" in Hugoye: Journal of Syriac Studies, Vol. 5, No. 2.
  76. ^ (Inggris) Carter, Nancy A. 2000. "The Acts of Thecla: A Pauline Tradition Linked to Women."

Pustaka

Bacaan Lanjutan

  • Barnstone, Willis (ed.) The Other Bible: Ancient Alternative Scriptures. HarperCollins, 1984, ISBN 978-0-7394-8434-0.
  • Childs, Brevard S., The New Testament as Canon: An Introduction ISBN 0-334-02212-6
  • Gamble, Harry Y., The New Testament Canon: Its Making and Meaning ISBN 0-8006-0470-9
  • McDonald, Lee Martin, Forgotten Scriptures. The Selection and Rejection of Early Religious Writings, 2009, ISBN 978-0-664-23357-0
  • McDonald, Lee Martin, The Formation of the Christian Biblical Canon ISBN 0-687-13293-2
  • McDonald, Lee Martin, Early Christianity and Its Sacred Literature ISBN 1-56563-266-4
  • McDonald, Lee Martin, The Biblical Canon: Its Origin, Transmission, and Authority ISBN 978-1-56563-925-6
  • McDonald, Lee Martin, and James A. Sanders (eds.) The Canon Debate ISBN 1-56563-517-5
  • Metzger, Bruce Manning, The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance ISBN 0-19-826180-2
  • Souter, Alexander, The Text and Canon of the New Testament, 2nd. ed., Studies in theology; no. 25. London: Duckworth (1954)
  • Stonehouse, Ned Bernhard, The Apocalypse in the Ancient Church: A Study in the History of the New Testament Canon, 1929
  • Taussig, Hal A New New Testament: A Bible for the 21st Century Combining Traditional and Newly Discovered Texts, 2013
  • Wall, Robert W., The New Testament as Canon: A Reader in Canonical Criticism ISBN 1-85075-374-1
  • Westcott, Brooke Foss, A General Survey of the History of the Canon of the New Testament, 4th. ed, London: Macmillan (1875)

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya