Koridor 1 Transjakarta adalah koridor Transjakarta yang beroperasi dengan jurusan halte Blok M hingga halte Kota. Pada peta perjalanan, koridor ini diberi warna merah.
Rute yang dilewati koridor 1 adalah rute dari Terminal Blok M ke Stasiun Jakarta Kota yang melewati Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan M.H. Thamrin sebagai jalan utama di kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan Indonesia, yakni Segitiga Emas Jakarta. Pemilihan rute Blok M–Kota untuk koridor 1 adalah sebagai bentuk untuk mengakali kemacetan lalu lintas ketika Jakarta belum bisa membangun sistem kereta bawah tanah (subway), yang sebenarnya sudah direncanakan oleh B. J. Habibie pada tahun 1985, dan sempat ingin dirintis lagi oleh Sutiyoso pada 1998.[7]
Pembangunan koridor
Pembangunan koridor 1 dimulai pada sekitar pertengahan tahun 2003, ditandai dengan mulai dipasangnya rambu "KHUSUS BUSWAY" pada jembatan penyeberangan orang dan marka jalan berwarna merah sebagai penanda jalur khusus bus Transjakarta.[8] Pembangunan halte dan jalur bus baru mulai dilakukan pada sekitar akhir tahun 2003, menjelang tahun 2004, bersamaan dengan sosialisasi sistem Transjakarta.[9] Pembangunan halte dan jalur bus untuk koridor 1 banyak dikeluhkan oleh masyarakat, karena pembangunannya mengganggu arus lalu lintas yang padat di Jalan Sudirman dan Thamrin pada saat jam sibuk.[10]
Awal pengoperasian
Pada tanggal 15 Januari 2004, ketika Jakarta sempat diguyur hujan, koridor 1 Transjakarta diresmikan oleh Gubernur Sutiyoso.[11] Dalam pidatonya di Balai Kota:
Dengan tersedianya Transjakarta Busway sebagai angkutan umum yang cepat, aman dan nyaman, tepat waktu, dan juga terjangkau harganya, diharapkan ini merupakan salah satu alternatif pilihan bagi semua pihak, yang menggunakan mobil pribadi khususnya.
Peresmian koridor 1 mendapat banyak antusias dari masyarakat Jakarta, yang dibuktikan dengan penuhnya halte Kota dan Gelora Bung Karno (sekarang Senayan Bank DKI) dan bus oleh penumpang Transjakarta.[11] Walaupun mendapat antusiasme yang tinggi, namun pengoperasian koridor 1 sempat dikritik oleh pengamat transportasi Darmaningtyas pada 6 hari sebelumnya.
Bahwa tidak ada konsep yang integral soal Busway di Jakarta. Jadi konsep Busway-nya itu dilontarkan, tetapi tidak disertai dengan konsep yang integral, termasuk penyediaan feeder service-nya, termasuk (penyediaan fasilitas) pejalan kaki, dan termasuk jalur khusus kendaraan tidak bermotor (misalnya sepeda).
Pada tahun 2009, halte Monumen Nasional yang memiliki bentuk bangunan yang kecil diperbesar agar dapat menampung penumpang koridor 1 dan 2.
Pada tanggal 23 Januari 2012, 102 bus gandeng yang memiliki daya angkut penumpang yang lebih tinggi mulai dioperasikan untuk mengakomodasi kepadatan penumpang.[1][2]
Akibat pembangunan MRT Jakarta fase 1, pada tahun 2014, sejumlah halte di koridor 1 harus direlokasi atau ditutup. Salah satu halte yang direlokasi adalah Masjid Agung, Bundaran Senayan, Polda, dan Karet, yang digeser ke lokasi yang tidak jauh dari lokasi aslinya.[12] Sementara halte yang ditutup adalah halte Setiabudi dan Bundaran HI[13] (dibangun kembali setelah pembangunan MRT selesai pada tanggal 24 Maret 2019).
Pada tanggal 1 Juni 2014, koridor 1 mulai beroperasi 24 jam bersama dengan koridor 3 dan 9.[3][4] Pada awalnya, bus malam (AMARI) hanya berhenti di halte tertentu saja, namun kini semua halte dilayani oleh bus AMARI.
Pada tanggal 24 Maret 2019, seiring dengan diresmikannya MRT Jakarta, halte Bundaran HI yang dibangun kembali menjadi halte pertama yang terhubung langsung dengan Stasiun MRT, walaupun akses penghubungnya dianggap tidak ramah bagi penyandang disabilitas.[17][18]
Sebagai dampak dari pembangunan MRT Jakarta fase 2A, pengoperasian halte Bank Indonesia, Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga Besar dipindahkan sementara ke bangunan temporer. Pengoperasian bangunan temporer halte Bank Indonesia dimulai sejak tanggal 19 Desember 2020,[19][20] Mangga Besar sejak tanggal 25 Februari 2023,[21][22][23] Sawah Besar sejak tanggal 28 Februari 2023,[21] dan Harmoni sejak tanggal 4 Maret 2023.[21][24][25][26]
Pada tanggal 15 April 2022, empat halte di koridor 1, yakni Gelora Bung Karno (sekarang Senayan Bank DKI), Tosari, Bundaran HI, dan Sarinah (kini bernama M.H. Thamrin), ditutup sementara untuk revitalisasi bersama dengan enam halte Transjakarta lainnya di koridor 2, 5, 9, dan 11. Untuk mengakomodasi penumpang yang terdampak, Transjakarta sempat mengoperasikan rute shuttle bus 1ST (Monumen Nasional–Semanggi) sejak tanggal 15 April hingga 11 September 2022. Revitalisasi halte-halte tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan, integrasi dengan moda transportasi lainnya (seperti MRT dan KRL Commuter Line), dan untuk menciptakan ikon baru bagi kota Jakarta.[27][28] Halte yang direvitalisasi yang pertama kali selesai di koridor 1 adalah halte Gelora Bung Karno (sekarang Senayan Bank DKI), yang mulai dibuka kembali pada tanggal 17 Agustus 2022,[29] diikuti oleh halte Bundaran HI pada tanggal 6 Oktober 2022,[30][31] Tosari pada tanggal 26 Desember 2022,[32][33][34] serta Dukuh Atas 1 dan M.H. Thamrin pada tanggal 4 Maret 2023.[35]
Pada tanggal 22 Juli 2022, koridor 1 mulai melayani halte Kali Besar Barat dan Museum Fatahillah dari koridor 12 karena adanya peralihan permanen rute koridor 1 yang harus mengelilingi petak Taman Museum Fatahillah, yakni melewati Jalan Pintu Besar Utara, Kali Besar Barat, Kunir, dan Lada Dalam. Peralihan permanen rute ini disebabkan oleh relokasi halte Kota dari sisi barat Stasiun Jakarta Kota ke sisi utara stasiun.[36]
Pada tanggal 31 Mei 2023, halte Bundaran Senayan dan Karet Sudirman ditutup sementara untuk revitalisasi, mengikuti lima halte koridor 1 yang sudah direvitalisasi sebelumnya pada tahun 2022.[37]
Daftar Halte
Semua halte dilayani bus selama 24 jam sehari.[38]
Halte bertanda ← hanya melayani arah Blok M. Halte bertanda → hanya melayani arah Kota.