Felipe Massa (pengucapan bahasa Portugis: [feˈlipi ˈmasɐ]; lahir 25 April 1981) adalah seorang pembalap mobil profesional berkebangsaan Brasil. Saat ini, ia membalap di dalam ajang Formula E. Ia pernah berkarier di dalam ajang Formula Satu dari musim 2002, sampai dengan musim 2017. Debut Massa di dalam ajang F1 dimulai di Grand Prix Australia 2002, pada saat ia bergabung bersama dengan tim Sauber-Petronas. Sementara kemenangan perdananya di dalam ajang F1 diraih di Grand Prix Turki 2006 bersama dengan tim Scuderia Ferrari. Prestasi terbaik Massa adalah saat ia menjadi runner-up kejuaraan dunia di musim 2008 di bawah pembalap McLaren, yaitu Lewis Hamilton.[1] Ia juga menjadi pembalap F1 asal Brasil yang pertama sejak Ayrton Senna pada tahun 1993 yang berhasil memenangi lomba di rumah sendiri pada Grand Prix Brasil 2006.[1]
Pada pertengahan musim 2009, Massa sempat mengalami sebuah kecelakaan hebat yang nyaris saja mengakhiri hidupnya di Hungaria. Tim Ferrari lantas menggantinya dengan Luca Badoer (dua balapan) dan Giancarlo Fisichella (lima balapan). Sempat dirumorkan akan diganti bila sampai dengan akhir tahun 2009 kondisinya masih belum juga membaik, Massa akhirnya bisa bernapas lega pada saat tim Ferrari mengumumkan bahwa ia akan tetap tinggal di dalam tim Ferrari. Dengan sistem kontrak yang berbasis pertahun, Massa bertahan di dalam tim Ferrari sampai dengan akhir musim 2013.[2] Sejak musim 2014 sampai dengan musim 2017, Massa beralih memperkuat tim Williams. Ia sempat mengumumkan akan pensiun dari arena balap F1 di akhir musim 2016,[3] tetapi dengan pensiun mendadaknya Nico Rosberg di akhir musim tersebut, maka Valtteri Bottas lantas ditarik masuk ke dalam tim Mercedes mulai musim 2017, dan hal ini membuat tim Williams meminta serta kembali mengontrak Massa untuk satu musim saja.[4] Pada tanggal 4 November2017, Massa akhirnya secara resmi mengumumkan pensiun dari arena balap F1.[5]
Kehidupan pribadi
Felipe Massa lahir dari keluarga imigran di kota São Paulo, Brasil.[6] Kakeknya adalah orang Italia yang berasal dari Cerignola, yang kemudian berimigrasi ke Brasil.[7] Massa kecil banyak bermain seperti layaknya anak Brasil kebanyakkan, yaitu sepak bola. Namun karena tinggi badannya terlalu kecil untuk menjadi seorang pemain sepak bola, akhirnya ia pun memutuskan untuk mencari hobi lain. Dan ketika itulah, hobinya untuk kebut-kebutan mulai tumbuh, walaupun hanya sebatas dalam sepeda biasa.
Pada usia 7 tahun, ia kemudian bekerja sampingan sebagai pengantar pizza, di kala waktu senggang sepulang sekolah.[8] Ia lantas mendapatkan perintah untuk mengantarkan pizza ke sirkuit Interlagos, di mana saat itu tengah berlangsung GP F1 Brasil. Di luar dugaan ia tertarik dengan ajang balapan, dan akhirnya ia memutuskan untuk mencoba hobi membalap. Massa lantas mencoba gokart pertamanya pada usia 9 tahun.
Massa pernah tinggal di Monako saat ia pertama kali turun di F1 pada 2002. Kemudian setelah ia bergabung sebagai pembalap resmi Ferrari di 2006, Massa lantas pindah ke Swiss, tepatnya di Zürich, berdekatan dengan kediaman Kimi Räikkönen, Fernando Alonso, dan Michael Schumacher. Massa menikah dengan model Brasil, Anna Rafaela Bassi pada tanggal 29 November 2007 di São Paulo.[9][10] Namun acara pernikahan ini tidak dihadiri oleh Michael Schumacher dan Kimi Räikkönen, hanya Rubens Barrichello dan Antonio Pizzonia-lah yang terlihat hadir saat acara pemberkatan Massa di gereja. Dari pernikahannya ini, Massa dikaruniai seorang anak laki-laki yang lahir bulan November 2009.[11] Felipe Massa sendiri merupakan seorang penganut Katolik yang taat.[12]
Selama berkarier sebagai pembalap, Massa dimanajeri oleh putra mantan team principal Ferrari Jean Todt, Nicolas Todt.[13] Nicolas sendiri pertama kali menjadi manajer Massa saat sang ayah, Jean Todt menarik masuk Massa ke Ferrari sebagai test driver pada tahun 2003.
Massa merupakan teman baik dari seorang desainer jam tangan mewah asal Swiss, Richard Mille, yang kemudian membuatkannya beberapa model jam tangan mewah seperti seri RM-005FM, dan seri RM-011.[14]
Massa merupakan penggemar dari klub sepak bola São Paulo F.C.[15] Untuk kawasan Eropa sendiri, ia merupakan fans dari klub asal Turki, Fenerbahce, dengan alasan bahwa di klub tersebut salah satu sahabatnya yaitu Roberto Carlos bermain.[16] Massa juga sempat menjadi pendukung klub Juventus ketika ia berkarier sebagai pembalap tim Ferrari.
Karier awal
Felipe Massa, yang sudah mengenal ajang balapan sejak usia 7 tahun, memulai karier di ajang gokart pada usia 9 tahun. Ia berada di gokart selama 7 tahun, dan malang melintang di ajang nasional Brasil maupun internasional. Pada 1998, ia pindah ke ajang Formula Chevrolet. Dan finis di P5 pada klasemen akhir. Pada tahun 2000, ia pindah ke Eropa dan mengikuti Formula Renault Italia dan Formula Renault Eropa.[17] Di ajang Formula Renault-lah ia sempat bertemu dengan Kimi Räikkönen, walaupun saat itu mereka belum akrab sama sekali. Tujuh tahun kemudian pada tahun 2007, mereka berdua menjadi rekan setim di tim Ferrari.
Massa lantas pindah ke ajang F3000 Euro Series pada 2001. Dengan meraih 6 kemenangan dari 8 balapan, ia ditawari untuk mengetes mobil F1 Sauber pada akhir 2001, dan menandatangani kontrak F1 untuk musim 2002. Sebelum menandatangani kontrak F1 dengan Sauber, ia sempat ditawari untuk membalap bersama Alfa Romeo di ajang European Touring Car Championship.
Bagusnya penampilan Felipe Massa di ajang F3000 Euro Series pada 2001 membuat Peter Sauber terkagum-kagum, dan kemudian memuji Massa dengan ucapan:
"Felipe Massa banyak persamaannya dengan Kimi Räikkönen. Suatu saat nanti, satu di antara mereka, atau bahkan mereka berdua, akan menjadi juara dunia baru di ajang Formula 1."[18]
Karier Formula Satu
2002–2005: Sauber-Petronas
Debut dan julukan "Si Liar"
Debut F1 Felipe Massa dimulai di GP Australia 2002,[19] bersama rekan setimnya yang lebih berpengalaman, Nick Heidfeld. Di musim debutnya ini, Felipe hanya mampu mengumpulkan 4 poin, selebihnya ia sering terlibat insiden dan kecelakaan. Bahkan ia dijuluki "Si Liar" karena gaya mengemudinya yang sesekali kacau. Massa sempat terkena penalti akibat gaya mengemudinya di GP Italia.[20] Tim Sauber lalu mengganti Massa dengan pembalap senior Heinz-Harald Frentzen di GP AS[21] dan di musim balap 2003. Massa yang kemudian tersingkir dengan kehadiran Frentzen akhirnya pindah ke Ferrari sebagai pembalap penguji.[22] Jean Todt kemudian lantas mengiming-imingi Massa dengan peluang kursi Ferrari pada masa mendatang, jika penampilannya selama menjadi pembalap uji bagus. Sebelum resmi menjadi pembalap uji Ferrari, Massa sempat ditawari untuk membalap di tim Jordan, menemani Giancarlo Fisichella. Namun tampaknya, rayuan Todt plus sejarah Ferrari yang berpengalaman di F1 akhirnya membuat Massa tetap pada pendiriannya, menerima tawaran sebagai test driver Ferrari.
Selama musim 2003 berjalan, Massa terus mengasah kemampuannya di Ferrari. Di sana ia belajar banyak dari Michael Schumacher dan Rubens Barrichello. Sesekali ia pun terlibat dalam diskusi teknik dengan kedua pembalap tersebut, dan juga dengan sesama test driver lainnya, Luca Badoer. Gaya balap Massa yang sebelumnya acak-acakan perlahan mulai berubah. Dan berkat kemajuannya tersebut, tim lamanya, Sauber-Petronas akhirnya memutuskan untuk kembali menarik Felipe Massa sebagai pembalap regular untuk musim balap 2004, walaupun dilain pihak banyak terdengar suara sumbang atas keputusan Peter Sauber untuk kembali menarik Massa ke tim Sauber. Di tim tempat ia memulai karier F1-nya tersebut, Massa akan berpasangan dengan Giancarlo Fisichella. Hasil musim 2004 untuk Massa tidak terlalu mengecewakan, ia berhasil mencetak 12 poin dari total 34 poin Sauber, dengan prestasi terbaik finis posisi empat di GP Belgia.[23]
Mengalahkan senior
Di musim 2005, Massa mendapat rekan setim yang baru, yaitu mantan juara dunia F1 musim 1997 asal Kanada, Jacques Villeneuve (JV). Villeneuve, yang sebelum musim balapan dimulai sudah menyombongkan diri akan mengalahkan Massa, terpaksa harus mengakui bahwa ia kalah bagus dibanding rekan setimnya yang masih muda tersebut. Momen paling menarik saat pertarungan antara Villeneuve vs. Massa adalah ketika di GP Monaco.[24] Saat itu keduanya berebut masuk tikungan Ste-Devote. Akhirnya yang terjadi adalah kecelakaan. Sejak saat itu pulalah, pertemanan keduanya sedikit renggang. Hasil akhir untuk Massa di musim 2005 adalah di posisi 13 klasemen pembalap dengan 11 poin, unggul dua poin saja atas Villeneuve.
Akhir 2005, Ferrari melalui Jean Todt secara tiba-tiba memutus kontrak Rubens Barrichello yang sedianya akan berakhir di penghujung musim 2006, dan kemudian secara mengejutkan memenuhi janjinya untuk menarik Felipe Massa ke kursi pembalap menemani Michael Schumacher.[25] Massa sendiri kemudian mendapat seorang manajer baru, yang tidak lain adalah putra dari Jean Todt sendiri, yaitu Nicolas Todt. Sebetulnya, Massa disarankan oleh Peter Sauber agar tetap tinggal di Sauber (yang kemudian dibeli BMW). Namun Massa menolak dengan alasan kesempatan untuk menjadi juara dunia di Ferrari lebih besar ketimbang jika dirinya tetap bertahan di Sauber/BMW.
2006–2013: Scuderia Ferrari
Belajar dari Schumi dan Räikkönen
Pada musim 2006, Massa mendapat sebuah tantangan besar dengan menjadi tandem Michael Schumacher di tim Ferrari. Berbeda dengan rekan setim Schumi sebelumnya (semacam Eddie Irvine atau Rubens Barrichello), kali ini Massa merasa bahwa dia bukan menjadi "pelindung" atau "mengalah untuk Schumi". Di luar dugaan, Michael Schumacher secara terang-terangan membimbing Massa seperti guru pada muridnya. Hasilnya adalah kemenangan pertama di Turki.[26] Sebelumnya, secara mengejutkan pula, Massa mampu memimpin lomba di GP Amerika Serikat di sirkuit Indianapolis, walaupun pada akhirnya ia harus rela menyerahkan posisinya tersebut melalui sebuah team order halus kepada Michael Schumacher.
Memasuki balapan kandang sendiri di Interlagos, Brasil, beban mental menumpuk pada Massa. Ia mau tidak mau harus mempertunjukan kebolehannya di depan publik sendiri. Namun kematangan Massa terlihat dengan mantapnya ia saat meraih pole position dan kemudian mengubahnya menjadi sebuah kemenangan spektakuler pada balapan besoknya. Dengan kemenangan gemilang ini, Felipe Massa memecahkan telur yang dierami Brasil selama 13 tahun. Sebab terakhir kali orang Brasil menang dikandang sendiri adalah pada GP Brasil 1993 yang dimenangi oleh almarhum Ayrton Senna.[27] Di akhir musim, Michael Schumacher memutuskan pensiun dan posisinya akan digantikan oleh mantan pembalap McLaren yang pernah bertarung dengan Massa di Formula Renault tahun 2000, Kimi Räikkönen. Massa sendiri finis di urutan ketiga dalam klasemen akhir pembalap musim 2006, dengan total 80 poin.[28]
Memasuki musim 2007, banyak orang yang menggunjingkan bahwa Kimi dan Massa tidak akur. Banyak yang menganggap bahwa keduanya itu ibarat api dan es. Yang satu dingin (Räikkönen), yang satunya panas karena Latino (Massa). Namun ternyata fakta dilapangan berbalik 180 derajat. Justru malah di tim lawan (McLaren) yang seperti itu. Sudah bukan rahasia umum, bahwa Fernando Alonso dan Lewis Hamilton tidak harmonis. Sementara di Ferrari, walaupun status pembalap utama dihapus oleh Luca Montezemolo selaku presiden Ferrari, namun hubungan Massa dan Kimi tetap harmonis dan saling membantu demi membawa Ferrari kembali ke tahta juara dunia.
Massa memenangi lomba secara spektakuler di Bahrain[29][30] dan Spanyol.[31] Di GP Eropa ia bersitegang dengan Alonso yang dari rekaman video TV terlihat mengolok-olok Massa yang dianggap Alonso sebagai pembalap amatir. Kontan Massa marah, namun berhasil diredam oleh Michael Schumacher yang menjadi tamu istimewa GP Eropa di sirkuit Nürburgring. Kemudian di GP Turki pada 26 Agustus 2007, Massa kembali mengulangi apa yang ia raih tahun 2006. Memenangi lomba dengan posisi 1-2 untuk Ferrari. Setelah balapan, ia berkata bahwa sirkuit Istanbul Park adalah salah satu sirkuit keramat baginya, karena di sinilah ia meraih kemenangan pertamanya di musim 2006, dan kemudian mengulanginya lagi di 2007.[32]
Namun harapan Massa untuk menjadi kampiun dunia 2007 kandas di GP Jepang setelah dia gagal merangsek kedepan akibat hujan deras. Massa akhirnya memutuskan untuk membantu Kimi semaksimal mungkin demi meraih gelar juara dunia pembalap 2007 (gelar konstruktor diperoleh Ferrari tanpa perjuangan setelah McLaren didiskualifikasi akibat kasus "Stepney-gate").[33]
Pada balapan kandangnya di Brasil, Massa memainkan perannya dengan sempurna. Start dari pole, Massa akhirnya mengalah pada Kimi dalam strategi pit. Publik Brasil juga menerima apa yang Massa lakukan dan turut bergembira saat Kimi menang dan dinyatakan "sah" sebagai juara dunia F1 2007 (walaupun gelar Kimi baru sah pada tanggal 15 November 2007).[34][35]
Penantang gelar dan kecelakaan
Felipe Massa mengawali musim 2008 dengan buruk. Ia dua kali gagal finis di dua balapan awal (Australia dan Malaysia). Namun ia berhasil bangkit dengan menang di Bahrain,[36] dan (lagi-lagi) Turki. Namun ambisi Massa untuk bisa menguasai klasemen teratas pembalap juga terhalangi oleh beberapa kesalahan konyol dari timnya sendiri. Di Monaco, tim Ferrari salah menerapkan strategi, dan akhirnya mengakibatkan Massa yang start dari pole harus rela finis di posisi dua. Meski begitu ia berhasil bangkit dan menang di Prancis, itu pun setelah Kimi Räikkönen mengalami masalah dengan knalpotnya.
Setelah menang secara spektakuler di Valencia, walaupun sempat terancam diskualifikasi akibat ulahnya yang nyaris menyebabkan Adrian Sutil celaka di pit exit, Massa kembali menang di Belgia. Kali ini kemenangannya sedikit berbau kontroversial, karena Lewis Hamilton yang sebelumnya dinyatakan menang, harus terkena penalti 25 detik akibat bersenggolan dengan Kimi. Massa yang start dari posisi dua, dan kemudian turun ke urutan ketiga, dan tidak menyalip siapapun akhirnya dinyatakan sebagai pemenang, tiga jam seusai balapan.[37][38]
Di Singapura, Massa start dari pole.[39], sayangnya ia kembali gagal menang akibat insiden pit yang salah dari Ferrari. Memasuki China, ia adalah satu-satunya pembalap yang masih mempunyai peluang untuk menjadi juara dunia. Menjelang akhir balapan, Kimi Räikkönen yang sudah tidak punya peluang menjadi juara kemudian memberikan jalan kepada Massa untuk naik ke posisi dua.[40]
Felipe Massa sebenarnya bisa saja menjadi juara dunia, karena ia menang secara spektakular di kandangnya sendiri di Brasil. Sayang beberapa ratus meter di belakangnya, Lewis Hamilton secara baik mampu mengambil kesempatan saat Timo Glock yang berada di posisi lima mengalami masalah. Hamilton berhasil finis di posisi lima, dan memupus impian Massa untuk jadi juara dunia. Saat Massa masuk parc ferme, ia menangis, tetapi ia pun tidak kecewa, karena sudah berusaha memberikan hasil yang cukup baik bagi para pendukungnya di São Paulo.[41][42]
Musim 2009 ternyata tidak seindah yang diharapkan oleh tim Ferrari dan juga dua pembalapnya (Felipe Massa dan Kimi Räikkönen).[43][44] Massa hanya mampu meraih podium ketiga di Jerman. Selanjutnya di Hungaria ia terlibat kecelakaan hebat yang disebabkan pecahan mobil dari Rubens Barrichello, di mana salah satu pecahannya mengenai helm Massa.[45][46] Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit Állami Egészségügyi Központba (dalam bahasa Indonesia: pusat kesehatan masyarakat) di Budapest, dan hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa Massa mengalami gegar otak. Sebagai penggantinya di Valencia pada 23 Agustus, tim Ferrari kemudian menyiapkan Luca Badoer dan terhitung sejak tanggal 3 September 2009, Giancarlo Fisichella akan mengisi posisi Felipe Massa sampai musim 2009 berakhir.[47] Sebagai salah satu upaya penyembuhan dirinya, Massa kemudian banyak melakukan latihan dengan memakai mobil gokart. Ia kemudian tampil sebagai tamu istimewa di GP Brasil 2009 dengan menjadi pengibar bendera finis.[48]
Prestasi menurun
Akhir Agustus 2009, Ferrari secara diam-diam telah mengontrak Fernando Alonso untuk membalap bersama Ferrari mulai 2010.[49] Saat itu publik menduga bahwa Massa-lah yang akan tersingkir dikarenakan kondisinya yang belum begitu membaik pasca kecelakaan di Hungaria. Tetapi secara mengejutkan sehabis GP Singapura 2009, tim Ferrari mengumumkan bahwa kontrak Kimi Räikkönen akan diputus di musim 2010, dan itu berarti Fernando Alonso akan bertandem dengan Felipe Massa.[50] Massa sendiri tampak tidak berkeberatan kalau Alonso menjadi tandemnya di musim 2010, karena menurutnya akan lebih mudah bagi Ferrari untuk merajai setiap balapan jika dua pembalapnya mempunyai kualitas yang sama.
Kembalinya Felipe Massa di musim 2010 diawali dengan baik saat ia berhasil menduduki posisi kedua saat lomba di Bahrain di belakang rekan setimnya sendiri, Fernando Alonso.[51] Masuk ke Australia, setelah sempat salah taktik di awal lomba, Felipe Massa akhirnya berhasil finis di urutan tiga, di depan rekan setimnya sendiri. Di empat balapan selanjutnya (Cina, Spanyol, Monako, dan Turki), Felipe hanya mampu finis di bawah lima besar. Kekecewaan Felipe semakin bertambah setelah ia sama sekali tidak mampu meraih angka di Kanada, Eropa, dan Inggris, yang kemudian menyebabkannya keluar dari persaingan perebutan gelar juara dunia. Sementara itu di Jerman, Massa sempat memimpin balapan sejak awal sebelum akhirnya diperintahkan oleh tim untuk mengalah dan menyerahkan gelar juara yang sudah di depan mata kepada Fernando Alonso.[52][53] Kasus ini kemudian dibawa ke meja sidang FIA di Paris tanggal 8 September, namun FIA kemudian memutuskan bahwa tindakan Ferrari di Jerman tersebut tidak bersalah dan hanya dikenai denda 100.000 dolar AS.[54] Massa kemudian berhasil finis podium di Italia dengan finis ketiga. Hasil yang sama kemudian ia peroleh kembali di Korsel yang sekaligus menjadi podium terakhirnya di musim 2010. Massa finis di urutan keenam klasemen dengan raihan 144 poin.
Musim 2011 diawali Massa dengan buruk. Ia sempat bertarung hebat dengan Jenson Button di Australia dan kemudian Button terkena penalti akibat memotong tikungan. Penampilan ban yang buruk kemudian memaksa Massa finis di posisi kesembilan. Di Malaysia Massa berhasil finis kelima di depan rekan setimnya Fernando Alonso. Di Cina Massa sebetulnya berpeluang meraih podium, tetapi usahanya kandas karena kesalahan dalam penggunaan strategi pit yang menyebabkannya harus puas finis di urutan enam, lagi-lagi di depan Alonso. Setelah hanya finis urutan 11 di Turki dan kemudian dua kali tersingkir masing-masing karena masalah girboks di Spanyol dan terlibat kecelakaan dengan Lewis Hamilton di Monako,[55] Felipe Massa kembali bangkit dan meraih poin di tiga balapan selanjutnya (Kanada, Eropa dan Inggris). Untuk pertama kalinya di musim 2011, Massa berhasil mengalahkan Alonso di sesi kualifikasi Belgia tetapi ia hanya mampu finis kedelapan saat lomba. Momen besar untuk Massa datang di Singapura saat ia bersenggolan dengan Lewis Hamilton. Usai balapan, Massa yang masih larut dalam emosi kemudian menepuk bahu Hamilton dan mengatakan "kerja bagus, kawan!"[56] Selanjutnya di Jepang dan Korea, Massa kembali bersenggolan dengan Hamilton dan bahkan sempat meminta kepada FIA untuk memberikan tindakan tegas kepada Hamilton yang Massa nilai sering merusak balapan orang lain.[57] Di India untuk kesekian kalinya Massa terlibat senggolan dengan Hamilton namun kali ini Massa yang terkena penalti drive-thru. Perselisihannya dengan Lewis Hamilton baru bisa berakhir sesudah balapan penutup musim di GP Brasil saat ia dan Hamilton saling berpelukan dan berjabatan tangan di depan kamera para wartawan. Baik Massa maupun Hamilton sama-sama mengklaim bahwa mereka kini akan menjadi rival sekaligus sahabat seperti dulu lagi.
Untuk musim 2012, Felipe Massa masih bertahan di Ferrari.[58] Usai mendapat hasil buruk di tiga lomba awal, Massa meraih poin perdananya di musim 2012 di Bahrain saat finis di posisi kesembilan. Setelah mengalami beragam hasil buruk dan sempat terancam akan keluar dari Ferrari pada akhir 2012, Massa mulai bangkit dengan raihan posisi empat di Inggris. Podium yang dinantikan Massa sejak 2010 akhirnya berhasil ia raih di Jepang di mana pada saat yang sama rekan setimnya Fernando Alonso kandas akibat insiden di lap pertama.[59] Usai finis di posisi empat di Korea, Ferrari akhirnya memutuskan untuk memperpanjang kontrak Massa selama satu musim.[60] Massa kemudian meraih satu kali posisi podium lagi lewat peringkat ketiga di Brasil dan mengakhiri musim di posisi ketujuh klasemen.
Awal musim yang kuat diperlihatkan oleh Felipe Massa di musim 2013 dengan raihan poin yang ia dapatkan di Australia dan Malaysia. Di Cina Massa sempat memimpin sebelum kemudian finis keenam. Di Bahrain, Massa mengalami masalah dengan ban yang menyebabkannya finis di urutan 15. Massa sukses mencuri posisi podium di Spanyol saat ia finis ketiga. Di Monako Massa mengalami dua kali kecelakaan yaitu di sesi latihan bebas dan saat lomba.[61][62] Masalah ban kemudian mewarnai lomba Massa di Inggris sebelum ia berhasil bangkit dan finis di urutan keenam. Pada lomba di Belgia, Felipe Massa nyaris meraih pole position sebelum kesalahan analisis strategi dari Ferrari mengagalkannya. Pada lomba di India, Felipe Massa sempat memimpin lomba di awal musim sebelum kemudian menurun dan hanya mampu finis di urutan 4.[63] Massa akhiri perjalanan karier Ferrari-nya pada musim 2013 dengan peringkat delapan klasemen.
2014–2017: Williams
Menjadi pemimpin tim
Felipe Massa umumkan pengunduran dirinya dari Ferrari pada tanggal 10 September 2013.[64] Sehari berikutnya Ferrari mengumumkan Kimi Räikkönen yang pernah menjadi rekan setim Massa akan kembali ke Ferrari mulai musim 2014.[65] Dua bulan kemudian, Felipe Massa mencapai kesepakatan dengan Williams untuk bergabung mulai musim 2014 menggantikan Pastor Maldonado. Massa berpasangan dengan pembalap Finlandia Valtteri Bottas.[66]
Musim 2014 diawali Massa dengan beberapa ketidakberuntungan diantaranya saat ia tersingkir akibat ditabrak Kamui Kobayashi di Australia serta pitstop kacau di China dan saling senggol dengan Sergio Perez di Kanada.[67] Memasuki pertengahan musim, Massa sukses meraih pole position di Austria dan finis keempat saat lomba berjalan.[68] Massa kemudian sukses mencetak posisi podium saat finis ketiga di Italia. Di akhir pekan lomba itu juga tim Williams mengkonfirmasi ulang bahwa duet Massa dan Bottas akan bertahan untuk musim 2015. Di balapan rumahnya di Brasil, Massa berhasil finis ketiga dan mencetak podium keduanya di musim 2014.[69] Musim "penyegaran" bagi Massa diakhiri dengan finis kedua di Abu Dhabi yang dideskripsikan olehnya sebagai "salah satu lomba terbaik dalam karier membalapnya".[70]
Pada musim 2015, Massa secara konsisten mencetak poin di lima lomba awal musim. Rentetan finis poin Massa terhenti di Monako setelah ia mengalami beragam masalah sejak sesi latihan bebas.[71] Di GP Austria Massa berhasil finis podium dengan terbantu pitstop yang bermasalah yang menimpa mobil Sebastian Vettel.[72] Di GP Inggris Massa melakukan start lomba yang bagus dan sempat memimpin di stint awal lomba sebelum akhirnya ditaklukan oleh dua mobil Mercedes dan harus puas finis di posisi empat. Podium emosional didapatkan Massa di GP Italia dengan finis ketiga di depan para tifosi Ferrari yang menghormatinya saat berada diatas podium meski Massa kali ini bergabung dengan tim yang secara tradisional dianggap rival oleh penggemar Ferrari.[73] Di Singapura, Massa terlibat insiden dengan Nico Hülkenberg saat keluar dari pit. Ia mengalami kerusakan pada girboks mobil yang menyebabkannya terpaksa untuk tersingkir dari arena sementara Hülkenberg dikenai hukuman turun tiga posisi untuk lomba selanjutnya.[74] Di Jepang Massa terlibat insiden dengan Daniel Ricciardo yang membuatnya harus finis di posisi 17 dan tertinggal 2 lap. Nasib baik berpihak pada Massa di GP Rusia dengan finis di posisi keempat usai insiden tabrakan yang menimpa rekan setimnya Bottas dengan Kimi Räikkönen dari Ferrari. Dalam balapan rumah di Brasil, Massa terkena diskualifikasi setelah pengawas lomba menemukan temperatur bannya saat start lomba yang tidak sesuai dengan batas toleransi yang diperbolehkan.[75] Di Abu Dhabi Massa finis di posisi delapan usai bersaing ketat dengan Daniil Kvyat. Massa mengakhiri musim 2015 dengan berada di posisi enam klasemen pembalap.
Akhir karier di Formula Satu
Di awal musim 2016, Massa kembali mengulang prestasi musim sebelumnya dengan finis dan mencetak poin di enam lomba awal musim sebelum terhenti karena masalah mesin di Kanada.[76] Lomba berat dijalaninya di Eropa dengan finis di posisi 10 setelah sepanjang lomba bermasalah dengan ban. Di Austria, ia dirundung masalah teknis sejak awal lomba dengan sayap mobil yang rusak dan kemudian disusul dengan rem yang rusak yang membuatnya tersingkir dari lomba di lap 63. Di Hungaria kendala teknis pada setir mobil membuat Massa kesulitan membalap sepanjang lomba berjalan meski tim Williams sudah berusaha untuk mengganti setir baik di awal lomba maupun saat lomba berjalan. Di Jerman Massa terpaksa tersingkir usai kerusakan teknis misterius pada mobilnya yang diyakini terjadi akibat insiden kecil dengan Jolyon Palmer dari Renault.[77] Di Belgia Massa finis di posisi 10 setelah berjuang keras menaikan temperatur bannya sepanjang lomba berjalan.
Pada 1 September 2016, Massa mengumumkan bahwa ia akan pensiun dari ajang F1 di akhir musim berjalan.[78][79] Usai finis kesembilan di Italia, Massa gagal mendapat poin di Singapura dan Malaysia meski mencoba untuk tampil agresif. Selanjutnya di tiga lomba beruntun (Jepang, Amerika Serikat dan Meksiko) Massa kembali ke form terbaiknya dengan mencatatkan poin dalam tiga lomba tersebut. Di Brasil Massa tersingkir dari perlombaan setelah menabrak dinding di lap 47.[80] Dalam lomba yang saat itu diyakini akan jadi lomba GP Brasil terakhirnya, Massa mendapat penghormatan dari penonton dan seluruh kru tim F1 saat berjalan kembali ke pit tidak lama usai tersingkir.[81] Massa menutup musim 2016 dengan finis di posisi kesembilan di Abu Dhabi yang secara keseluruhan mengantarnya berada di posisi ke-11 klasemen pembalap.
Pada 16 Januari 2017, tim Williams mengumumkan kembali mengontrak Felipe Massa untuk musim 2017 setelah Valtteri Bottas ditarik ke Mercedes untuk menggantikan Nico Rosberg yang pensiun. Keputusan ini juga sekaligus menunda rencana pensiun Massa yang sebelumnya diumumkan pada September 2016.[82] Di lomba perdana musim di Australia, Massa sukses finis di posisi enam dan meraih poin. Kondisi cuaca menyulitkan Massa saat berlomba di China dan ia finis tanpa poin. Selanjutnya di Rusia meski sempat dua kali mengalami ban bocor saat lomba, Massa mampu bangkit dan finis di posisi kesembilan meski di akhir lomba sempat dituduh Vettel menghalang-halangi ketika Vettel berusaha menyalip Bottas.[83] Lomba berat dijalani Massa di Monako saat ia harus mengawali lomba di posisi 15. Perlahan tapi pasti melalui pengalamannya dan dibantu strategi tim, Massa bisa naik dan finis dengan meraih poin di posisi kesembilan.[84] Massa memiliki kans memenangi lomba di Azerbaijan saat mendapat kesempatan memimpin lomba tetapi kerusakan damper membuatnya harus tersingkir dari perlombaan.[85] Di Austria dan Inggris, Massa meraih poin dengan finis di urutan kesembilan dan kesepuluh.
Di Hungaria, Massa memilih absen dari perlombaan karena sakit. Posisinya sementara digantikan oleh pembalap tes Paul di Resta.[86] Massa kembali aktif membalap di Belgia dan sukses finis di posisi delapan.[87] Dalam tiga lomba luar Eropa yaitu Malaysia, Jepang dan Amerika Serikat, Massa sukses meraih poin dengan finis di urutan 9, 10 dan 9 dalam tiga lomba tersebut. Pada tanggal 4 November, Massa mengumumkan bahwa ia akan pensiun dari F1 di akhir musim dan keputusannya kali ini tidak bisa diganggu gugat.[88] Pada lomba GP Brasil terakhirnya, Massa hanya bisa finis di urutan ketujuh usai bersaing ketat dengan Fernando Alonso yang kemudian memberi gestur penghormatan bagi Massa sesaat setelah lomba berakhir.[89] Secara keseluruhan, Massa mengakhiri musim 2017 dengan menempati posisi 11 klasemen dengan 43 poin.
Karier di balapan lainnya
Race of Champions
Massa juga berpartisipasi dalam acara Race of Champions yang mempertemukan para pembalap dari lintas ajang. Ia berpartisipasi sebanya empat kali dalam acara ini yaitu pada 2004, 2005, 2015 dan 2017 dengan mewakili negara Brasil dan berpasangan dengan Tony Kanaan. Hasil terbaiknya selama mengikuti acara ini adalah dua kali menjadi semifinalis yaitu di edisi 2005 dan 2017.[90]
^"Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2018-02-14.Parameter |publicado= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |título= yang tidak diketahui mengabaikan (|title= yang disarankan) (bantuan); Parameter |idioma= yang tidak diketahui mengabaikan (|language= yang disarankan) (bantuan)
^"Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-09. Diakses tanggal 2018-02-14.Parameter |data= yang tidak diketahui mengabaikan (|date= yang disarankan) (bantuan); Parameter |publicado= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |título= yang tidak diketahui mengabaikan (|title= yang disarankan) (bantuan); Parameter |idioma= yang tidak diketahui mengabaikan (|language= yang disarankan) (bantuan)
^"Manipe F1". Manipe F1. 2008-11-05. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-03. Diakses tanggal 2009-05-09.
^"Erro de estratégia deixa Massa em 16º" (dalam bahasa portuguese). globoesporte.com. 2009-04-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-19. Diakses tanggal 2009-09-29.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Desafio International das Estrelas: Apresentação" (dalam bahasa Portuguese). Desafio International das Estrelas official website. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 August 2008. Diakses tanggal 26 August 2008.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Desafio International das Estrelas: Resultado final" (dalam bahasa Portuguese). Desafio International das Estrelas official website. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 October 2008. Diakses tanggal 26 August 2008.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Race Classification". Fédération Internationale de l'Automobile. 2008-10-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 29, 2009. Diakses tanggal 2009-02-08.
^"Race Classification". Fédération Internationale de l'Automobile. 2008-06-22. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-06. Diakses tanggal 2009-07-07.