Bahasa Ngaju dikategorikan sebagai C3 Wider Communication menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini digunakan di wilayah yang cukup luas maupun dipertuturkan cukup luas, misalnya beberapa kota
Perhatian: untuk penilai, halaman pembicaraan artikel ini telah diisi sehingga penilaian akan berkonflik dengan isi sebelumnya. Harap salin kode dibawah ini sebelum menilai.
Terdapat perbedaan dialek antara sub etnis yang ada dalam suku Dayak Ngaju seperti dialek Kahayan Kapuas, Katingan Ngaju, Katingann Ngawa, Baamang, Kahayan, Mantangai, Pulopetak, Seruyan, Mendawai dan Mengkatip. Perbedaan ini umumnya muncul dalam pemilihan kata dengan arti yang sama.[7]
Menurut Tjilik Riwut, penutur Bahasa Ngaju termasuk dalam 54 anak suku Dayak Ngaju, yakni Arut, Balantikan, Kapuas, Rungan, Manuhing, Katingan, Seruyan, Mentobi, Mendawai, Bara-dia, Bara-Nio, Bara-ren, Mengkatip, Bukit, Berangas, dan Bakumpai. Beberapa suku yang dimasukan dalam sub-suku Dayak Ngaju ini masih perlu pengkajian lebih lanjut. Hl tersebut karena suku-suku ini kemudian dimasukkan oleh beberapa peneliti, ke dalam suku Bakumpai sebagai etnis tersendiri.
Pada tahun 1858, Bahasa Ngaju digunakan oleh para zending Belanda sebagai bahasa Pengantar Injil di Pulau kalimantan bagian Selatan. Sampai saat ini, Bahasa Ngaju menjadi bahasa utama dalam jemaat Gereja Kalimantan Evangelis di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan[8]
Umumnya, masyarakat Kalimantan Tengah dapat memahami Bahasa Ngaju karena hingga kini bahasa ini diajarkan di sekolah-sekolah negeri sebagai pelajaran muatan lokal.
Bahasa Dayak Ngaju memiliki 24 fonem yang terdiri dari lima vokal dan sembilan belas konsonan.[10][11][12]
Vokal
Bahasa Dayak Ngaju memiliki setidaknya lima bunyi vokal. Tidak seperti bahasa Indonesia, bahasa Dayak Ngaju tidak memiliki bunyi vokal pepet /ə/ yakni bunyi e pada kata "empat". Pada dialek tertentu, terdapat perubahan varian posisi pelafalan pada vokal /e/ dan /o/ yang lebih terbuka /ɛ/ dan /ɔ/ ditandai dengan tanda kurung pada tabel di bawah.[10][12]
Depan
Madya
Belakang
Tertutup
i
u
Tengah
e
o
Hampir Terbuka
(ɛ)
(ɔ)
Terbuka
a
Diftong
Bahasa Dayak Ngaju hingga kini memiliki setidaknya enam varian diftong pada suku kata terbuka. Akan tetapi, pada suku kata tertutup seperti kata lauk ("ikan"), kedua bunyi vokal tidak dilafalkan sebagai diftong.[10][11][12]
Bahasa Dayak Ngaju memiliki sembilan belas bunyi konsonan asli.[10][11][12]
Bibir (Labial dan Labiovelar)
Birgi (Labiodental)
Ronggi (Alveolar/Dental)
Pascaronggi (Postalveolar)
Langit2 (Palatal)
Langbel (Velar)
Cera (Glotal)
Sengau (Nasal)
m
n
ɲ
ŋ
Letup (Plosif)
pb
td
kg
ʔ
Afrikat
t͡ʃd͡ʒ
Tiup (Frikatif dan Sibilan)
s
h
Getar/Sisi
rl
Hampiran (Aproksiman)
w
j
Tabel di atas hanya menampilkan bunyi konsonan asli dalam bahasa Dayak Ngaju. Selain itu, bahasa Dayak Ngaju tidak mengenal adanya gugus konsonan. Dengan demikian, segala bentuk gugus konsonan merupakan serapan yang diperoleh dari bahasa Indonesia ataupun bahasa lainnya.
Bunyi vokal dalam tanda kurung merupakan varian bunyi huruf vokal yang lebih terbuka dari vokal utama /e/ dan /o/ pada beberapa dialek Dayak Ngaju.
Bunyi /ŋ/ dan /ɲ/ dituliskan dalam gabungan huruf "ng" dan "ny".
Bunyi /ʔ/konsonan letup celah suara atau hamzah tidak dituliskan, tetapi biasanya dilafalkan pada kata berakhiran vokal seperti pada kata lenge ("tangan") yang pelafalannya adalah /lengeʔ/.
Huruf "k" pada akhiran kata dalam bahasa Dayak Ngaju selalu dilafalkan dan tidak berubah pelafalannya menjadi /ʔ/konsonan letup celah suara seperti pada kata "kakak" atau "nenek".
Bunyi /t͡ʃ/ dan /d͡ʒ/ dituliskan dengan huruf "c" dan "j".
Dalam bahasa Dayak Ngaju, terdapat lima pola struktur suku kata yang umum. Lima pola struktur suku kata tersebut adalah satu vokal (V), satu vokal & satu konsonan (VK), satu konsonan & satu vokal (KV), satu konsonan awal, vokal, serta satu konsonan akhir (KVK), dan satu konsonan & dua vokal (KVV). Bahasa Dayak Ngaju tidak mengenal gugus konsonan dalam pola struktur suku kata aslinya. Namun, gugus konsonan dapat terjadi sebagai akibat dari pemendekan bentuk lengkap suatu suku kata atau penyerapan suatu kata dari bahasa Indonesia.[11][12] Berikut merupakan beberapa contoh kata dengan pola-pola struktur suku kata tersebut:[10]
V = a-ngat ("rasa"), a-su ("anjing")
VK = en ("apakah"), ih ("saja"/"juga")
KV = pu-sa ("kucing"), je ("yang")
KVK = hung ("di"/"di dalam"), da-num ("air")
KVV = dia ("tidak"), la-yau ("hilang"/"keluyur")
Tata bahasa
Struktur kalimat dalam bahasa Dayak Ngaju memiliki kesamaan dengan bahasa Indonesia, yaitu berpola S-P-O. Namun, dalam ragam bahasa cakapan atau lisan sehari-hari, struktur kalimat cenderung lebih luwes selama isi dan konteksnya dipahami antar pengguna bahasa. Selain itu, bahasa Dayak Ngaju pun umumnya memegang prinsip diterangkan-menerangkan, yakni prinsip bahwa segala sesuatu yang bersifat menerangkan berada setelah atau di belakang yang diterangkan dalam setiap pembentukan frasa, klausa, dan kalimat.[11]
Pronomina
Pronomina merupakan kata yang digunakan untuk mengganti orang atau benda.[13] Dalam bahasa Dayak Ngaju, pronomina atau kata ganti memiliki tiga jenis, yakni kata ganti persona, kata ganti penunjuk, dan kata ganti penanya.[12]
Pronomina persona
Pronomina persona atau kata ganti orang dalam bahasa Dayak Ngaju dibagi berdasarkan pihak dan jumlah yang dirujuk. Berikut merupakan tabel kata ganti dalam bahasa Dayak Ngaju.[11][12]
Kata ganti orang
Orang
Tunggal
Jamak
Bentuk bebas
Bentuk terikat
Pertama
aku aku, saya
-ku/-ngku ku-, -ku
ikei & itah kami & kita
Kedua
ikau engkau, kau, kamu
-m/-mu kau-, -mu
ketun kalian
Ketiga
ie ia, dia
-e -nya
ewen mereka
Kata ganti orang pertama
Dalam bahasa Dayak Ngaju, kata ganti orang pertama tunggal aku dapat mewakili makna kata "saya", "aku", dan "daku" dalam bahasa Indonesia. Selain itu, kata ganti orang pertama tunggal di bahasa Ngaju memiliki bentuk terikat -ku atau -ngku yang dapat diartikan sebagai bentuk terikat awalan "ku-" dan juga akhiran "-ku" di bahasa Indonesia. Perbedaan -ku dan -ngku diakibatkan oleh fonem yang dilekatinya. Bentuk terikat -ku dilekatkan pada kata yang diakhiri diftong dan semua konsonan selain "n", sedangkan bentuk terikat -ngku dilekatkan pada kata yang berakhiran vokal dan konsonan "n". Seperti banyak bahasa di rumpun bahasa Austronesia, kata ganti orang pertama jamak dalam bahasa Dayak Ngaju pun dibedakan berdasarkan kecakupan antara pembicara dengan lawan bicara. Apabila pembicara hanya merujuk dirinya dengan lainnya tanpa mencakupkan lawan bicara (aku dan dia tanpa kau), maka kata ganti orang pertama jamak ikei ("kami") yang digunakan. Sementara itu, jika pembicara merujuk dirinya dan juga lawan bicara (aku dan dikau), maka kata ganti orang pertama jamak itah ("kita") yang digunakan. Selain itu, semua kata ganti orang pertama jamak tidak miliki bentuk terikat.[11][12] Contohnya sebagai berikut:
Aku haguet kan sakula dengan kakangku. – "Aku berangkat ke sekolah dengan kakakku."
Andiku dia handak mandui. – "Adikku tidak mau mandi."
Umai mantehau itah bara endau. – "Ibu memanggil kita dari tadi."
Ikei dia buli kan Puruk Cahu andau jewu. – "Kami tidak pulang ke Puruk Cahu hari esok."
Kata ganti orang kedua
Dalam bahasa Dayak Ngaju, kata ganti orang kedua tunggal ikau dapat mewakili makna kata "kau", "engkau", "kamu", dan "dikau" dalam bahasa Indonesia. Seperti kata ganti orang pertama tunggal, kata ganti orang kedua tunggal pun memiliki bentuk terikat -m dan -mu yang dapat diartikan sebagai bentuk terikat awalan "kau-" dan juga akhiran "-mu" di bahasa Indonesia. Perbedaan -m dan -mu diakibatkan oleh fonem yang dilekatinya. Bentuk terikat -m dilekatkan pada kata yang diakhiri oleh vokal dan konsonan "n", sedangkan bentuk terikat -mu dilekatkan pada kata yang berakhiran diftong ataupun konsonan selain "n". Kata ganti orang kedua jamak ketun berpadanan dengan kata "kalian" di bahasa Indonesia. Untuk ragam hormat, kata ganti untuk orang kedua biasanya menggunakan sapaan ataupun gelar lawan bicara yang dirujuk seperti bapa ("bapak"), indu ("ibu"), pahari samandiai ("saudara sekalian"), dsb.[11][12] Contohnya sebagai berikut:
En ikau puji tulak akan Bali? – "Apakah kamu pernah pergi ke Bali?"
Jadi duam kalambingku je male? – "Sudah kauambil pakaianku yang kemarin?"
Aku beken uleumu. – "Aku bukan sahabatmu."
Kata ganti orang ketiga
Dalam bahasa Dayak Ngaju, kata ganti orang ketiga tunggal ie dapat mewakili makna kata "ia", "dia", dan "beliau" dalam bahasa Indonesia. Seperti kata ganti orang pertama tunggal, kata ganti orang ketiga tunggal pun memiliki bentuk terikat -e yang dapat diartikan sebagai bentuk terikat akhiran "-nya" di bahasa Indonesia. Kata ganti orang kedua jamak ewen berpadanan dengan kata "mereka" di bahasa Indonesia.[11][12] Contohnya adalah:
Ie jadi kuman dengan ikei. – "Dia sudah makan dengan kami."
Ie maentai pandumah uluh bakase bara Kuala Kurun. – "Ia menunggu kedatangan orang tuanya dari Kuala Kurun."
Ewen jahawen hapahari. – "Mereka enam bersaudara."
Pronomina demonstratif
Pronomina demonstratif atau kata ganti penunjuk dalam bahasa Dayak Ngaju adalah sebagai berikut:[11][12]
Kata ganti penunjuk
dekat
jauh
netral
jituh, jetuh, jetoh, tuh, toh 'ini'
jite, jete, te 'itu'
lokal
hetuh 'sini'
hete, kanih 'situ', 'sana'
modal
kilau tuh, kalutuh, kutuh 'begini'
kilau te, kalute, kute 'begitu'
Contoh penggunaan
Jete jukung ayun bapa. – "Itu perahu milik bapak."
Ewen haguet kan Sampit andau tuh. – "Mereka berangkat ke Sampit hari ini."
Andau te, ikei jatun intu huma. – "Hari itu, kami tidak ada di rumah."
Jetuh beken buku ayun bueku – Ini bukan buku milik kakekku."
Bara hetuh, lurus kan hila pambelum. – "Dari sini, lurus ke arah timur."
Jadi due nyelu toh jatun enat. – "Sudah dua tahun ini tidak ada kemarau."
Nomina
Nomina atau kata benda dalam bahasa Dayak Ngaju adalah kelas kata yang tidak dapat bergabung dengan kata dia ("tidak") dan tidak dapat didahului kata keterangan tingkat perbandingan seperti labih ("lebih") dan pangka ("paling"). Di bahasa Dayak Ngaju, kata benda dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kata benda dasar dan kata benda turunan.[11][12]
Nomina dasar
Jenis kata benda ini hanya terdiri dari satu morfem saja dan belum mengalami penambahan komponen morfem lainnya.[11][12] Beberapa contohnya seperti
huma = "rumah"
balau = "rambut"
ujan = "hujan"
upak = "kulit"
danum = "air"
ngaju = "hulu"
ngawa = "hilir"
uluh = "orang"
biti = "badan"
mate = "mata"
sungei = "sungai"
Nomina turunan
Jenis kata benda ini terdiri dari dua atau lebih morfem yang biasanya melekat pada dengan morfem utama. Nomina turunan ini biasanya berupa morfem bebas yang diiringkan dengan morfem bebas lainnya sebagai bentuk reduplikasi/pengulangan dan pemajemukan atau berupa morfem bebas yang dilekati oleh morfem terikat seperti imbuhan.[11][12] Berikut beberapa contoh nomina turunan dengan bentuk reduplikasi dan pemajemukan morfem:
Afiksasi atau pengimbuhan dalam pembentukan kelas kata benda pada bahasa Dayak Ngaju cukup produktif seperti bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat diartikan bahwa banyak kata benda dalam bahasa Dayak Ngaju berasal dari kelas kata lain yang diberi imbuhan pembentuk nomina sehingga menjadi kata benda yang utuh. Berikut merupakan imbuhan-imbuhan pembentuk kata benda dalam bahasa Dayak Ngaju.[11][12]
Awalan pembentuk kata benda
Awalan pa-, awalan ini membentuk kata benda abstrak dan kata benda pelaku dari suatu kegiatan.[11] Berikut beberapa contohnya:
Awalan paN-, awalan ini punya fungsi yang mirip dengan gabungan ke--an, pe--an, per--an, peng--an dalam bahasa Indonesia. Bila awalan ini bertemu fonem /k/ dan /g/ berubah menjadi paNG-, bertemu fonem /s/ berubah menjadi paNY-, bertemu fonem /p/ dan /b/ berubah menjadi paM-.[11] Berikut contohnya:
paN-+tenga ("beri") = panenga ("pemberi")
paN-+dinu ("dapat") = pandinu ("pendapatan")
paN-+suduk ("tusuk") = panyuduk ("penusuk")
paN-+belum ("hidup") = pambelum ("kehidupan")
paN-+kinan ("makan") = panginan ("makanan")
Awalan ka-, awalan ini punya fungsi yang mirip dengan gabungan ke--an, pe--an, peng--an dan akhiran -nya dalam membentuk kata benda di bahasa Indonesia. Awalan ini biasanya melekat pada kata sifat.[11] Berikut beberapa contohnya:
Akhiran -an, akhiran ini merupakan satu-satunya akhiran pembentuk kata benda di bahasa Dayak Ngaju. Fungsi dari akhiran -an ini sendiri mirip dengan akhiran "-an" dalam bahasa Indonesia.[11] Berikut beberapa contohnya:
balum ("piara") + -an = baluman ("piaraan")
pandui ("mandi") + -an = panduian ("pemandian")
Gabungan pembentuk kata benda
Terdapat tiga bentuk gabungan dalam bahasa Dayak Ngaju, yaitu paN--an, ka--an, dan sa--e.[11] Ketiganya merupakan bentuk serapan dari bahasa Indonesia. Berikut beberapa contohnya.
Adjektiva atau kata sifat dalam bahasa Dayak Ngaju adalah kelas kata yang dapat bergabung dengan kata dia ("tidak") dan dapat didahului oleh kata keterangan tingkat perbandingan seperti labih ("lebih") dan pangka ("paling"). Di bahasa Dayak Ngaju, kata sifat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kata sifat dasar dan kata sifat turunan.[11][12]
Adjektiva dasar
Jenis kata sifat ini hanya terdiri dari satu morfem saja dan belum mengalami penambahan komponen morfem lainnya.[11][12] Beberapa contohnya seperti
bahalap = "cantik"
mangat = "enak"
gantung = "tinggi"
hai = "besar"
kurik = "kecil"
bakas = "tua"
tabela = "muda"
pehe = "sakit"
paleng = "bodoh"
Adjektiva turunan
Jenis kata sifat ini terdiri dari dua atau lebih morfem yang biasanya melekat pada dengan morfem utama. Adjektiva turunan ini biasanya berupa morfem bebas yang diiringkan dengan morfem bebas lainnya sebagai bentuk reduplikasi/pengulangan dan pemajemukan atau berupa morfem bebas yang dilekati oleh morfem terikat seperti imbuhan.[11][12] Berikut beberapa contoh adjektiva turunan dengan bentuk reduplikasi dan pemajemukan morfem:
Afiksasi untuk membentuk kata sifat dalam bahasa Ngaju hanya meliputi pelekatan morfem terikat awalan pada morfem utama. Berikut merupakan awalan-awalan pembentuk kata sifat dalam bahasa Dayak Ngaju.[11]
Kata sifat sebagai atribut penjelas kata benda berperan untuk menunjukkan tingkat kualitas dan taraf bandingan. Terdapat tiga tingkatan yang dapat ditunjukkan oleh kata sifat, yaitu[11][12]
tingkat positif yang berarti kata sifat menerangkan kata benda pada keadaan biasa, berikut beberapa contohnya:
Lewu ewen kejau. = "Desa mereka jauh."
Human bapa Ahmad sama kahai dengan huma itah. = "Rumah pak Ahmad sama besar dengan rumah kita."
tingkat komparatif yang berarti kata sifat menerangkan keadaan suatu kata benda melebihi keadaan kata benda lain, berikut beberapa contohnya:
Petak ayun bapa Gustin labih lumbah bara petak ayun mama. = "Tanah milik pak Gustin lebih luas daripada tanah milik paman."
Kaka labih gantung bara andi. = "Kakak lebih tinggi dari adik."
tingkat superlatif yang bermakna kata sifat menerangkan keadaan kata benda melebihi keadaan beberapa atau semua kata benda lain, berikut contohnya:
Adrian tuntang Ira iyete murid je pangka harati hung sakula. = "Adrian dan Ira adalah murid paling pintar di sekolah."
Ie te bawi je bahalap tutu hung lewu tuh. = "Dia itu wanita yang cantik sekali di desa ini."
Verba
Verba atau kata kerja merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan, dan keadaan. Dalam bahasa Dayak Ngaju, kata kerja dibagi ke dalam dua jenis, yakni kata kerja dasar dan kata kerja turunan.[11][12]
Verba dasar
Kata kerja dasar diartikan sebagai kata kerja yang memiliki satu morfem saja dan tidak dilekatkan dengan morfem lain. Biasanya, bentuk kata kerja dasar ini digunakan dalam konteks kalimat perintah atau imperatif. Namun, pada konteks tertentu, kata kerja dapat berdiri sendiri.[11][12] Berikut merupakan beberapa contohnya:
umba ("ikut") = Ela umba gawi je dia bahalap! ("Jangan ikuti pekerjaan yang tidak baik!")
kuman ("makan") = Itah musti kuman panginan je jadi iluput. ("Kita harus makan makanan yang sudah dihidangkan.")
Verba turunan
Dalam bahasa Dayak Ngaju, kata kerja turunan diartikan sebagai bentuk kata kerja yang punya lebih dari satu morfem. Kata kerja turunan biasanya memiliki satu morfem bebas utama dengan satu morfem bebas lainnya yakni reduplikasi dan pemajemukan ataupun mempunyai suatu morfem bebas yang dilekatkan dengan morfem terikat. Berikut beberapa contoh kata kerja turunan dengan reduplikasi dan pemajemukan.[12]
Afiksasi untuk membentuk kata kerja turunan dalam bahasa Ngaju hanya meliputi pelekatan morfem terikat awalan pada morfem utama. Berikut merupakan awalan-awalan pembentuk kata kerja dalam bahasa Dayak Ngaju.[11]
Negasi atau kata sangkalan adalah bentuk kata yang menyangkal atau meniadakan sesuatu. Dalam bahasa Dayak Ngaju, ada lima kata sangkalan, yaitu dia, beken, hindai, ela, dan jatun.[12]
dia berarti "tidak", biasanya digunakan untuk menyangkal kata kerja atau kata sifat.
beken bermakna "bukan", biasanya dipakai untuk menyangkal kata benda.
hindai berarti "belum", biasanya digunakan untuk menerangkan bahwa sesuatu belum berlaku atau terjadi.
ela bermakna "jangan", digunakan untuk melarang sesuatu.
jatun berarti "tiada/tidak ada", digunakan untuk mengungkapkan ketiadaan sesuatu atau biasa dipakai sebelum kata kerja berawalan "tara-".
Numeralia
Kata bilangan atau angka dalam bahasa Dayak Ngaju biasanya ditempatkan sebelum kata benda untuk menggambarkan jumlah dari kata benda tersebut. Berikut nama-nama bilangan dalam bahasa Ngaju.[11][10]
Nama bilangan
Angka
Bahasa Ngaju
Bahasa Indonesia
1
Ije
Satu
2
Due
Dua
3
Telu
Tiga
4
Epat
Empat
5
Lime
Lima
6
Jahawen
Enam
7
Uju
Tujuh
8
Hanya
Delapan
9
Jalatien
Sembilan
10
Sapuluh
Sepuluh
11
Sawalas
Sebelas
12
Due walas
Dua belas
13
Telu walas
Tiga belas
14
Epat walas
Empat belas
15
Lime walas
Lima belas
16
Jahawen walas
Enam belas
17
Uju walas
Tujuh belas
18
Hanya walas
Delapan belas
19
Jalatien walas
Sembilan belas
20
Due puluh
Dua puluh
21
Due puluh ije
Dua puluh satu
22
Due puluh due
Dua puluh dua
25
Salawi
Dua puluh lima
30
Telu puluh
Tiga puluh
40
Epat puluh
Empat puluh
50
Lime puluh
Lima puluh
60
Jahawen puluh
Enam puluh
70
Uju puluh
Tujuh puluh
80
Hanya puluh
Delapan puluh
90
Jalatien puluh
Sembilan puluh
100
Saratus
Seratus
200
Due ratus
Dua ratus
500
Lime ratus
Lima ratus
589
Lime ratus hanya puluh jalatien
Lima ratus delapan puluh sembilan
900
Jalatien ratus
Sembilan ratus
1000
Sakuyan
Seribu
2000
Due kuyan
Dua ribu
5728
Lime kuyan uju ratus due puluh hanya
Lima ribu tujuh ratus dua puluh delapan
627.835
Jahawen ratus due puluh uju kuyan hanya ratus telu puluh lime
Enam ratus dua puluh tujuh ribu delapan ratus tiga puluh lima
1.000.000
Sajuta
Sejuta
1.000.000.000
Samilyar
Semiliar/Satu miliar
1.000.000.000.000
Satrilyun
Setriliun/Satu triliun
Kosakata
Perbandingan kosakata antara bahasa Bakumpai, Ngaju dan Indonesia.
Bahasa Ngaju bertetangga dengan bahasa Banjar. Secara gradasi semakin mendekati wilayah Banjar pengaruh bahasa Banjar semakin dominan misalnya ditemukan pada dialek/bahasa Berangas yang unsur bahasa Banjarnya mencapai 70%.
Kesamaan leksikal bahasa Banjar dengan bahasa Dayak, 45% dengan bahasa Bakumpai [bkr], 35% dengan bahasa Ngaju [nij].[9] Adapun kekerabatan bahasa Banjar dengan bahasa Ngaju 39%, berdasarkan penelitian Zaini HD1.[15]
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Ngaju". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^"Bahasa Ngaju". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
^ abcdefghijklmnopqrstuvwSantoso, Dewi Mulyani; Sofyan, Diana (1991). Struktur Bahasa Dayak Ngaju(PDF). Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan & Kebudayaan. ISBN9794591726. Diakses tanggal 20 Januari 2023.Parameter |first3= tanpa |last3= di Authors list (bantuan)
^Definisi Pronomina. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses tanggal 19 Januari 2023
^Iper, Dunis; Poerwadi, Petrus; Admojo, Wihadi. 1998. Fonologi bahasa Katingan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. xvi+163pp.