Ribka (bahasa Ibrani: רִבְקָה,ModernRivkahTiberiasRiḇqāh, ISO 259-3Ribqa, dari bahasa Ibraniribhqeh yang berarti "pertalian", dari akar kata Semitik r-b-q, "mengikat, menggabungkan atau menyatukan"[1] atau "mengaitkan kuat-kuat";[2]bahasa Inggris: Rebecca atau Rebekah; dalam Islam disebut Rifqah) adalah anak perempuan Betuel, kakak perempuan Laban.[3] Ia menjadi istri Ishak, anak Abraham dan Sara menurut Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di AlkitabKristen.[4] Betuel, ayah Ribka, adalah putra Milka dan Nahor, saudara kandung Abraham, sehingga Ribka masih bersaudara dengan Ishak, tepatnya anak dari sepupu Ishak. Selain itu, perempuan ini adalah ibu dari dua anak kembar yang diceritakan dalam Alkitab, yaitu Esau dan Yakub.[4]
Pertemuan dengan Eliezer
Ribka dipinang oleh Eliezer, hamba Abraham untuk Ishak. Abraham menyuruh hambanya itu bersumpah:
tidak akan mengambil untuk Ishak seorang isteri dari antara perempuan Kanaan.[5]
harus pergi ke negeri dan kepada sanak saudara Abraham untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak[6]
janganlah Ishak bawa kembali ke negeri asal Abraham [7]
jika perempuan itu tidak mau mengikutinya untuk menikah dengan Ishak, maka lepaslah hamba itu dari sumpahnya[8]
Hamba itu meletakkan tangannya di bawah pangkal paha Abraham, tuannya, dan bersumpah kepadanya tentang hal itu. Kemudian hamba itu mengambil sepuluh ekor dari unta tuannya dan pergi dengan membawa berbagai-bagai barang berharga kepunyaan tuannya; demikianlah ia berangkat menuju Padan-Aram di Mesopotamia ke kota tempat tinggal Nahor. Di sana disuruhnyalah unta itu berhenti di luar kota dekat suatu sumur, pada waktu petang hari, waktu perempuan-perempuan keluar untuk menimba air.[9]
Lalu berkatalah ia: "TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum --dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu."[10]
Sebelum ia selesai berkata, maka datanglah Ribka, yang lahir bagi Betuel, anak laki-laki Milka, isteri Nahor, saudara Abraham; buyungnya dibawanya di atas bahunya. Anak gadis itu sangat cantik parasnya, seorang perawan, belum pernah bersetubuh dengan laki-laki; ia turun ke mata air itu dan mengisi buyungnya, lalu kembali naik.[11] Kemudian berlarilah hamba itu mendapatkannya serta berkata: "Tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu." Jawab Ribka: "Minumlah, tuan," maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya, serta diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia: "Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas minum." Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu ke dalam palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu. Dan hamba itu mengamat-amatinya dengan berdiam diri untuk mengetahui apakah TUHAN membuat perjalanannya berhasil atau tidak. Setelah unta-unta itu puas minum, maka orang itu mengambil anting-anting emas yang setengah syikal beratnya, dan sepasang gelang tangan yang sepuluh syikal emas beratnya, serta berkata: "Anak siapakah engkau? Baiklah katakan kepadaku! Adakah di rumah ayahmu tempat bermalam bagi kami?" Lalu jawabnya kepadanya: "Ayahku Betuel, anak Milka, yang melahirkannya bagi Nahor." Lagi kata gadis itu: "Baik jerami, baik makanan unta banyak pada kami, tempat bermalampun ada."[12]
Lalu berlututlah orang itu dan sujud menyembah TUHAN, serta berkata: "Terpujilah TUHAN, Allah tuanku Abraham, yang tidak menarik kembali kasih-Nya dan setia-Nya dari tuanku itu; dan TUHAN telah menuntun aku di jalan ke rumah saudara-saudara tuanku ini!"[13]
Berlarilah gadis itu pergi menceritakan kejadian itu ke rumah ibunya. Saudara laki-laki Ribka, Laban, melihat anting-anting itu dan gelang pada tangan Ribka, serta mendengar perkataan Ribka: "Begitulah dikatakan orang itu kepadaku."[14]
Catatan: Betuel saat itu masih hidup,[15] tetapi ada kebiasaan di daerah itu bahwa para ibu mempunyai tenda atau apartemen sendiri, terpisah dari para bapak, seperti misalnya kemah Sara, istri Abraham.[16] Rupanya Ribka, sebagai anak perempuan, lebih mudah berbicara dengan ibunya untuk menyampaikan pertemuan itu dan kebetulan Laban ada di tempat ibunya itu.[17]
Maka Laban berlari ke luar mendapatkan orang itu, ke mata air tadi. Ia mendapatkan orang itu, yang masih berdiri di samping unta-untanya di dekat mata air itu, dan berkata: "Marilah engkau yang diberkati TUHAN, mengapa engkau berdiri di luar, padahal telah kusediakan rumah bagimu, dan juga tempat untuk unta-untamu." Masuklah orang itu ke dalam rumah. Ditanggalkanlah pelana unta-unta, diberikan jerami dan makanan kepada unta-unta itu, lalu dibawa air pembasuh kaki untuk orang itu dan orang-orang yang bersama-sama dengan dia. Tetapi ketika dihidangkan makanan di depannya, berkatalah orang itu: "Aku tidak akan makan sebelum kusampaikan pesan yang kubawa ini." Jawab Laban: "Silakan!"[18]
Lalu berkatalah ia: "Aku ini hamba Abraham. TUHAN sangat memberkati tuanku itu, sehingga ia telah menjadi kaya; TUHAN telah memberikan kepadanya kambing domba dan lembu sapi, emas dan perak, budak laki-laki dan perempuan, unta dan keledai. Dan Sara, isteri tuanku itu, sesudah tua, telah melahirkan anak laki-laki bagi tuanku itu; kepada anaknya itu telah diberikan tuanku segala harta miliknya. Tuanku itu telah mengambil sumpahku: Engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan, yang negerinya kudiami ini, tetapi engkau harus pergi ke rumah ayahku dan kepada kaumku untuk mengambil seorang isteri bagi anakku. Jawabku kepada tuanku itu: Mungkin perempuan itu tidak mau mengikut aku. Tetapi katanya kepadaku: TUHAN, yang di hadapan-Nya aku hidup, akan mengutus malaikat-Nya menyertai engkau, dan akan membuat perjalananmu berhasil, sehingga engkau akan mengambil bagi anakku seorang isteri dari kaumku dan dari rumah ayahku. Barulah engkau lepas dari sumpahmu kepadaku, jika engkau sampai kepada kaumku dan mereka tidak memberikan perempuan itu kepadamu; hanya dalam hal itulah engkau lepas dari sumpahmu kepadaku. Dan hari ini aku sampai ke mata air tadi, lalu kataku: TUHAN, Allah tuanku Abraham, sudilah kiranya Engkau membuat berhasil perjalanan yang kutempuh ini. Di sini aku berdiri di dekat mata air ini; kiranya terjadi begini: Apabila seorang gadis datang ke luar untuk menimba air dan aku berkata kepadanya: Tolong berikan aku minum air sedikit dari buyungmu itu, dan ia menjawab: Minumlah, dan untuk unta-untamu juga akan kutimba air, --dialah kiranya isteri, yang telah TUHAN tentukan bagi anak tuanku itu. Belum lagi aku habis berkata dalam hatiku, Ribka telah datang membawa buyung di atas bahunya, dan turun ke mata air itu, lalu menimba air. Kataku kepadanya: Tolong berikan aku minum. Segeralah ia menurunkan buyung itu dari atas bahunya serta berkata: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum. Lalu aku minum, dan unta-unta itu juga diberinya minum. Sesudah itu aku bertanya kepadanya: Anak siapakah engkau? Jawabnya: Ayahku Betuel anak Nahor yang dilahirkan Milka. Lalu aku mengenakan anting-anting pada hidungnya dan gelang pada tangannya. Kemudian berlututlah aku dan sujud menyembah TUHAN, serta memuji TUHAN, Allah tuanku Abraham, yang telah menuntun aku di jalan yang benar untuk mengambil anak perempuan saudara tuanku ini bagi anaknya. Jadi sekarang, apabila kamu mau menunjukkan kasih dan setia kepada tuanku itu, beritahukanlah kepadaku; dan jika tidak, beritahukanlah juga kepadaku, supaya aku tahu entah berpaling ke kanan atau ke kiri."[19]
Lalu Laban dan Betuel menjawab: "Semuanya ini datangnya dari TUHAN; kami tidak dapat mengatakan kepadamu baiknya atau buruknya. Lihat, Ribka ada di depanmu, bawalah dia dan pergilah, supaya ia menjadi isteri anak tuanmu, seperti yang difirmankan TUHAN." Ketika hamba Abraham itu mendengar perkataan mereka, sujudlah ia sampai ke tanah menyembah TUHAN.[20]
Kemudian hamba itu mengeluarkan perhiasan emas dan perak serta pakaian kebesaran, dan memberikan semua itu kepada Ribka; juga kepada saudaranya dan kepada ibunya diberikannya pemberian yang indah-indah. Sesudah itu makan dan minumlah mereka, ia dan orang-orang yang bersama-sama dengan dia, dan mereka bermalam di situ. Paginya sesudah mereka bangun, berkatalah hamba itu: "Lepaslah aku pulang kepada tuanku." Tetapi saudara Ribka berkata, serta ibunya juga: "Biarkanlah anak gadis itu tinggal pada kami barang sepuluh hari lagi, kemudian bolehlah engkau pergi." Tetapi jawabnya kepada mereka: "Janganlah tahan aku, sedang TUHAN telah membuat perjalananku berhasil; lepaslah aku, supaya aku pulang kepada tuanku."[21]
Kata mereka: "Baiklah kita panggil anak gadis itu dan menanyakan kepadanya sendiri." Lalu mereka memanggil Ribka dan berkata kepadanya: "Maukah engkau pergi beserta orang ini?" Jawabnya: "Mau."[22]
Catatan: Bukanlah hal yang lazim, seorang perempuan muda diminta kesediaannya, padahal biasanya harus tunduk pada perintah kaum laki-laki. Jawaban ini merupakan titik penting dari sejarah bangsa Israel, karena kesediaan Ribka untuk menempuh perjalanan sedemikian jauhnya itu untuk menikah dengan Ishak akhirnya menghasilkan keturunan, Esau dan Yakub, di mana dari Yakub diturunkan kedua belas suku Israel.[23]
Maka Ribka, saudara mereka itu, dan inang pengasuhnya beserta hamba Abraham dan orang-orangnya dibiarkan mereka pergi. Dan mereka memberkati Ribka, kata mereka kepadanya:[24]
"Saudara kami, moga-moga engkau menjadi beribu-ribu laksa, dan moga-moga keturunanmu menduduki kota-kota musuhnya."[25]
Lalu berkemaslah Ribka beserta hamba-hambanya perempuan, dan mereka naik unta mengikuti orang itu. Demikianlah hamba itu membawa Ribka lalu berjalan pulang.[26]
Pertemuan dengan Ishak
Adapun Ishak telah datang dari arah sumur Lahai-Roi dan tinggal di Tanah Negeb. Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang. Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya. Katanya kepada hamba itu: "Siapakah laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?" Jawab hamba itu: "Dialah tuanku itu." Lalu Ribka mengambil telekungnya dan bertelekunglah ia. Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang dilakukannya. Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.[27] Ishak berumur 40 tahun, ketika Ribka, anak Betuel, orang Aram dari Padan-Aram, saudara perempuan Laban orang Aram itu, diambilnya menjadi isterinya.[28]
Anak-anak
Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab Ribka, isterinya itu, mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung. Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?" Dan ia pergi meminta petunjuk kepada TUHAN. Firman TUHAN kepadanya:[29]
"Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda."[30]
Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya. Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur 60 tahun pada waktu mereka lahir. Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.[31]
Tinggal di tanah Filistin
Timbullah kelaparan di negeri tempat tinggal Ishak (ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham). Ishak dilarang Tuhan pergi ke Mesir, jadi ia pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin dan tinggal di sana. Ketika orang-orang di tempat itu bertanya tentang Ribka, isterinya, berkatalah Ishak: "Dia saudaraku," sebab ia takut mengatakan: "Ia isteriku," karena pikirnya: "Jangan-jangan aku dibunuh oleh penduduk tempat ini karena Ribka, sebab elok parasnya." Setelah beberapa lama ia ada di sana, pada suatu kali menjenguklah Abimelekh, raja orang Filistin itu dari jendela, maka dilihatnya Ishak sedang bercumbu-cumbuan dengan Ribka, isterinya. Lalu Abimelekh memanggil Ishak dan berkata: "Sesungguhnya dia isterimu, masakan engkau berkata: Dia saudaraku?" Jawab Ishak kepadanya: "Karena pikirku: Jangan-jangan aku mati karena dia." Tetapi Abimelekh berkata: "Apakah juga yang telah kauperbuat ini terhadap kami? Mudah sekali terjadi, salah seorang dari bangsa ini tidur dengan isterimu, sehingga dengan demikian engkau mendatangkan kesalahan atas kami." Lalu Abimelekh memberi perintah kepada seluruh bangsa itu: "Siapa yang mengganggu orang ini atau isterinya, pastilah ia akan dihukum mati." Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.[32]
Menipu Ishak untuk mendapatkan berkat warisan bagi Yakub
Ketika Esau telah berumur 40 tahun, ia mengambil Yudit, anak Beeri orang Het, dan Basmat, anak Elon orang Het, menjadi isterinya. Kedua perempuan itu menimbulkan kepedihan hati bagi Ishak dan bagi Ribka.[33] Tiba waktunya Ishak hendak memberikan berkat warisan kepada Esau, Ribka merencanakan tipu daya agar bukan Esau, melainkan Yakub, anak kesayangannya, yang menerima berkat anak sulung dari Ishak.[4] Pada saat itu, Ishak sudah sangat tua dan penglihatannya telah kabur, sehingga sulit untuk membedakan antara Esau dan Yakub.[3] Ribka mendengarkan, ketika Ishak berkata kepada Esau, anak sulungnya, supaya memburu seekor binatang; mengolahnya menjadi makanan yang enak, seperti yang digemari Ishak, supaya setelah makan, Ishak memberkati Esau, sebelum ia mati. Setelah Esau pergi ke padang memburu seekor binatang untuk dibawanya kepada ayahnya, berkatalah Ribka kepada Yakub: "Telah kudengar ayahmu berkata kepada Esau, kakakmu: Bawalah bagiku seekor binatang buruan dan olahlah bagiku makanan yang enak, supaya kumakan, dan supaya aku memberkati engkau di hadapan TUHAN, sebelum aku mati. Maka sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu. Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya. Bawalah itu kepada ayahmu, supaya dimakannya, agar dia memberkati engkau, sebelum ia mati." Lalu kata Yakub kepada Ribka, ibunya: "Tetapi Esau, kakakku, adalah seorang yang berbulu badannya, sedang aku ini kulitku licin. Mungkin ayahku akan meraba aku; maka nanti ia akan menyangka bahwa aku mau memperolok-olokkan dia; dengan demikian aku akan mendatangkan kutuk atas diriku dan bukan berkat." Tetapi ibunya berkata kepadanya: "Akulah yang menanggung kutuk itu, anakku; dengarkan saja perkataanku, pergilah ambil kambing-kambing itu." Lalu ia pergi mengambil kambing-kambing itu dan membawanya kepada ibunya; sesudah itu ibunya mengolah makanan yang enak, seperti yang digemari ayahnya. Kemudian Ribka mengambil pakaian yang indah kepunyaan Esau, anak sulungnya, pakaian yang disimpannya di rumah, lalu disuruhnyalah dikenakan oleh Yakub, anak bungsunya. Dan kulit anak kambing itu dipalutkannya pada kedua tangan Yakub dan pada lehernya yang licin itu. Lalu ia memberikan makanan yang enak dan roti yang telah diolahnya itu kepada Yakub, anaknya. Demikianlah Yakub masuk ke tempat ayahnya serta berkata: "Bapa!" Sahut ayahnya: "Ya, anakku; siapakah engkau?" Kata Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku."[34] Meskipun mulanya agak ragu, Ishak tidak mengetahui sama sekali bahwa yang sedang ia berkati bukanlah Esau, melainkan adik kembarnya, Yakub. Hak kesulungan Esau telah diambil oleh Yakub sebelumnya dengan ganti semangkok kacang merah.[4] Setelah menyadari hak kesulungannya telah didapatkan oleh Yakub, Esau sangat marah.[4]
Berpisah dengan Yakub
Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: "Hari-hari berkabung w karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh." Ketika diberitahukan perkataan Esau, anak sulungnya itu kepada Ribka, maka disuruhnyalah memanggil Yakub, anak bungsunya, lalu berkata kepadanya: "Esau, kakakmu, bermaksud membalas dendam membunuh engkau. Jadi sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku, bersiaplah engkau dan larilah kepada Laban, saudaraku, ke Haran, dan tinggallah padanya beberapa waktu lamanya, sampai kegeraman dan kemarahan kakakmu itu surut dari padamu, dan ia lupa apa yang telah engkau perbuat kepadanya; kemudian aku akan menyuruh orang menjemput engkau dari situ. Mengapa aku akan kehilangan kamu berdua pada satu hari juga?" Kemudian Ribka berkata kepada Ishak: "Aku telah jemu hidup karena perempuan-perempuan Het itu; jikalau Yakub juga mengambil seorang isteri dari antara perempuan negeri ini, semacam perempuan Het itu, apa gunanya aku hidup lagi?"[35] Kemudian Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta memesankan kepadanya, katanya: "Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang isteri dari anak-anak Laban, saudara ibumu. Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa. Moga-moga Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepadamu serta kepada keturunanmu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham." Demikianlah Ishak melepas Yakub, lalu berangkatlah Yakub ke Padan-Aram, kepada Laban anak Betuel, orang Aram itu, saudara Ribka ibu Yakub dan Esau.[36]
Akhir hidup
Tidak ada catatan mengenai matinya Ribka. Juga tidak ada informasi apakah Ribka sempat melihat Yakub kembali setelah Yakub pergi ke Padan Aram.[3] Hanya dicatat bahwa Ribka dimakamkan dalam gua yang di ladang Makhpela,[37] di ladang Efron, orang Het, di sebelah timur Mamre di tanah Kanaan, ladang yang telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik.[38] Ishak, suami Ribka, melewatkan hari tuanya di kota Mamre, tidak jauh dari makam Ribka, dan setelah meninggal dikuburkan oleh anak-anaknya di makam yang sama.[39] Setelah menjadi wilayah kekhalifahan, didirikanlah sebuah masjid di tempat itu yang bernama Masjid Ibrahimi.[40]
Saat Yakub kembali ke Kanaan dengan keluarganya dan hartanya, ia berhenti di Betel. Debora, inang pengasuh Ribka, dikuburkan di sebelah hilir Betel di bawah pohon besar, yang dinamai orang: Pohon Besar Penangisan (bahasa Ibrani: אלון בכות, Alon Bachuth, bahasa Inggris: Tree of Weepings.[41] Menurut Midrash,[42] bentuk jamak kata "penangisan" menunjukkan kesedihan ganda, karena rupanya Ribka juga mati pada saat yang sama dengan Debora. Mungkin pula penyebutan kematian Debora dalam ayat tersebut adalah sebagai kamuflase kematian Ribka. Kematian Ribka sendiri tidak disebutkan jelas karena beberapa alasan, menurut Rashi:[43]
Ribka dimakamkan dengan diam-diam, karena takut Esau akan melakukan penghinaan terhadap mayatnya.
Ribka dimakamkan dalam situasi tragis: suaminya, Ishak, buta, sehingga tidak dapat memberi penghormatan sepantasnya. Yakub tinggal di tempat jauh. Esau tidak mau datang, karena masih marah atas bantuan Ribka kepada Yakub.
Silsilah
Menurut catatan Alkitab, silsilah Ribka adalah sebagai berikut:
^ abc(Indonesia)Naipospos, P. S. dan J. J. de Heer.1997.Nama-nama Pribadi dalam Alkitab.Jakarta: BPK Gunung Mulia
^ abcde(Indonesia)Browning, W.R.F. Kamus Alkitab: Panduan Dasar ke dalam Kitab-kitab, Tema, Tempat, Tokoh, dan Istilah Alkitabiah (terj.). Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2007.