Kitab Kisah Para Rasul adalah kitab kelima Perjanjian Baru pada AlkitabKristen, yang terutama berisi tentang pertama kali terbentuknya gereja Kristen serta pertumbuhannya sampai pada pertengahan abad pertama Masehi.[1] Kisah Para Rasul diyakini ditulis oleh Lukas, dan merupakan lanjutan dari InjilLukas.[1] Meskipun dapat dianggap suatu kesatuan, pemisahan dengan kitab Injil Lukas sudah ada pada naskah-naskah tertua.[1]
Latar Belakang
Kisah Para Rasul menceritakan sejarah gerejaKristen awal setelah naiknya Yesus Kristus ke surga. Amanat Kisah Para Rasul ini menjelaskan bagaimana pengikut-pengikut Yesus Kristus—dengan pimpinan Roh Kudus—menyebarkan Kabar Baik tentang Yesus "di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi" (1:8). Buku ini adalah cerita tentang pergerakan Kristen yang dimulai di antara orang Yahudi lalu meluas menjadi suatu agama untuk seluruh dunia, tidak hanya untuk orang Yahudi. Penulis kitab ini merasa perlu pula meyakinkan para pembacanya bahwa orang-orang Kristen bukanlah suatu bahaya politiksubversif terhadap Kekaisaran Romawi, tetapi bahwa agama Kristen merupakan penyempurnaan agama Yahudi.[2]
Kisah Para Rasul secara garis besar menggambarkan tentang peristiwa perjalanan Injil dari Yerusalem, ibu kota Yehuda dunia Yahudi.[2][3][4] Pemberitaan Injil pada awalnya berjalan sukses di kalangan orang-orang Yahudi. Injil yang disebarkan pun bergerak semakin luas melalui pimpinan Roh Kudus. Penerimanya pertama-tama adalah orang Yahudi yang murtad, kemudian dilanjutkan kepada kaum proselit, hingga akhirnya kepada orang-orang bukan Yahudi penyembah berhala. Misi Kristen inilah yang kemudian belanjut hingga sekarang. Kitab ini pun berakhir secara mengejutkan ketika Paulus beserta kawan-kawannya mencapai Roma.[2][3][4]
Kisah Para Rasul bisa dibagi dalam tiga bagian. Di dalam ketiga bagian itu tampak meluasnya wilayah di mana Kabar Baik tentang Yesus disiarkan dan gereja didirikan:[2]
Permulaan pergerakan Kristen di Yerusalem setelah Yesus terangkat naik ke sorga;
Perluasan yang lebih besar lagi ke negeri-negeri di sekitar Laut Tengah sampai sejauh Roma.
Satu hal yang khas dan penting dalam buku Kisah Para Rasul ini ialah pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus yang datang dengan kuasa-Nya ke atas orang-orang percaya di Yerusalem. Peristiwa ini terjadi pada hari Pentakosta. Pada hari ini, semua orang yang mendengarkan Sabda Tuhan bisa mendengarkan-Nya dalam bahasa mereka masing-masing. Bahasa yang dimaksud di sini adalah bahasa Roh. Wujud Roh Kudus yang dijelaskan berupa nyala api.[2]
Ayat-ayat terkenal
Kisah Para Rasul 1: Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." --- Dapat dikatakan bahwa ayat inilah yang menjadi sentral dari seluruh Kisah Para Rasul, yaitu bagaimana Roh Kudus bekerja di dalam para rasul untuk menjadi saksi Kristus.
Kisah Para Rasul 3:6–8: Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" (3:7) Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. (3:8) Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah.
Kisah Para Rasul 8:36–37: Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" (8:37) Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."
Kisah Para Rasul 10:15: Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya (Petrus): "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram."
Kisah Para Rasul 16:30–31: Ia (kepala penjara) mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (16:31) Jawab mereka (Paulus dan Silas): "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
Isi
Berikut adalah garis besar isi kitab Kisah Para Rasul[5]
Ada lima hal yang menjadi fokus di dalam kitab ini.
Pertama, Kisah Para Rasul ini berisi tentang kelanjutan dari misi Tuhan dal
am sejarah. Sejarah ini dipahami sebagai kelanjutan dan pelayanan Yesus. Hal inilah yang menjadi topik yang hangat di dunia teologi masa kini, yaitu dalam mengungkapkan sejarah keselamatan. Konteks kitab ini merujuk kepada pemahaman akan segala peristiwa di dalam hidup dan gereja mula-mula sebagai peristiwa sejarah di dalam karya Tuhan dinyatakan. Iman Kristen juga diperhadapkan langsung dengan Tuhan yang menyatakan diri-Nya Juruselamat di dalam panggung sejarah.[2]
Kedua, Kitab Kisah Para Rasul ini merupakan kitab misi. Gereja sebagai persekutuan orang percaya memiliki tujuan untuk menjadi saksi tentang Yesus. Misi yang menjadi tujuan kekristenan ini berisi Injil. Injil tetang keselamatan umat manusia. Fokus kitab ini juga bercerita tentang kebangkitan Yesus dari kematian. Kebangkitan dari kematian menjadi tanda bahwa Dia adalah Allah dan Juruselamat. Kematian-Nya membawa pengampunan dosa bagi manusia. Pesan ini dinyatakan oleh Allah Bapa kepada Yesus sebagai otoritas untuk melimpahkan keselamatan dan karya keselamatan itu di dalam gereja.[2]
Ketiga, Kisah Para Rasul banyak juga berkonsentrasi terhadap hal-hal yang menjadi tantangan di dalam pemberitaan Injil. Di dalam pasal 14:22 dituliskan bahwa sekalipun banyak kesengsaraan, kita harus tetap memberitakan Kerajaan Allah. Lukas mengakui bahwa hanya jalan Yesus yang membawanya kepada puncak tantangan tersebut yaitu kematian. Tantangan itu biasanya diawali dengan ejekan rasul-rasul pada hari pentakosta. Selain itu, dilanjutkan lagi dengan usaha oleh para kaum bijaksana untuk diam tentang Yesus. Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya mati martir. Stefanus, salah seorang tokoh mati martir. Dia menjadi tokoh mati martir pertama di dalam kekristenan. Tugas untuk memberitakan Injil memang beban yang berat. Tantangan dan penderitaan menjadi faktor penghalang setiap orang percaya dalam memberitakan Injil.[2]
Keempat, Kisah Para Rasul merefleksikan tekanan luar biasa yang terdapat di gereja awal. Tekanan-tekanan ini melebihi misi kekafiran. Kisah Para Rasul menjelaskan bahwa orang-orang non-Yahudi, yang dianggap kafir oleh Yahudi adalah termasuk umat Allah. Injil dengan jelas mencatat pesan yang diberikan oleh YesusKristus kepada murid-murid-Nya. Pesan itu menjelaskan bahwa murid-murid-Nya memberitakan Injil kepada seluruh bangsa-bangsa. Namun, inti persoalannya adalalah apakah munculnya gereja telah menghasilkan sebuah komunitas baru yang berbeda dengan Yudaisme. Yudaisme memang adalah awal dari kekristenan. Orang-orang kristen awal pun adalah orang Yahudi. Dalam hal ini, setiap orang berhak untuk menerima kabar keselamatan yang diberikan oleh Yesus itu. Oleh sebab itu, tidak lagi mempersoalkan Yahudi atau non-Yahudi.[2]
Terakhir, hidup dan oraganisasi gereja. Lukas menawarkan sebuah gambaran tentang kehidupan dan ibadah gereja yang tidak ragu sebagai sebuah pola untuk menyediakan petunjuk bagi gereja sekitarnya. Kita mendapatkan gambaran tentang persekutuan kelompok-kelompok kecil dalam pengajaran, pemuridan, ibadah, dan perjamuan. Selain itu, ada juga jalan masuk untuk ke gereja dengan dibaptis dengan air. Hal-hal ini terdapat di dalam ringkasan singkat pada pasal-pasal awal Kisah Para Rasul ini (2:42-47;4:32-37). Hal ini juga seperti yang digambarkan oleh Injil Lukas. Lukas juga mencatat bahwa pentingnya peranan Roh Kudus di dalam kehidupan gereja. Roh Kudus merupakan milik dari setiap orang Kristen. Selain itu, Roh Kudus menjadi sumber sukacita dan kekuatan. Pemimpin-pemimpin Kristen sendiri merupakan orang-orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus untuk menunjukkan fungsi-fungsinya yang bermacam-macam.[2]
Nama tokoh yang disebut
Tokoh yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul - diurutkan berdasarkan abjad
Kisah Para Rasul mengutip sejumlah ayat dari bagian Alkitab yang lain dan juga dirujuk dalam sejumlah bagian, misalnya surat-surat Paulus. Berikut sebagian kaitan kitab lain dengan Kisah Para Rasul