Kamui Kobayashi (小林可夢偉code: ja is deprecated , Kobayashi Kamui); lahir 13 September 1986) merupakan seorang pembalap Formula 1 asal Jepang yang terakhir kali membalap untuk tim Sauber pada musim 2012. Debutnya di ajang Formula 1 dimulai pada GP Brazil 2009 saat dirinya menggantikan posisi Timo Glock yang cedera. Ia merupakan juara umum GP2 Asia Series 2009. Nama Kamui sendiri diambil dari Kamuy yang berasal dari mitologi Ainu. Secara harfiah nama Kamui berarti "mengadakan mimpi yang besar".[1]
Profil
Kamui Kobayashi lahir dari keluarga seorang pemilik restoransushi di Jepang. Ketika masih kecil ia kerap membantu ayah dan ibunya dalam melayani pelanggan yang membeli sushi di restorannya.[2] Saat ia masih duduk di bangku sekolah, Kobayashi sempat berniat dan bercita-cita menjadi seorang aktor teater dan komedian.[2] Ia kemudian bergabung dengan kegiatan ekstrakurikuler komedi di sekolahnya sebelum akhirnya ia beralih menekuni dunia olahraga tepatnya dunia balapan.[2]
Akhir 2009 saat Toyota mundur dari F1, Kobayashi sempat berpikir bahwa ia mungkin ditakdirkan harus melanjutkan usaha keluarganya yaitu berjualan sushi.[2] Namun akhirnya ia bisa terus membalap di F1 saat Peter Sauber memutuskan untuk menariknya membalap untuk musim 2010.
Hobi Kobayashi sendiri adalah berolahraga air dan berwisata.[3] Ia sempat bercanda bahwa jika seandainya ia bisa menjadi pemimpin di FIA ia akan mengadakan balapan di setiap negara yang ia telah kunjungi. Kobayashi juga merupakan penggemar berat Ayrton Senna dan Michael Jackson.[3]
Pra Formula 1
Balapan junior
Kamui Kobayashi memulai karier balapnya pada tahun 1996 saat usianya masih 9 tahun. Ia berhasil menjuarai empat ajang karting utama Jepang sampai tahun 2003. Salah satunya adalah gelar bergengsi di ajang Toyota SL All Japan Tournament Cadet Class series twice.[4]
Pada 2004, Kobayashi masuk ke Akademi Pembalap Toyota, dan memulai karier balapnya di dunia single seater.[4] Selanjutnya ia turun di ajang Formula Renault, berkeliling dunia di Asia, Jerman, Italia, dan Belanda. Ia lantas menjuarai dua balapan di Italia. Dengan bekal tersebut ia maju ke Formula Renault Eropa dan Formula Renault Italia, dan berhasil memenangi enam balapan. Ia tercatat sebagai orang Jepang pertama yang memenangi dua ajang balapan sekaligus saat itu.
Pada 2006 Kobayashi masuk ke ajang Formula 3 Euroseries dengan tim ASM Formule 3 bersama Paul di Resta, Giedo van der Garde dan Sebastian Vettel. Ia mampu meraih tiga podium di musim debutnya, dan berakhir dengan P8 dalam klasemen pembalap di akhir musim, dan menempati urutan pertama dalam Kejuaraan Rookie F3 Euroseries.[5] Kobayashi juga masuk ke ajang Macau Grand Prix dan Masters of Formula 3, tetapi di dua ajang tersebut ia gagal menunjukan prestasinya. Akhir 2006 ia kemudian ditarik masuk menjadi test driver tim F1 Toyota.
GP2 dan GP2 Asia
Kobayashi bergabung ke ajang Seri GP2 di 2008 dengan bergabung bersama tim DAMS.[6] Koba kemudian berhasil mencetak kemenangan balapan pertamanya di GP2 di balapan perdananya di ajang tersebut.[7] Sempat dihalang-halangi Romain Grosjean sepanjang lomba, Koba kemudian mencoba menyalipnya di garis start-finish, tetapi Romain tetap menghalanginya dengan berjalan zig-zag. Romain Grosjean akhirnya dijatuhi hukuman penalti drive-trough atas aksinya tersebut dan menyerahkan pimpinan lomba pada Kobayashi. Namun ironisnya sepanjang 2008 Kobayashi hanya bisa cemerlang di balapan itu saja, karena selebihnya ia berada di papan tengah. Koba finish di P16 klasemen dengan 10 poin. Sementara dalam ajang GP2 Asia Series 2008, Koba berhasil mencetak kemenangan Malaysia dan Bahrain, yang kemudian mengantarnya duduk di P6 klasemen dengan 22 poin.[7]
Musim GP2 2009 Koba masih bertahan di GP2,[8] ia kali ini mencetak angka di balapan Spanyol disusul kemudian podium ketiga di Jerman. poin lain Koba di GP2 2009 dicetak di Valencia, Belgia, dan Portugal. Koba kembali lagi finish di P16 klasemen namun kali ini ia berhasil mencetak 13 poin.[9] Sementara itu di GP2 Asia Series 2008-09 Koba berhasil meraih posisi podium kedua di China dan Malaysia. Ia juga berhasil menang dua kali di Dubai dan Bahrain yang kemudian mengantarkannya menjadi juara GP2 Asia Series musim 2008-09 dengan total poin 56pts.[10]
Formula 1
2007–2009: Toyota
Pada tanggal 16 November 2007 diumumkan bahwa Kamui Kobayashi menjadi pembalap ketiga tim Toyota menggantikan Franck Montagny.[11] Ia juga menjadi pembalap cadangan tim untuk musim 2008 dan 2009.
Setelah Timo Glock mengalami kecelakaan hebat di sesi latihan bebas Sabtu jelang GP Jepang 2009, tim Toyota sempat meminta izin pada FIA agar memperbolehkan Kobayashi turun di balapan.[12] Namun FIA melarang karena Kobayashi tidak mengikuti sesi latihan pada hari Sabtu, dimana ia hanya turun pada hari Jumat saja.[13] Kobayashi akhirnya memulai debutnya sebagai pembalap F1 di GP Brazil, setelah Timo Glock masih belum pulih 100%.[14] Di balapan debutnya tersebut, Koba sempat membuat pemimpin klasemen Jenson Button kerepotan sepanjang balapan sebelum akhirnya Button finish P5 dan keluar sebagai juara dunia. Usai balapan Button menyapa Kobayashi dan menyebutkan aksinya sangat berani dan penuh perhitungan.[15] Usai Glock dipastikan tidak bisa membalap di seri terakhir di Abu Dhabi, Kobayashi kembali dipercaya turun balapan untuk Toyota.[16]Dalam balapan keduanya tersebut, giliran Kimi Räikkönen dan Rubens Barrichello yang merasakan serangan Kobayashi. Koba kemudian berhasil finish di P6 dan sekaligus meraih poin perdananya di ajang F1.[17]
Berbekal penampilannya yang bagus bersama Toyota di dua seri terakhir musim 2009, Kamui Kobayashi lantas sempat masuk kandidat pembalap tetap Toyota untuk musim 2010.[18] Tetapi beberapa hari kemudian Toyota memutuskan mundur dari F1 tepatnya pada 4 November 2009, dan hal ini sempat menyebabkan Kobayashi menjadi menganggur serta frustrasi.[19]
2010–2012: Sauber
Tanggal 17 Desember 2009 diumumkan bahwa Kamui Kobayashi akan membalap bersama tim Sauber untuk musim 2010.[20] Dalam empat balapan perdana musim 2010, Kobayashi gagal meraih angka akibat gagal finish. Di Australia sayap depannya lepas dan "mengajak" Nico Hulkenberg dan Sebastien Buemi untuk terlibat dalam kecelakaan.[21] Di Malaysia ia mengalami kerusakan mesin, sementara di China ia terlibat kecelakaan bersama Vitantonio Liuzzi dan Buemi.[22] Poin perdana Kobayashi di musim 2010 di raih di Turki saat ia finish P10. Di Kanada Kobayashi menabrak "wall of champions" di tikungan terakhir. Aksi spektakuler ia perlihatkan di Eropa saat bertahan dengan ban aus selama hampir sepanjang balapan dan juga sempat menyalip Fernando Alonso.[23] Di balapan rumahnya sendiri di Jepang, Kobayashi berhasil menghibur publik Jepang dengan finish di P7. Kobayashi finish di P12 klasemen dengan 32 poin.
Dalam review di akhir musim, beberapa pengamat menyebut Kobayashi sebagai angin segar pembalap Jepang yang berlaga di F1 saat ini.[24] Oleh Murray Walker Kobayashi digambarkan sebagai ahli menyalip dan tidak perlu mengerem untuk melakukan aksinya tersebut. Oleh Martin Brundle, Kobayashi disebutkan sebagai "master dalam menggunakan rem karena ia paham betul kapan harus mengerem dan kapan tidak, jadi siapa yang butuh rem untuknya? Inilah ciri khasnya yang tidak bisa disamai pembalap lain."[25] Kobayashi sendiri berhasil mengalahkan rekan setimnya yaitu Pedro de la Rosa/Nick Heidfeld dalam perbandingan kualifikasi dengan skor 11-8. Oleh majalah Autosport, Kobayashi dianugerahi "rookie of the year" 2010, walaupun terasa agak janggal karena Kobayashi telah memulai debutnya sejak musim 2009 di F1.
Musim 2011 Kobayashi masih bertahan bersama Sauber,[26] dan kali ini ia bermitra dengan pembalap rookie asal Meksiko Sergio Perez.[27] Duet Sauber ini kemudian berhasil finish dengan angka di Australia tetapi kemudian mereka didiskualifikasi akibat sayap belakang mobil yang menyalahi aturan regulasi.[28][29][30] Di Malaysia Kobayashi berhasil finish ketujuh usai Lewis Hamilton terkena penalti.[31] Di tiga balapan selanjutnya Koba kemudian berhasil selalu finish di top-10. Di Kanada Koba sempat meraih posisi kedua di bawah guyuran hujan lebat, tetapi kemudian turun perlahan saat trek mengering. Ia pun hanya mampu finish ketujuh di balapan tersebut.[32] Pada tanggal 28 Juli 2011, Sauber mengumumkan Kamui Kobayashi bersama rekannya Sergio Perez akan mendapat perpanjangan kontrak sampai akhir musim 2012. Pertengahan musim 2011, Sauber sempat mengalami masa-masa sulit ketika kedua mobilnya kerap kali tampil buruk dalam beberapa lomba. Posisi klasemen konstruktor untuk Sauber pun semakin terancam setelah Kobayashi gagal meraih angka di beberapa lomba, salah satunya adalah ketika ia terlibat insiden dengan Lewis Hamilton di Belgia dan insiden dengan beberapa pembalap lain di India. Dalam dua balapan terakhir musim 2011, Kobayashi berhasil memaksakan diri dan mencetak angka di Abu Dhabi dan Brasil. Atas andilnyalah, Sauber berhasil mempertahankan diri di peringkat ketujuh klasemen konstruktor dengan unggul tipis 3 angka dari tim STR. Kobayashi sendiri berada di peringkat 12 klasemen pembalap dengan raihan 30 poin.
Kobayashi bertahan di Sauber untuk 2012. Usai finis P6 di Australia dan gagal finis di Malaysia, Koba meraih posisi kualifikasi ketiga di China sebelum akhirnya saat lomba ia harus puas finis di posisi 10. Memasuki pertengahan musim, Koba berhasil finis P4 di Jerman (sebelumnya P5 sebelum Sebastian Vettel terkena penalti). Kobayashi berhasil meraih posisi kedua saat kualifikasi di Belgia sebelum terlibat insiden di awal lap 1 yang mengakibatkannya harus puas finis di P13. Di Jepang, Kobayashi mencatat sejarah sebagai pembalap Jepang kedua setelah Aguri Suzuki pada GP Jepang 1990 yang meraih podium dengan finis di P3.[33] Sayangnya posisi podium tersebut menjadi sia-sia di akhir musim saat tim Sauber memutuskan tidak memperpanjang kontraknya dan memilih duet Nico Hulkenberg dan Esteban Gutierrez untuk musim 2013.[34]
Ajang balapan ketahanan
2013: AF Corse
Pada 11 Maret 2013 diumumkan bahwa Kobayashi akan membalap untuk AF Corse di ajang balapan ketahanan FIA musim 2013. Ia akan tergabung di kelas LMGTE-Pro dengan memakai mobil Ferrari 458 GT untuk lomba yang berjumlah 8 seri termasuk diantaranya lomba legendaris Le Mans 24 Jam 2013, yang dirusak kematian Allan Simonsen yang kecelakaan fatal di tikungan Tetre Rouge.[35]
Kamui juga mendapat kesempatan mengetes mobil Ferrari F10 dalam persiapan untuk sebuah acara promosi di Moskow.[36][37]
Dalam lomba 24 Hours of Le Mans 2013, Kobayashi dan tim AF Corse mendapat tempat kelima di kelas GTE-Pro bersama dengan dua rekan satu mobilnya Olivier Beretta dan Toni Vilander. Mobil Ferrari 458 GT yang mereka kendarai berhasil melahap total 312 lap di Sirkuit Le Mans.[38][39][40]
Kembali ke F1
2014–...: Caterham
Awal tahun 2014, Kamui Kobayashi kembali berlaga di F1 dengan bergabung bersama tim Caterham. Rekan setimnya di Caterham adalah pembalap alumni Seri GP2Marcus Ericsson. Kobayashi memilih nomor mobil #10 untuk nomor permanennya yang ia gunakan di F1.[41] Pada balapan pertama musim ini, yaitu Grand Prix Australia, Kobayashi menabrak Massa di awal karena rem mobilnya blong. Namun, pada balapan berikutnya di Grand Prix Malaysia, dia sempat berada di posisi kedelapan, dengan mengungguli rekan setimnya, Marussia, dan beberapa mobil lainnya. Namun, dia menyelesaikan balapan ini di urutan ke-13, dan mempromosikan tim Caterham ke peringkat ke-10 di klasemen sementara Kejuaraan Dunia Konstruktor. Namun, di akhir musim, tim Caterham diturunkan ke peringkat ke-11 karena Jules Bianchi berhasil meraih finis poin untuk yang pertama kalinya bagi tim Marussia di Grand Prix Monako.[42]
Pada tanggal 20 Agustus 2014, diumumkan bahwa pembalap asal Jerman, yaitu André Lotterer, akan menggantikan posisi Kobayashi untuk balapan akhir pekan Grand Prix Belgia.[43] Dia kembali beraksi di balapan Grand Prix Italia setelah Lotterer menolak tawaran lebih lanjut karena kursi untuk sesi latihan bebas diambil alih oleh Roberto Merhi, yang berusaha untuk lolos ke Lisensi Super FIA.[44] Kobayashi sendiri menyatakan ketidakbahagiaannya dengan situasi tersebut, dengan rencana pembalap tim yang berubah dalam waktu yang singkat, dan masa depannya yang tidak pasti.[45]
Super Formula (2015–)
Team LeMans (2015–2016)
Pada tanggal 30 Januari 2015, dipastikan bahwa Kobayashi akan membalap untuk Tim LeMans di Kejuaraan Super Formula musim 2015.[46] Dia berhasil mencetak tiga podium dalam perjalanannya ke posisi kelima di dalam klasemen akhir kejuaraan pembalap selama tahun pertamanya di seri tersebut.
Tahun keduanya bersama dengan Tim LeMans kurang begitu sukses, di mana dia hanya berhasil mencetak satu poin dan finis di urutan ke-17 di dalam klasemen akhir kejuaraan pembalap.
Pada tanggal 4 Februari 2016, Kobayashi terdaftar sebagai pembalap utama tim Toyota Gazoo Racing di kelas LMP1 pada Kejuaraan Ketahanan Dunia FIA. Dengan mengendarai mobil Toyota TS050 Hybrid nomor 6 bersama dengan Mike Conway dan Stephane Sarrazin, ia berhasil meraih podium kedua pada balapan 24 jam yang berlangsung di Le Mans, Juni 2016.[48] Setelah itu, dia berhasil meraih kemenangan perdana Toyota sepanjang musim 2016 pada balapan 6 jam yang berlangsung di Fuji Speedway pada bulan Oktober 2016.
Kobayashi berhasil mencetak kemenangan balapan WEC pertamanya di Fuji 6 Jam 2016, di mana dia finis di depan Audi No.8 dan Porsche No.1.[49]
Pada musim 2017, dia berhasil mencapai rekor putaran saat ini di Circuit de la Sarthe, dengan waktu putaran 3:14.791.[50]
Kobayashi berhasil memenangkan Le Mans 24 Jam 2021 dari posisi terdepan setelah beberapa kali mencoba, bersama dengan Mike Conway dan Jose Maria Lopez. Kobayashi adalah pembalap mobil profesional asal Jepang yang keempat yang berhasil memenangkan 24 Hours of Le Mans, yang pertama adalah Masanori Sekiya, dan menjadi pembalap kedua yang memenangkan ajang ini bersama dengan produsen asal Jepang.
Pada bulan Desember 2021, Toyota mengumumkan bahwa Kobayashi akan menggantikan posisi Hisatake Murata sebagai kepala tim program WEC pabrikan, dan menggabungkan posisi manajemen dengan perannya sebagai pembalap tim.[51]
Namanya diambil dari Kamuy, makhluk suci dalam mitologi Ainu, dan huruf dari namanya meniru suara yang mengutip tiga Kanji dari kalimat "Memungkinkan mimpi yang besar".[53]
Pada bulan April 2013, ia dianugerahi Penghargaan Prestasi Luar Biasa dalam Olahraga di The Asian Awards di kota London.[54]
Statistik
Musim ke musim
2003: Formula Toyota (posisi kedua, 120 poin)
2004: Formula Renault 2000 Italia – Prema Powerteam (posisi ketujuh, 134 poin)
2005: Formula Renault Italia – Prema Powerteam (juara umum, 312 poin)
2006: Formula 3 Euroseries – ASM Formule 3 (posisi kedelapan, 34 poin)
2007: Formula 3 Euroseries – ASM Formule 3 (posisi keempat, 59 poin)
2008: GP2 Series – DAMS (posisi ke-16, 10 poin)
2008–2009: GP2 Asia – DAMS (juara umum, 56 poin)
2009: GP2 Series – DAMS (posisi ke-16, 13 poin)
2009: Formula 1 – Toyota (posisi ke-18, 3 poin)
2010: Formula 1 – BMW Sauber (posisi ke-12, 32 poin)
2011: Formula 1 – Sauber (posisi ke-12, 30 poin)
2012: Formula 1 – Sauber (posisi ke-12, 60 poin)
2013: FIA WEC kelas GTE Pro – AF Corse (posisi ke-7, 98 poin)
^Noble, Jonathan; Beer, Matt (7 October 2012). "Kamui Kobayashi celebrates 'amazing' podium". Autosport. Haymarket Publications. Diakses tanggal 7 October 2012. Kobayashi's result equalled the best ever finish for Japanese drivers in Formula 1 – achieved by Aguri Suzuki at Suzuka in 1990 and Takuma Sato at Indianapolis in 2004.