Joannes Scholten
R.D. Joannes Henricus Scholten (8 Mei 1797 – 7 April 1865) adalah Prefek Apostolik Batavia ketiga sejak 10 September 1831 hingga tahun 3 Februari 1842. Pendidikan dan tahbisanScholten menjalani pendidikan di Köln, Jerman dan melanjutkannya di seminari Warmond, Belanda. Ia ditahbiskan menjadi imam pada 11 Desember 1822. Ia berkarya pada awalnya di daerah Den Haag. KaryaSejak tahun 1826, ia menjadi seorang misionaris dan bertugas di Hindia Belanda. Ia tiba di Hindia Belanda pada 27 Oktober 1826 dan kemudian bertugas di Semarang sejak 12 Februari 1827.[1] Pada 2 Januari 1828, ia menjadi imam yang bertugas di lapangan dengan pangkat kapten. Ia kemudian berhenti dari jabatan ini pada tahun 1830 karena dianggap oleh penduduk asli setempat sebagai pimpinan perang. Pada 10 September 1831, Scholten diangkat sebagai Prefek Apostolik Batavia ketiga, sebagai pengganti Lambertus Prinsen, yang telah mengajukan pengunduran diri atas alasan kesehatan. Sebagai Prefek Apostolik, ia menaruh perhatian khusus dalam perjuangan melawan Freemasonry, yang membuatnya sempat terlibat konflik dengan otoritas sekuler. Pada tahun 1832, Scholten sempat mengajukan beberapa dokumen ke Propaganda Fide di Roma yang menekankan struktur Gereja, juga peraturan tentang dispensasi dalam pembaptisan. Secara tegas, ia menolak memberikan dispensasi pada pernikahan beda agama, termasuk antara Katolik dan Protestan.[2] Pada masa kepemimpinannya, karya misi pertama di luar Pulau Jawa mulai berlangsung, yakni di Padang dan Bengkulu. Di Padang, Scholten bertemu dengan seorang imam asal Prancis yakni R.P. Pere Candalh, M.E.P. Scholten meninggalkan Hindia Belanda pada 3 Februari 1842. Setelah dia melaporkan kegiatan misi di Roma pada 7 November 1842, Tahta Suci menerima pengunduran dirinya pada 22 Desember 1842. Kekosongan tahta di Batavia diisi oleh R.D. H. J. Cartenstat sebagai Wakil Prefek Apostolik. Setelah kembali ke Belanda, Scholten bergabung dengan Biara Santa Agatha di Cuijk sejak 11 Desember 1843, di mana dia bekerja sebagai dosen dalam bidang teologi. Dia juga menulis sejumlah buku tentang pekerjaan misionaris. Pada tahun 1844, Scholten juga sempat menuliskan bahwa Borneo merupakan wilayah yang dapat dilakukan evangelisasi, karena masyarakat di sana telah menyembah salib dan menghormati gambar para kudus, karena mengikuti tradisi yang sudah ada sebelumnya.[3] Untuk alasan kesehatan, ia pergi ke Kleve sebelum berpindah ke Nijmegen untuk menjalani kehidupan rohani dalam peristirahatan. Selama masa tersebut, Scholten tetap menulis beberapa portofolio. Pada tahun 1846, ia sempat ditunjuk sebagai prokurator misi. Rujukan
Pranala luar
|