Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman iniKlasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Beberapa rumpun bahasa dimasukkan sebagai cabang dari dua rumpun bahasa yang berbeda. Untuk lebih lanjutnya, silakan lihat pembagian dari sub-rumpun Melayu-Sumbawa dan Kalimantan Utara Raya
Artikel ini menggunakan peta yang dihasilkan dari OpenStreetMap dan juga jejaring peta (mapframe) yang dibuat oleh kontributor Wikipedia. Apabila Anda menemukan kesalahan informasi, galat, maupun kendala teknis lainnya dalam data peta, silahkan laporkan di sini. Apabila Anda tertarik dalam pengembangan proyek pemetaan bahasa, silakan bergabung ke ProyekWiki kami. Proyek ini sudah menghasilkan sebanyak 358 artikel bahasa dengan peta interaktif yang dapat diakses dan digunakan oleh para pembaca.
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Bahasa Bacan dituturkan sebagai bahasa ibu oleh warga setempat di beberapa desa: Indomut, Awanggo, Amasing, Labuha, Mandawong. Menurut buku Atlas of Languages of Intercultural Communication in the Pacific, Asia, and the America, bahasa ini sempat menyebar sebagai lingua franca (bahasa perantara) di Kepulauan Bacan, bersama dengan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Maluku Utara (Melayu Ternate).[9] Namun, menurut publikasi Penelitian Bahasa di Maluku, bahasa Bacan biasanya digunakan oleh orang Bacan asli saja.[8]
Sejarah
Bahasa ini berkembang secara terpisah dari variasi bahasa Melayu yang paling dekat secara geografis, yaitu bahasa Melayu Ambon dan bahasa Melayu Ternate. Dahulunya, bahasa Bacan dikira berkerabat dengan bahasa Sula atau bahasa-bahasa di pulau Sulawesi.[10] Ciri-cirinya banyak yang bersifat arkais dan unik di antara dialek bahasa Melayu.[10][11] Disebabkan isolasi geografisnya yang cukup lama, bisa dikatakan bahwa bahasa Bacan sudah lepas dari pengklasifikasian sebagai dialek bahasa Melayu.[12] Bahasa Bacan tidak dapat dimengerti oleh penutur bahasa Melayu Ternate,[13] dan sepertinya malah berkerabat dengan bahasa Melayu Brunei.[9]
Berbeda dengan variasi bahasa Melayu Indonesia Timur lainnya, bahasa ini tidak lazim digunakan oleh kelompok etnis lain. Ciri itu membedakannya dengan bahasa Melayu Ternate dan bahasa Melayu Ambon. Ciri-ciri bahasa Bacan juga tidak seperti bahasa dagang atau bahasa kreol. Tampaknya, nenek moyang orang Bacan bermigrasi dari pulau Kalimantan ratusan tahun yang lalu. Kerumitan morfologinya menunjukkan bahwa bahasa tersebut diwariskan sebagai bahasa ibu dari generasi ke generasi.[8] Namun, bahasa Bacan banyak mengalami perubahan akibat pengaruh bahasa-bahasa lain disekitarnya.[14]
Publikasi Ethnologue (edisi 22) dan Language Policy in Superdiverse Indonesia mencatat bahwa bahasa Bacan digunakan oleh enam orang saja.[15][16] Namun, Ethnologue (edisi 16) sempat melaporkan bahwa penuturnya berjumlah 2.500 orang.[17] Menurut data publikasi Penelitian Bahasa di Maluku (2018), bahasa ini dituturkan oleh sekitar 5% dari populasi pulau Bacan (populasinya sekitar 90.000 jiwa, termasuk pendatang dari daerah lain). Menurut publikasi tersebut, kepulauan Bacan sendiri banyak dihuni oleh pendatang dari Galela, Tobelo, Makian, dan Sulawesi Tenggara.[8] Berdasarkan informasi terbaru, bahasa Bacan sudah mulai punah dan tidak banyak digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Walaupun jumlah masyarakat yang mengakui dirinya sebagai orang Bacan meningkat, hanya sebagian kecil dari mereka yang mampu menuturkan bahasa ini (biasanya orang dewasa saja).[12]
Dahulunya, bahasa ini tidak terlalu dilestarikan dalam rujukan ilmu bahasa, dan data kebahasaan yang dikumpulkan biasanya hanya menyangkut kosakata saja.[9] James T. Collins, seorang ahli bahasa asal Amerika, terlibat dalam upaya dokumentasi dan pelestarian yang lama dan rumit, hingga diterbitkannya kamus bahasa Bacan pertama pada tahun 2022.[18][19]
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bacan Malay". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^David M. Eberhard, Gary F. Simons, Charles D. Fennig (2019). "Malay, Bacanese". Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-22). Dallas, Texas: SIL International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-06-06. Diakses tanggal 2020-12-04.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^M. Paul Lewis (2009). "Malay, Bacanese". Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-16). Dallas, Texas: SIL International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-15. Diakses tanggal 2022-07-31.