PT Wijaya Karya Bitumen atau biasa disingkat menjadi WIKA Bitumen, adalah anak usaha dari Wijaya Karya yang bergerak di bidang pengolahan aspal. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta dan Bau-bau.[2]
Sejarah
Sejarah asbuton telah dimulai sejak zaman pendudukan Belanda, tepatnya sejak ditemukannya cadangan aspal alam di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, pada tahun 1924 oleh seorang geolog Belanda bernama W. H. Hetzel. Pada tanggal 21 Oktober 1924, konsesi penambangan aspal Buton selama 30 tahun pun diberikan kepada seorang pengusaha Belanda bernama A. Volker. Pada tahun 1926, pengusahaan pertambangan aspal Buton dilanjutkan oleh NV Mijnbouw en Cultuur Maschappij Buton (MMB). Penambangan aspal Buton dilakukan secara terbuka di Lawele dan Kabungka. Batuan aspal Buton lalu dikirim ke pelabuhan di Banabungi dan Lawele untuk kemudian dikirim ke dalam dan luar Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 21 Oktober 1954, pengusahaan pertambangan aspal Buton dilanjutkan oleh Jawatan Jalan dan Jembatan dari Kementerian Pekerjaan Umum. Pada tanggal 12 Mei 1961, pemerintah resmi memisahkan Bagian Butas dari Direktorat Jalan dan Jembatan untuk membentuk Perusahaan Aspal Negara (PAN).[3] Pada tanggal 30 Januari 1984, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1984, status PAN resmi diubah menjadi persero, dengan nama PT Sarana Karya (Persero) mulai tanggal 1 September 1984.
Pada tanggal 24 Desember 2013, pemerintah Indonesia resmi menjual seluruh saham perusahaan ini ke Wijaya Karya.[4] Penjualan tersebut akhirnya selesai pada tanggal 30 Desember 2013, dan perusahaan inipun resmi menjadi anak usaha dari Wijaya Karya. Melalui akuisisi tersebut, perusahaan ini rencananya dikembangkan untuk dapat mengolah Asbuton menjadi produk bitumen bernilai tambah tinggi, yang dapat digunakan sebagai bahan untuk infrastruktur jalan serta bahan penunjang industri lainnya. Pada tahun 2014, nama perusahaan ini diubah menjadi seperti sekarang.
Pada tahun 2017, perusahaan ini mendirikan PT Wijaya Karya Aspal untuk mengelola aktivitas pertambangan di Kabungka. Perusahaan ini pun berencana akan mulai mengekspor asbuton murni (yang setara dengan aspal minyak) pada tahun 2024 dengan mengembangkan pabrik ekstraksi. Pada tahun 2019, untuk pertama kalinya, perusahaan ini berhasil memproduksi aspal ekstraksi di pabrik ekstraksi mininya yang berkapasitas 2.000 ton per tahun, serta melakukan uji gelar di jalan poros Maros, Sulawesi Selatan.[2][5] Pada bulan Oktober 2020, melalui Wijaya Karya Aspal, perusahaan ini memasok 50.000 metrik ton Buton Rock Asphalt (BRA) ke Qingdao Bright Century Pte. Ltd. asal Tiongkok.[6]