Kota Den Haag memiliki penduduk sebanyak 553.000 jiwa (2022). Kota Den Haag sudah ada sejak tahun 1248, tetapi baru mendapat hak kota pada tahun 1806. Hal ini menyebabkan Den Haag tidak memiliki sebuah universitas.
Etimologi
Kata Den Haag artinya secara harafiah adalah "pagar", pagar tanaman semak atau pohon kecil. Sudah sejak dahulu kala, nama Die Haghe atau Den Hag(h)e dipakai untuk menyebut daerah ini. Sejak tahun 1602/1603 pimpinan kota mulai menggunakan nama des Graven hage secara resmi, yang dianggap lebih indah dan artinya kurang lebih adalah "Pagar milik para bangsawan". Memang kota Den Haag bermula dari sebuah wilayah kecil yang dipagari.
Sejak tahun 1990 pimpinan gemeente secara konsekuen menggunakan nama Den Haag (dan bukan 's-Gravenhage), Hal ini antara lain dikarenakan kota ini semakin mendunia dengan statusnya sebagai ibu kota yuridis dunia (IGH; VN-ISH). Selain itu hal ini dilakukan supaya lebih mirip dengan nama-nama asing kota ini seperti The Hague dalam bahasa Inggris, La Haye dalam bahasa Prancis, (Den) Haag dalam bahasa Jerman dan La Haya dalam bahasa Spanyol. Pada tahun 1990 sebuah usulan untuk mengganti nama kota secara resmi Den Haag ditolak.
Dalam bahasa Belanda baku, seorang penduduk Den Haag disebut sebagai Hagenaar. Namun dalam bahasa Belanda lokal, penduduk Den Haag disebut sebagai Hagenees.
Sejarah
Sejarah awal dan Abad Pertengahan
Den Haag sudah ada sejak tahun 1230, ketika sang bangsawan graaf Floris IV dari Holland membangun sebuah kastil sederhana pada tanah Vrouwe Meilindis van Wassenaer. Pada tahun 1248, graafWillem II, yang kemudian akan menjadi Kaisar Romawi Suci, membangun sebuah kastel yang lebih baik pada sebuah empang yang sekarang menjadi sebuah kolam bernama Hofvijver. Putranya Floris V yang akhirnya mengurusi sehingga gedung kastel yang disebut Ridderzaal ini bisa selesai setelah kematian Willem yang datangnya awal.
Gedung Ridderzaal dan Binnenhof diperkuat, tetapi desa yang berada di sekelilingnya tidak pernah diberi hak kota, meski Den Haag merupakan tempat tinggal para bangsawan Holland. Kota Den Haag bisa tumbuh sebagai kompromis dari kota-kota Holland lainnya, tetapi di sisi lain kota-kota tersebut menghalang-halangi Den Haag untuk mendapatkan hak kota dan menjadi sebuah kota berbenteng.
Penjarahan oleh Maarten van Rossum
Karena Den Haag tidak dilindungi tembok kota, maka kota ini bisa dijarah pada tahun 1528 oleh seorang militer dari Gelderland bernama Maarten van Rossum. Ia juga membakar habis semua bangunan di luar kastil bangsawan di Den Haag.
Perang Delapan Puluh Tahun
Juga pada tahun-tahun awal Perang Delapan Puluh Tahun, Den Haag dijarah dan secara praktis penduduknya habis mengungsi. Sewaktu kota Leiden dikepung Spanyol, Den Haag adalah markas besar dan basis mereka.
Sebenarnya sudah sejak tahun 1400-an Den Haag sudah memiliki beberapa ribu jiwa penduduk sehingga sebenarnya berstatus kota dan bukan desa. Namun sebuah kota pada saat itu diharuskan memiliki kadar otonomi yang cukup tinggi. Sehingga para bangsawan (graaf atau graven) Holland dan para penerus mereka, para adipati Bourgondia dan Habsburg, memilih untuk berkuasa secara penuh pada tempat tinggal mereka. Kemudian mulai tahun 1581, Republiek der Zeven Verenigde Nederlanden ("Republik Tujuh Provinsi Belanda Yang Bersatu") meneruskan perkara ini, karena Den Haag merupakan tempat keberadaanStaten-Generaal, atau organ pemerintahan yang tertinggi.
Lalu istana stadhouder ("semacam pemerintahan") Holland juga terletak di Den Haag. Semula pada tahun 1580 ada perdebatan sengit apakah Den Haag masih akan dibangun lagi atau tidak. Kota Delft yang sangat berkuasa kala itu kurang suka jika di daerah sekitarnya dibangun sebuah kota yang penting dan bisa menjadi saingannya. Selain itu Delft juga menginginkan supaya Staten-Generaal masih tetap berada di kota itu. Akhirnya diputuskan untuk membangun kembali kota Den Haag dan supaya Staten-Generaal tetap berada di kota ini.
Zaman Keemasan
Pada tahun 1622 Den Haag memiliki penduduk sebesar 16.000 jiwa. Pada abad ke-17 Den Haag dikelilingi oleh parit-parit yang disebut sebagai gracht dalam bahasa Belanda. Parit-parit oleh stadhouderpangeran Maurits dianggap sebagai awal daripada sebuah sistem pertahanan. Namun sistem pertahanan sejati yang semula direncanakan akhirnya tidak pernah rampung.
Pada akhir abad ke-18, jumlah penduduk "desa" ini sudah mencapai 40.000 jiwa dan merupakan tempat ketiga di Belanda yang terbesar (setelah Amsterdam dan Rotterdam). Berkat keberadaan istana stadhouder, Staten-Generaal dan diplomat-diplomat asing serta kaum bangsawan (asing), Den Haag memiliki ciri khas aristokratis yang membedakannya dengan kebanyakan kota-kota di Belanda. Selain itu terdapat perbedaan yang besar antara permukiman kaum bangsawan di dekat Buitenhof dan Voorhout dengan daerah-daerah "desa" ini yang lebih merakyat.
Abad 19 dan abad 20
Baru pada tahun 1806, pada masa pendudukan Prancis, Den Haag mendapatkan hak-hak kotanya. Namun pada masa itu sebuah tembok kota malah menghindari perkembangan kota. Oleh karena itu Den Haag tetap tidak memiliki tembok kota dan bisa berkembang secara leluasa. Setelah tahun 1850, kota ini bisa berkembang melampaui sabuk parit-parit yang mengelilingi kota ini. Penduduknya kala itu berjumlah 70.000 jiwa. Pada sekitar 1870 jumlah penduduk mencapai 100.000 jiwa. Kemudian sekitar tahun 1900 pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, jumlah penduduk mencapai 200.000 jiwa.
Pada awal abad ke-20, pada sisi selatan pusat kota lama muncul banyak perkampungan rakyat yang padat. Sementara itu pada waktu yang sama di bukit-bukit pasir (duin) di dekat pantai muncul tempat pemukiman orang-orang kaya. Pada waktu itu Den Haag juga memerankan peran yang penting dalam aliran seni lukisan yang disebut dengan istilah Haagse School ("Aliran" atau "Sekolah Den Haag").
Lalu pada tahun 1899 di Den Haag diadakan "Konferensi Pertama Den Haag". Hal ini mengakibatkan didirikannya "Dewan Arbitrase Internasional" yang juga ada di Den Haag sampai sekarang. Seorang konglomerat Amerika Serikat, Andrew Carnegie, menyumbang dana sebesar $1.500.000 untuk membangun Vredespaleis ("Istana Perdamaian"). Vredespaleis dibangun antara tahun 1907 dan 1913. Dewan Arbitrase Internasional ini akhirnya akan berkantor di Vredespaleis. Di kemudian hari Dewan Pengadilan Internasional juga akan berkantor di Vredesplaies.
Setelah Perang Dunia II
Belanda terseret dengan Perang Dunia II pada tanggal 10 Mei 1940. Den Haag sebagai kota pemerintahan Belanda menjadi sasaran penting tentara Jerman Nazi. Beberapa hari setelah Belanda diinvasi, Den Haag dikuasai dan dijadikan tempat pusat pemerintahan pendudukan Jerman.
Pada masa-masa akhir Perang Dunia II, pada 3 Maret1945, kota Den Haag dibom secara besar-besaran oleh Angkatan Udara Britania Raya di daerah perkampungan Bezuidenhout. Peristiwa ini menewaskan 510 jiwa penduduk Den Haag. Pengeboman dilakukan oleh Tentara Sekutu untuk menghancurkan tempat-tempat peluncuran mobil roket-roket V2 Jerman.
Kemudian setelah Hindia Belanda merdeka dan menjadi Indonesia, kurang lebih pada tahun 1950, banyak penduduk campuran Indonesia-Belanda yang kembali ke Belanda. Mereka banyak yang menetap di Den Haag dan membuat kota ini mendapatkan ciri khas Indisch (Hindia). Oleh karena itu kota ini juga sering disebut sebagai weduwe van Indië ("janda Hindia(-Belanda)).
Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Den Haag mulai berkembang pesat. Proyek-proyek pembangunan besar dilaksanakan. Lalu Den Haag sebagai kota juga mengembangkan wilayahnya dan mencaploki wilayah gemeente-gemeente sekitarnya karenaya kekurangan tempat membangun.
Aneksasi pertama terjadi pada tahun 1923. Kala itu Loosduinen dicaplok Den Haag. Pada tahun 1990-an, dengan persetujuan Parlemen Belanda, Den Haag mencaplok wilayah yang cukup luas baik dari kota-kota tetangga maupun dari kota-kota yang tidak berbatasan, di mana kawasan pemukiman baru telah dibangun, dan masih terus dibangun. Pada tahun 1994, sebagian daerah Wateringen dicaplok dan pada 1 Januari2002, daerah-daerah sekitar seperti Leidschenveen dan Ypenburg diambil Den Haag. Tanah yang dicaplok sebelumnya termasuk wilayah Leidschendam, Pijnacker, Rijswijk, dan Voorburg.
Geografi
Den Haag adalah kota Belanda terbesar di Laut Utara di Belanda dan merupakan pusat kawasan perkotaan Den Haag Raya. Westland dan Wateringen terletak di selatan, Rijswijk, Delft dan konurbasi Rotterdam (dikenal sebagai Rijnmond) di tenggara, Pijnacker-Nootdorp dan Zoetermeer di timur, Leidschendam-Voorburg, Voorschoten, dan konurbasi Leiden di timur laut dan Wassenaar di utara.
Konurbasi di sekitar Den Haag dan Rotterdam cukup dekat untuk dilihat sebagai satu konurbasi dalam beberapa konteks. Misalnya, mereka berbagi bandara yang sama (Bandar Udara Rotterdam Den Haag) dan sistem kereta ringan yang sama (RandstadRail). Hal ini menyebabkan terciptanya wilayah metropolitan Rotterdam-Den Haag. Konurbasi besar yang berpusat di Den Haag dan Rotterdam ini, pada gilirannya, merupakan bagian dari Randstad—khususnya sekelompok kota yang disebut Sayap Selatan (Zuidvleugel). Randstad, yang juga mencakup Amsterdam dan Utrecht, mempunyai populasi 6.659.300 jiwa. Den Haag terletak di sudut barat daya kota terbesar kedua di Uni Eropa.
Pembagian administratif
Gemeente Den Haag dibagi lagi menjadi delapan stadsdeel ("bagian kota", kurang lebih disamakan dengan kecamatan di Indonesia). Kemudian setiap stadsdeel dibagi lagi menjadi sebuah buurt atau wijk yang kurang lebih bisa disamakan dengan kelurahan di Indonesia, tetapi setiap buurt atau wijk tidak memiliki yurisdiksi apa-apa.
Per tanggal 1 Januari 2021, Den Haag memiliki populasi sebesar 549.163 jiwa, menjadikannya kota terbesar ketiga di Belanda. Antara tahun 1800 dan 1960, kota ini mengalami pertumbuhan yang pesat dari 40.000 pada tahun 1800 menjadi 200.000 pada tahun 1900 dan akhirnya menjadi 600.000 pada tahun 1960. Pertumbuhan setelah tahun 1900 sebagian disebabkan oleh undang-undang perumahan tahun 1901, yang mendorong perluasan kota-kota seperti Den Haag. Pada periode antara tahun 1960 dan 1980, Den Haag mengalami penyusutan dari 600.000 menjadi 440.000 jiwa, sebagian besar disebabkan oleh kebijakan tata ruang, proses demografi, dan kurangnya ruang. Setelah beberapa kali aneksasi dan pembangunan perumahan, Den Haag kini kembali berkembang, merayakan jumlah penduduknya yang ke-500.000 pada tahun 2011. Pemerintah kota memperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus berlanjut hingga mencapai lebih dari 600.000 penduduk pada tahun 2030.[1]
Imigrasi
Populasi Kota Den Haag menurut negara asal (2018)[2]
43% penduduk Den Haag memiliki dua orang tua yang lahir di Belanda, sementara 15,6% memiliki setidaknya satu orang tua yang lahir di luar negeri di negara barat, dan 34,4% memiliki setidaknya satu orang tua yang lahir di negara non-barat.
Agama
Hampir separuh penduduk Den Haag menganut setidakya satu kelompok agama. Dua agama terpopuler adalah Kristen (29%) dan Islam (14,1%). Religiusitas umumnya lebih tinggi pada orang-orang dengan latar belakang imigran baru dari Indonesia, Turki, Maroko, dan Suriname. Islam adalah agama yang paling umum di kalangan orang-orang dengan latar belakang imigran Turki atau Maroko. Di antara masyarakat keturunan Suriname terdapat lebih banyak keragaman agama, dengan agama Hindu sebagai agama yang paling banyak dianut. Dari penduduk asli Belanda di Den Haag, sebagian besar umat beragama menganut agama Kristen. Kurang dari 40% penduduk Den Haag yang rutin menghadiri rumah ibadah.
Ada dua stasiun kereta api utama di Den Haag: Den Haag Centraal dan Hollands Spoor, berjarak 1,5 km (1 mi) satu sama lain. Karena kedua stasiun tersebut dibangun dan dijalankan oleh dua perusahaan kereta api yang berbeda pada abad ke-19, layanan secara tradisional dibagi antara keduanya: jalur timur-barat berakhir di Stasiun Centraal, sedangkan jalur utara-selatan melewati Hollands Spoor. Namun, Stasiun Centraal sekarang menawarkan layanan langsung ke sebagian besar kota besar di Belanda, seperti Amsterdam, Rotterdam, dan Utrecht.
Den Haag berbagi bandara dengan kota Rotterdam, yakni Bandar Udara Rotterdam-Den Haag. Bandara dapat dicapai dari Stasiun Centraal dengan RandstadRail jalur E, dengan antar-jemput (shuttle) Bandara ke dan dari Stasiun Meijersplein. Namun, dengan beberapa kereta langsung per jam dari stasiun kereta api Hollands Spoor dan Centraal, Bandara Schiphol Amsterdam lebih sering digunakan oleh orang-orang yang bepergian ke dan dari Den Haag melalui udara.
Transportasi publik
Transportasi umum di Den Haag terdiri dari jaringan trem dan sejumlah besar rute bus, dioperasikan oleh HTM Personenvervoer.[6] Rencana untuk kereta bawah tanah dibatalkan pada awal 1970-an. Namun, pada tahun 2004 sebuah terowongan dibangun di bawah pusat kota dengan dua stasiun trem bawah tanah (Spui dan Grote Markt); itu digunakan bersama oleh RandstadRail jalur 3 dan 4 dan rute trem 2 dan 6.
RandstadRail menghubungkan Den Haag ke kota-kota terdekat, Zoetermeer, Rotterdam dan Leidschendam-Voorburg. Ini terdiri dari empat jalur LRT (3, 4 dan 19 ke Zoetermeer, Rijswijk, Delft dan Leidschendam-Voorburg) dan satu jalur kereta bawah tanah (E ke Rotterdam).
Jalan raya utama yang menghubungkan ke Den Haag termasuk A12, menuju Utrecht dan perbatasan Jerman. A12 menghubungkan langsung ke pusat kota dalam sebuah pemotongan.[7] Jalan raya penghubung lainnya adalah A4, yang menghubungkan Den Haag dengan Amsterdam, dan A13 yang membentang ke Rotterdam dan menghubungkan ke jalan raya menuju perbatasan Belgia. Ada juga A44 yang menghubungkan kota ke Leiden, Haarlem dan Amsterdam.
Akademik
Terdapat banyak institusi akademik di bidang hubungan internasional, hukum internasional, dan pembangunan internasional yang berbasis di Den Haag. Koalisi Akademik Den Haag (HAC) adalah konsorsium dari lembaga-lembaga tersebut.
Den Haag berawal dari sekitar Binnenhof di abad ke-13, dan kini masih dianggap sebagai pusat kebudayaan kota. Kehidupan malam di Den Haag berpusat di tiga alun-alun utama: Het Plein ("Alun-alun") memiliki banyak kafe dengan trotoar besar. Grote Markt ("Pasar Besar") sangat penuh oleh kursi dan meja, baik di musim panas atau[un musim dingin. Buitenhof ("Lapangan Luar") terletak tepat di luar Binnenhof) berisi enam layar bioskop Pathé dengan beberapa bar dan restoran di sekitarnya. Berdekatan dengan Buitenhof adalah De Passage, pusat perbelanjaan tertutup pertama di Belanda. Berasal dari akhir abad ke-19, tempat itu berisi toko-toko mahal.
Scheveningen adalah pusat budaya kedua di Den Haag. Memiliki bioskop Pathé serta teater musikal Circustheater, walaupun di musim panas, sebagian besar kehidupan malam terpusat di sekitar boulevard di tepi laut dengan bar, restoran, dan kasinonya. Beberapa atraksi lain yang dapat ditemukan di Scheveningen antara lain taman miniatur Madurodam, museum Beelden aan Zee, dan Sea Life Centre.
Klub sepak bola utama di kota ini adalah ADO Den Haag yang berkompetisi di Eerste Divisie, divisi sepak bola tertinggi kedua di Belanda. ADO Den Haag telah memenangkan Piala KNVB dua kali dan memenangkan Liga dua kali di era sebelum sepak bola profesional. Mereka memainkan pertandingan mereka di Stadion ADO Den Haag yang berkapasitas 15.000 kursi. Klub bola amatir HVV juga berbasis di kota. Sebelum era profesional, klub ini memenangkan 10 gelar nasional dan satu Piala KNVB, dan mereka tetap berada di urutan keempat dalam daftar pemenang gelar nasional sepanjang masa.[9]HBS Craeyenhout adalah klub amatir lain di kota ini, yang memenangkan tiga gelar nasional sebelum berdirinya Eredivisie.[9]
Sejak tahun 2020, klub bola basket The Hague Royals bermain di Liga Bola Basket Belanda (DBL) profesional. Tim uni rugbi lokal adalah Haagsche Rugby Club (alias HRC). Tim hoki esnya adalah HYS The Hague, dan tim sepak bola Amerika lokalnya adalah Den Haag Raiders '99.
Perlombaan setengah maraton CPC Loop Den Haag diadakan setiap tahun di Den Haag
^"HTM - Lijnennetkaart". web.archive.org. 2009-05-20. Archived from the original on 2009-05-20. Diakses tanggal 2022-05-17.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)