Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Surat Yakobus

Halaman pertama Surat Yakobus (folio 85 recto) dari Minuscule 319.

Surat Yakobus adalah salah satu kitab dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Digolongkan ke dalam "surat-surat umum" (bahasa Yunani: Katholike Epistole) bersama dengan surat Yudas, surat 1 Petrus, surat 2 Petrus, dan ketiga surat Yohanes, sejak zaman Eusebius sekitar tahun 260-340 Masehi.[1] Inti dari keseluruhan surat ini adalah menguraikan berbagai pokok pandangan Kristen seperti misalnya kekayaan dan kemiskinan, godaan, kelakuan yang baik, prasangka, iman dan perbuatan, ucapan-ucapan mulut, kebijaksanaan, pertengkaran, keangkuhan dan kerendahan hati, hal menyalahkan orang lain, membual, kesabaran, dan doa.[1] Surat ini juga menekankan bahwa dalam menjalankan agama Kristen, iman harus disertai perbuatan.[1]

Penulis

Yakobus adalah sebuah nama yang sangat biasa di kalangan orang Yahudi, tetapi Yakobus yang diperkenalkan dalam Yakobus 1:1 bukanlah orang yang sembarangan.[2] Dalam Perjanjian Baru beberapa kali sempat muncul nama Yakobus, tetapi Yakobus ayah rasul Yudas dan Rasul Yakobus bin Zebedeus bukanlah orang-orang yang menulis surat Yakobus.[2] Banyak bukti menunjuk kepada Yakobus, saudara laki-laki Yesus Kristus sebagai penulisnya, yang pernah bertemu secara khusus dengan Yesus setelah kebangkitan dan mempunyai peran penting di antara murid-murid meskipun tidak termasuk keduabelas murid. (Matius 13:55; Kisah Para Rasul 21:15–25; 1 Korintus 15:7; Galatia 1:19; Galatia 2:9) Penulis sendiri hanya mencantumkan keterangan dirinya sebagai “hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus,” (Yakobus 1:1) seperti Yudas yang memulai suratnya dengan menyebut dirinya “hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus.” (Yudas 1:1) Lagipula, kalimat pembuka surat Yakobus ini berisi kata: "Salam!" seperti surat mengenai sunat yang dikirimkan dari Yerusalem, di mana Yakobus, saudara Yesus, berperan penting dalam persidangan yang dihadiri “rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat” di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:13,22,23). Hal ini diakui oleh bapa-bapa gereja mula-mula dari surat-surat mereka.[3]

Waktu penulisan

Surat Yakobus diperkirakan ditulis sebelum tahun 62 Masehi, karena Yakobus meninggal pada tahun itu.[2] Robinson menyakini surat ini ditulis pada tahun 47-48 M.[4]

Pengedaran surat ini sendiri diduga dilakukan agak lama setelah Yakobus meninggal.[2] Ada keraguan mengenai waktu penulisan ini karena dalam (Yakobus 2:21–24, Yakobus sepertinya menentang pikiran Paulus yang tertulis dalam Roma 4:2; Roma 3:28; Gal 2;16,[2] di mana Yakobus menjelaskan bahwa orang dibenarkan karena perbuatan dan bukan karena iman belaka, sedangkan Paulus tampaknya menegaskan bahwa manusia dibenarkan karena iman saja, bukan karena pekerjaan atau perbuatan. Namun, Paulus sebenarnya menyetujui pandangan Yakobus, di mana "iman bekerja oleh kasih" (Galatia 5:6). Jadi, hanya berbeda konteks penulisan saja.[2]

Ayat-ayat terkenal

  • Yakobus 1:13–14: Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
  • Yakobus 1:12: Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia
  • Yakobus 1:19–20: Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
  • Yakobus 2:26: Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
  • Yakobus 4:3: Kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
  • Yakobus 5:12: Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.

Tujuan

Surat ini ditujukan kepada orang Kristen Yahudi.[5] Hal ini dikarenakan Yesus menampakkan diri pada Yakobus dan memberikan kepadanya anugerah.[5] Tujuan penulisan surat ini adalah untuk membimbing anggota jemaat keluar dari kesalahan menuju hidup yang benar.[6]

Muatan Teologis

Tentang Allah

Dalam surat ini, dengan tegas dinyatakan bahwa Allah itu esa. Allah juga dituliskan sebagai Bapa segala terang.[1] Gambaran ini sebetulnya merujuk pada cerita penciptaan ketika Allah mengatakan jadilah terang (Kej 1:3).[1] Namun, yang terpenting dalam hal ini adalah firman kebenaran yang dihubungkan dengan penciptaan menjadi salah satu perhatian.[1] Secara implisit, penulis surat Yakobus berpegang pada keyakinan bahwa manusia diciptakan sebagai gambar Allah, dan sebagai gambar Allah orang percaya diberi roh yang ditempatkan dalam dirinya (Yak 4:5).[1]

Etika

Surat ini memiliki kemiripan dengan ajaran moral para nabi, khususnya mengenai etika sosial.[7] Etika dalam Yakobus hampir sama dengan etika Yahudi.[7] Dalam sebuah perikop (Yak 3:13-18)Yakobus mengungkapkan sifat hikmat yang dapat dihubungkan dengan Yesus yaitu murni, pendamai,peramah, penurut, dan belas kasihan.[7]

Isi

Pembagian isi dalam Terjemahan Baru adalah:[8]

  • Pendahuluan 1:1
  • Iman dan kebijaksanaan 1:2-8
  • Kemiskinan dan kekayaan 1:9-11
  • Cobaan dan godaan 1:12-18
  • Mendengar dan berbuat 1:19-27
  • Peringatan supaya tidak membeda-bedakan orang 2:1-13
  • Iman dan perbuatan 2:14-26
  • Orang Kristen dan ucapan-ucapan mulutnya 3:1-18
  • Orang Kristen dan dunia 4:1--5:6
  • Berbagai-bagai petunjuk 5:7-20

Lihat pula

Surat Yakobus
Didahului oleh:
Surat Ibrani
Perjanjian Baru
Alkitab
Diteruskan oleh:
Surat 1 Petrus

Referensi

  1. ^ a b c d e f g Bambang Subandrijo. 2010. Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 2. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm. 33.
  2. ^ a b c d e f C. Groenen. 1984. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 337.
  3. ^ Surat Yakobus, 1913 Catholic Encyclopedia Online
  4. ^ John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3
  5. ^ a b D. Guthrie, dkk. 2003. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF. hal.783.
  6. ^ M. E . Duyverman. 1992. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hal. 175.
  7. ^ a b c (Indonesia)Donald Guthrie. 1992. Teologi Perjanjian Baru 3. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm.288.
  8. ^ Berdasarkan Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002.


Kembali kehalaman sebelumnya