Ia memulai kepemimpinannnya pada umur 16 tahun dan memerintah selama 52 tahun.[2] Uzia telah menduduki takhta bersama bapaknya, sebelum Amazia mati terbunuh.[2] Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.[4] Pada masa pemerintahannya, Yehuda mengalami kemakmuran yang besar.[2] Yehuda dapat menutup kerugian-kerugian yang dialami pada waktu pemerintahan raja-raja yang terakhir, khususnya dalam hal pertanian dan peternakan.[1][2] Ia sangat memperhatikan bidang militer, sehingga ia menyediakan persenjataan khusus untuk pertahanan, menyiagakan tentara yang besar lengkap dengan senjata paling jitu dan membangun kota-kota benteng di tempat-tempat strategis.[2] Namun, pada akhirnya pemerintahan Uzia melanggar perintah Tuhan, yakni dengan mempersembahkan kurban ungkupan.[1] Oleh karena itu, Tuhan memberikan hukuman kepadanya dengan penyakit kusta.[1] Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN. Dan Yotam, anaknya, mengepalai istana raja dan menjalankan pemerintahan atas rakyat negeri itu.[5]
Para nabi
Pada zaman raja Uzia, muncul sejumlah nabi yang menyampaikan nubuat Allah kepada bangsa Israel dan Yehuda:
nabi Amos, salah seorang peternak domba dari Tekoa. Pada waktu itu Yerobeam, anak Yoas, masih menjabat sebagai raja Israel. Firman Allah diucapkan melalui nabi Amos dua tahun sebelum gempa bumi.[6] Gempa ini dicatat juga dalam kitab Zakharia:
Maka tertutuplah lembah gunung-gunung-Ku, sebab lembah gunung itu akan menyentuh sisinya; dan kamu akan melarikan diri seperti kamu pernah melarikan diri oleh karena gempa bumi pada zaman Uzia, raja Yehuda. Lalu TUHAN, Allahku, akan datang, dan semua orang kudus bersama-sama Dia.[7]
nabi Yesaya bin Amos.[9] Yesaya juga dicatat sebagai penulis kitab riwayat hidup raja Uzia.[10]
Nama
Kitab 2 Raja-raja pada awalnya mencatat namanya sebagai "Azarya" (yaitu pada pasal 14 sampai setengah pasal 15), dan kemudian mulai menggunakan nama "Uzia" berkenaan dengan nama putra dan sekaligus penerusnya, "Yotam bin Uzia", mulai 2 Raja–raja 15:30 dan seterusnya.[11]Kitab 2 Tawarikh selalu menggunakan nama "Uzia". Demikian pula kitab nabi-nabi Amos, Hosea dan Yesaya.
Prasasti Uzia
Pada tahun 1931, Profesor E.L. Sukenik dari Hebrew University of Jerusalem, mendapati sebuah artefak di antara koleksi suatu biara Rusia di Bukit Zaitun. Asal usul lempengan yang kemudian dikenal sebagai "Prasasti Uzia" (Uzziah Tablet) itu tidak diketahui dan tidak dicatat oleh biara itu. Prasasti itu berupa lempengan batu berukuran 35 cm x 34 cm dengan tebal 6 cm. Inskripsi pada prasasti itu ditulis dalam huruf Ibrani Kuno dengan gaya bahasa Aram. Gaya bahasa ini diperkirakan dari periode tahun 30-70 M, sekitar 700 tahun setelah kematian raja Uzia (wafat sekitar 747 SM) yang dicatat dalam Kitab 2 Raja-raja dan Kitab 2 Tawarikh. Tulisan itu berbunyi: "Dengan ini dibawa tulang-tulang Uzia, raja Yehuda. Tidak boleh dibuka." Masih diperdebatkan apakah prasasti ini benar-benar merupakan bagian dari makam raja Uzia atau sekadar buatan pada masa kemudian. Ada kemungkinan dilangsungkan pemakaman kembali sisa jenazah Uzia pada zaman Bait Suci Kedua.[12][13]
Gempa bumi pada abad ke-8 SM
Penelitian oleh geolog Profesor Steven A. Austin[14] dan rekan-rekannya yang dipublikasikan pada tahun 2000 menyatakan bahwa sejumlah ekskavasi arkeologi yang terpisah-pisah di daerah-daerah Israel dan Yordania mengandung arsitektur dari Zaman Besi Muda (Iron IIb) yang menunjukkan kerusakan karena gempa bumi besar.[15] Bekas-bekas gempa bumi pada enam situs (Hazor, Deir 'Alla, Gezer, Lakhis, Tell Judeideh, dan 'En Haseva), secara stratigrafis terkait sangat erat dengan periode pertengahan abad ke-8 SM, dengan rentang kesalahan penanggalan sekitar 30 tahun (kurang lebih pada masa pemerintahan Uzia sebagaimana disebutkan dalam Amos 1:1 dan Zakharia 14:5).[15] Ekskavasi oleh arkeolog Yigael Yadin pada Stratum VI di Hazor mengungkapkan tembok-tembok yang miring ke arah selatan, pilar-pilar yang condong, dan rumah-rumah yang ambruk, bahkan pada sejumlah arsitektur yang terkuat, menandakan gelombang gempa bumi datangnya dari utara.[16] Ekskavasi pada kota Gezer mengungkapkan kerusakan parah akibat gempa bumi, di mana tembok kota terluar menunjukkan batu pahatan yang beratnya berton-ton retak dan berpindah tempat beberapa inci dari landasannya. Bagian bawah tembok berpindah ke arah luar (menjauhi kota), sedangkan bagian atasnya jatuh ke arah dalam (mendekati kota) masih tergeletak lapisan demi lapisan, menunjukkan bahwa robohnya tembok itu tiba-tiba.[17]
Perhitungan waktu
Uzia (Azarya) bin Amazia memerintah Kerajaan Yehuda di Yerusalem selama 52 tahun sejak usia 16 tahun,[3] sampai matinya pada usia 68 tahun.[18]
Yotam bin Uzia mulai menjadi raja pada usia 25 tahun.[21][22]
Pemerintahan bersama Amazia
Uzia mulai memerintah sewaktu ayahnya, Amazia, masih hidup:
William F. Albright memperkirakan masa pemerintahan Uzia pada tahun 783 – 742 SM. Edwin R. Thiele memperhitungkan bahwa Uzia menjadi raja bersama ayahnya Amazia sejak tahun 792/791 SM selama 14-15 tahun, memerintah sendiri sejak usia 39 tahun selama 27-28 tahun pada periode 767-740/739 SM.[23][18]Catholic Encyclopedia memberikan masa pemerintahannya pada tahun 809-759 SM.[24]
Pemerintahan bersama antara Uzia dan ayahnya, Amazia, diperkirakan dimulai ketika Yoas, raja Israel menangkap Amazia, raja Yehuda di Bet-Semes setelah Amazia dengan bodohnya menantang Yoas untuk berperang.[25] Saat itulah "segenap bangsa Yehuda mengambil Azarya, yang masih berumur 16 tahun dan mengangkat dia menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia."[25] Hal ini diperhitungkan pada tahun ke-6 pemerintahan Amazia di Yehuda yang bertepatan dengan tahun ke-9 pemerintahan Yoas di Israel (tahun 789 SM[26] atau 792/791 SM[23]). Saat itu Amazia berusia 31 tahun (2 Raja-raja 14:2).[27]
Uzia mulai memerintah sendirian pada tahun ke-27 pemerintahan Yerobeam II di Kerajaan Israel Utara.[19] Yerobeam, anak Yoas, raja Israel, menjadi raja di Samaria, dalam tahun ke-15 zaman Amazia bin Yoas, raja Yehuda, ayah Uzia, dan memerintah 41 tahun lamanya.[28]
Menurut tahun Kerajaan Yehuda
Menurut perhitungan waktu pemerintahan raja Asa, Yosafat dan seterusnya, maka tahun-tahun kehidupan Uzia dapat dihitung sejak berdirinya Kerajaan Yehuda (mulai dari pecahnya Kerajaan Israel pada tahun 931 SM).
Tahun ke-125 (tahun ke-35 Dinasti Yehu, Amazia 15 tahun): Azarya dilahirkan oleh Yekholya, dari Yerusalem, bagi Amazia, yang kelak menjadi raja Yehuda.[29] ("807 SM")[18]
Tahun ke-135 (tahun ke-45 Dinasti Yehu, Amazia 25 tahun): Amazia diangkat menjadi raja Yehuda. ("797 SM")[20]
Tahun ke-141 (tahun ke-51 Dinasti Yehu, tahun ke-9 Yoas raja Israel; tahun ke-6 Amazia (31 tahun), Azarya 16 tahun): Amazia ditawan oleh Yoas. Rakyat Yehuda mengangkat Azarya menjadi raja ("791 SM")[18]
Tahun ke-150 (tahun ke-60 Dinasti Yehu; tahun ke-15 Amazia (40 tahun); tahun ke-9 Uzia (25 tahun)): Yerobeam bin Yoas menjadi raja sendirian atas Israel di Samaria, setelah sebelumnya berstatus "raja bersama" dengan ayahnya sejak tahun 793 SM. (782 SM)[30]
Tahun ke-157 (tahun ke-67 Dinasti Yehu; tahun ke-22 Amazia (47 tahun); tahun ke-16 Uzia (32 tahun)): Yotam, putra mahkota dan kelak penerus raja Uzia, dilahirkan oleh Yerusa anak Zadok.[21] (775 SM)[22]
Tahun ke-164 (tahun ke-74 Dinasti Yehu, tahun ke-27 Yerobeam; tahun ke-29 Amazia; tahun ke-23 Uzia (39 tahun); Yoram 7 tahun): Amazia (54 tahun) mati dibunuh.[31][20] Azarya atau Uzia (39 tahun), putra Amazia, menjadi raja sendirian atas Yehuda.[32][33] (767 SM)[18]
Tahun ke-179 (tahun ke-89 Dinasti Yehu; tahun ke-41 Yerobeam; tahun ke-38 Uzia (54 tahun), Yotam 22 tahun): Yerobeam mati. Zakharia bin Yerobeam, menjadi raja atas Israel di Samaria. Ia memerintah 6 bulan lamanya dan merupakan keturunan ke-4/terakhir dari Dinasti Yehu.[34] Zakharia naik tahta sebelum bulan September 753 SM (yang masih terhitung tahun ke-38 Azarya menurut kalender Kerajaan Yehuda yang dimulai pada bulan Tisyri/September) dan mati enam bulan kemudian (sudah terhitung tahun ke-39 Azarya), pada bulan-bulan awal tahun 752 SM (kemungkinan sesaat sebelum 1 Nisan 752 SM).[35]
Tahun ke-180 (tahun ke-90 Dinasti Yehu; tahun ke-39 Uzia (55 tahun), Yotam 23 tahun): (752 SM)
Zakharia bin Yerobeam mati. Dinasti Yehu berakhir.[34]
Salum bin Yabesh menjadi raja dan memerintah sebulan lamanya di Samaria.[36]
Menahem bin Gadi menjadi raja atas Israel. Ia memerintah 10 tahun lamanya di Samaria.[37]
Tahun ke-182 (tahun ke-41 Uzia (57 tahun), Yotam 25 tahun; tahun ke-2 Menahem raja Israel): Yotam bin Uzia diangkat menjadi "raja bersama" dengan ayahnya, pada usia 25 tahun. (750 SM)[22]
Tahun ke-190 (tahun ke-49 Uzia (65 tahun), tahun ke-8 Yotam (33 tahun)): Ahas anak Yotam dilahirkan.[38] (742 SM)
Tahun ke-191 (tahun ke-50 Uzia (66 tahun), tahun ke-9 Yotam 34 tahun, Ahas 2 tahun): Pekahya, anak Menahem, menjadi raja atas Israel di Samaria. Ia memerintah 2 tahun lamanya.[39] (741 SM)[40]
Tahun ke-193 (tahun ke-52 Uzia (68 tahun), tahun ke-11 Yotam (36 tahun); Ahas 3 tahun): (740-"739 SM")[18]
Pekah bin Remalya menjadi raja atas orang Israel di Samaria. Ia memerintah 20 tahun lamanya.[41]
Pada tahun matinya raja Uzia, nabi Yesaya bin Amos mendapat panggilan Allah untuk menjadi utusannya dalam suatu penglihatan akan Allah yang duduk di atas tahta di atas Bait-Nya.[42]
^ abAustin, S.A., G. W. Franz, and E. G. Frost. 2000. Amos's Earthquake: An extraordinary Middle East seismic event of 750 B.C. International Geology Review. 42 (7): 657-671.
^Yadin Y. 1975. Hazor, the rediscovery of a great citadel of the Bible. New York: Random House, 280 pp.
^Younker, R. 1991. A preliminary report of the 1990 season at Tel Gezer, excavations of the "Outer Wall" and the "Solomonic" Gateway (July 2 to August 10, 1990). Andrews University Seminary Studies. 29: 19-60.