Dari silsilah ayahnya, Sandiaga merupakan cucu dari Abdul Uno dan Intan Ruaida Monoarfa.
Dalam catatan sejarah, Marga Uno yang disandang Abdul Uno berasal dari kata Unonongo yang merupakan nama raja yang bernama Raja Unonongo. Raja Unonongo merupakan salah satu keturunan Sultan Botutihe. Keduanya, Raja Unonongo dan Sultan Botutihe merupakan raja atau sultan yang pernah bertahta di Kesultanan Gorontalo.[10]
Abdul Uno merupakan salah satu perintis pers atau jurnalisme di Gorontalo.[11] Abdul Uno bersama para pemuda Gorontalo lainnya kemudian mendirikan "Gorontalo Instituut" dan menerbitkan Majalah Po' Noewa. Majalah ini terbit pertama kali pada tahun 1932 dan telah menggunakan nama "Indonesia" untuk menyebut negara kesatuan yang dicita-citakan saat itu.
Abdul Uno juga merupakan Kepala Kehutanan di Gorontalo dan menjadi konservasionis pertama yang meneliti tentang Burung Maleo di bentang alam Bumbulan (Pagoeat) hingga Marisa, kini menjadi wilayah administratif Kabupaten Pohuwato, Gorontalo).[12] Pada tahun 1949, tulisan Abdul Uno menggambarkan kondisi tempat peneluran dan habitat Maleo di Cagar Alam Panua.
Intan Ruaida Monoarfa adalah nenek dari Sandiaga Uno. Ia merupakan anak dari Rais Monoarfa yang merupakan bangsawan dan keturunan dari raja-raja di Kesultanan Gorontalo yang bermarga Monoarfa.[13]
Sandiaga merupakan cucu dari Raden Abdoellah Rachman dan Raden Siti Koersilah yang berdarah Jawa. Kakek dan neneknya berprofesi sebagai guru yang mahir berbahasa Inggris, Belanda, dan Jepang.[15]
Keluarga besar Sandiaga dari silsilah kakek dan neneknya berasal dari Jawa Tengah.[16] Raden Abdoellah Rachman ditelusuri merupakan keturunan dari Kyai Ngabei Kertoboso Bustam atau Kyai Bustaman.[17] Sandiaga juga merupakan keponakan dari tokoh pendidikan nasional, Arief Rachman.
Kehidupan awal
Masa kecil Sandiaga banyak dihabiskan di tanah kelahirannya, Rumbai, Pekanbaru.
Setelah ayahnya tidak lagi bekerja di Caltex, kedua orang tua Sandiaga memutuskan untuk pindah ke Jakarta sekitar tahun 1970-an.[18] Sandiaga kemudian bersekolah di SDS Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta Bulungan, SMP Negeri 12 Jakarta, dan SMAS Pangudi Luhur.
Sejak kecil, ia sudah dikenal sebagai sosok yang cerdas. Kecerdasan yang dimiliki Sandi tidak terlepas dari dorongan yang diberikan oleh ibu kandungnya.[19]
Pernikahan
Sandiaga Uno menikah dengan Nur Asia pada 28 Juli 1996 di Singapura.[20] Keduanya berjumpa saat Sandi masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sedangkan Nur Asia tengah menempuh pendidikan di SMP Al Azhar.
Pernikahan mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Anneesha Atheera Uno, Amyra Athefaa, dan Sulaiman Saladdin Uno.
Karier
Sandiaga Uno memulai usahanya setelah sempat menjadi seorang pengangguran ketika perusahaan yang mempekerjakannya bangkrut.[21] Ia banting setir untuk bangkit dari nol, menjalani awal kariernya menjadi seorang pengusaha.[22]
Bersama rekannya, ia mendirikan sebuah perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor.[21][23] Usaha tersebut terbukti sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain.[21] Pada tahun 2009, ia tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes.[24]
Sandiaga Uno lulus dari Wichita State University, Amerika Serikat, dengan predikat summa cum laude.[26] Ia mengawali karier sebagai karyawan Bank Summa pada 1990.[26] Di Bank Summa, ia bertemu dan berguru dengan konglomerat William Soeryadjaya pemilik Bank Summa.[18] Setahun kemudian ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Universitas George Washington, Amerika Serikat. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00.[21]
Pada tahun 1993 Sandiaga Uno bergabung dengan Seapower Asia Investment Limited di Singapura sebagai manajer investasi. Ia kemudian pindah ke MP Holding Limited Group pada tahun 1994.[26] Pada 1995 ia pindah ke NTI Resources Ltd di Kanada dan menjabat Executive Vice President NTI Resources Ltd. dengan penghasilan 8.000 dollar AS per bulan.[27] Namun, krisis moneter sejak akhir 1997 menyebabkan perusahaan tempatnya bekerja bangkrut.[21] Sandi pun tidak bisa lagi meneruskan pekerjaannya. Ia pulang ke Indonesia dengan predikat pengangguran.[21] Sandi mengisi hari-harinya untuk melamar pekerjaan. Namun, tak ada perusahaan yang mau meliriknya. Lamaran kerjanya selalu saja ditolak. Akhirnya, Sandi mencoba peruntungan baru, memulai membuka usaha konsultan keuangan.[28]
Pada tahun 1997 Sandiaga Uno mendirikan perusahaan penasihat keuangan, PT Recapital Advisors bersama teman SMA-nya, Rosan Perkasa Roeslani.[21] Salah satu mentor bisnisnya adalah William Soeryadjaya.[29] Setelah berjalan selama satu setengah tahun Sandi kemudian bertemu dengan Edwin Soeryadjaya, putra William Soeryadjaya, pendiri PT Astra Internasional. Waktu itu Edwin juga mengalami kesulitan keuangan dan Sandi ditawarkan untuk membangun usaha berbasis investasi. Maka, ia dan Edwin Soeryadjaya, putra William, mendirikan perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya.[21] Bidang usahanya meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan.[21]
Berbekal jejaring (network) yang baik dengan perusahaan serta lembaga keuangan dalam dan luar negeri, Sandiaga Uno sukses menjalankan bisnis tersebut.[21] Mekanisme kinerja perusahaan tersebut adalah menghimpun modal investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Kinerja perusahaan yang krisis itu kemudian dibenahi dan dikembangkan.[21] Setelah kembali sehat, aset perusahaan tersebut dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi.[30] Hingga 2009, ada 12 perusahaan yang sudah diambil alih oleh PT Saratoga.[21] Beberapa perusahaan telah dijual kembali, antara lain PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtronics.[21]
Pada 2005–2008, Sandiaga Uno menjadi Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).[27] Selama masa kepemimpinannya, jumlah pengusaha yang tergabung di HIPMI meningkat dari 25.000 orang menjadi 35.000 orang.[30] Ia juga menjadi Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sejak 2004.[27]
Sandi dinobatkan menjadi 122 orang terkaya di Indonesia versi majalah Asia Globe dengan total aset perusahaan mencapai 80 juta dolar AS, pada 2007.[30] Sementara, pada 2008 ia dinobatkan menjadi orang terkaya ke-63 di Indonesia dengan total aset 245 juta dolar AS.[24] Pada 2009 Sandi masuk sebagai pendatang baru dalam daftar 40 orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes.[24] Majalah tersebut menuliskan Sandi memiliki kekayaan US$ 400 juta dan berada di peringkat 29.[24] Pada tahun 2018 peringkatnya turun di peringkat 85 dengan taksiran kekayaan US$ 300 juta.[31]
Sandiaga Uno juga pernah menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan.[27]
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, 10 Juni 2015, ia resmi mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Ia melepaskan berbagai jabatan di beberapa perusahaan tersebut karena ingin fokus pada tugas barunya sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang dipimpin oleh Prabowo Subianto.[34] Posisinya di Saratoga digantikan oleh Michael Soeryadjaya, anak dari Edwin Soeryadjaya dan cucu dari pendiri Astra International William Soeryadjaya.[35]
Pada tahun 2016, namanya masuk dalam daftar Panama Papers sebagai direktur dan pemegang saham dari Goldwater Company Limited, Attica Finance Ltd, Pinfefields Holdings Limited, Velodrome Worldwide, Sun Global Energy Inc, Finewest Capital Ventures Ltd, Alberta Capital Partners Ltd, Mac-Pacific Capital Inc, Netpoint Investments Ltd, dan Fleur Enterprises Ltd.[36] Pada tahun tersebut ia pun mengikuti program Tax Amnesty.[37]
Riwayat Politik
Karier Sandi Uno di dunia politik terbilang cemerlang. Ia juga dipercaya untuk memegang jabatan Ketua Tim Pemenangan Pemilu Partai Gerindra.[38] Darah politik Sandi mengalir melalui kakeknya, Abdul Uno, yang pernah mendirikan partai politik di Gorontalo bernama Gerakan Kebangsaan Indonesia (Gerkindo).[39] Pada awal kemerdekaan Gorontalo merupakan ibukota wilayah Sulawesi Utara yang pengaruhnya meliputi Teluk Tomini dan sekitarnya.
Sandiaga Uno mengaku selama berkarier di dunia politik dirinya telah menghabiskan dana sekira Rp.1 triliun. Dalam ajang Pilkada DKI 2017, ketika berpasangan dengan Anies Baswedan, Sandiaga Uno menghabiskan dana kurang lebih sebanyak Rp.300 miliar. Sementara saat menjadi pasangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019 lalu, Rp.600 miliar telah dikeluarkannya.[40]
Di Pilkada DKI Jakarta 2017, setelah melalui proses pembahasan yang cukup lama, koalisi Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera menetapkan Sandi menjadi calon Wakil Gubernur DKI Jakarta.[42] Sebelumnya, Sandiaga Uno diusung sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.[43] Namun setelah melalui dinamika cukup panjang, Sandi Uno memutuskan untuk menjadi wakil dan rela memberikan posisinya sebagai calon gubernur DKI Jakarta kepada Anies Baswedan.[44]
Jauh sebelum tahapan Pilkada DKI Jakarta 2017 dimulai, Sandi sudah mulai melakukan sosialisasi ke masyarakat pada pertengahan 2015.[45] Pada bulan Agustus 2016 dibentuk Koalisi Kekeluargaan dari tujuh partai politik yang sepakat akan memilih pemimpin yang lebih baik dari petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).[46]
Adapun pasangan cagub dan cawagub ketiga adalah Anies Baswedan dan Sandi Uno. Pasangan ini diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.[47] Sandi Uno bersama Anies Baswedan akhirnya memenangkan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan perolehan suara 57,96 persen, sementara Ahok-Djarot kalah dengan perolehan suara 42,04 persen. Selisih perolehan suara mereka terpaut jauh, yakni 15,92 persen.[45] Alhasil, mereka berhasil menduduki kursi kepala daerah sebagai gubernur dan wakil gubernur yang dilantik pada Oktober 2017. Program yang terkenal pada saat itu adalah OK Oce.[48][49]
Calon Wakil Presiden - Pilpres 2019
Di Pilpres 2019 Sandi maju sebagai Calon Wakil Presiden nomor urut 2 berpasangan dengan Prabowo Subianto. Pada malam terakhir jelang pendaftaran capres, parpol koalisi pendukung Prabowo sepakat menunjuk dirinya maju sebagai cawapres. Sandi memilih mundur dari jabatan sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.[50]
Setelah itu, Badan Pemenangan Nasional mengajukan gugatan hasil rekapitulasi suara kepada Mahkamah Konstitusi.[52] Namun, hasil sengketa yang diterima tidak membuahkan hasil. Mahkamah Konstitusi menolak gugatan yang diajukan oleh pihak pasangan calon Prabowo dan Sandiaga, sehingga kemenangan berpihak kepada pasangan calon Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, sesuai dengan keputusan yang diberikan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum.[53]
Pasca pencalonannya sebagai wakil presiden pada 2019, Sandiaga meneruskan kariernya sebagai pengusaha dan aktif berkontribusi dalam program Rumah Siap Kerja.[54] Selain itu, ia yang sebelumnya tidak berpartai pada 10 Agustus 2018[55] dan bergabung kembali ke pangkuan Partai Gerindra pada tanggal 15 Oktober 2019.[56]
Sandiaga Uno meyakini bahwa keberanian dan optimisme dalam memandang masa depan menjadi kunci pembuka jalan untuk meraih kesuksesan.[58] Selain itu, bangunan jejaring juga harus menjadi perhatian.[21] Meskipun demikian, jejaring relasi hanya menyumbang 30 persen dari kesuksesan.[21] Unsur kesuksesan, menurutnya, selebihnya bersumber dari kerja keras dan menjaga kepercayaan.[21] Sandi Uno menganggap bahwa hidup harus memiliki target.[21] Tanpa target, pencapaian yang ingin diraih akan sulit terwujud.[21]
Menurut Sandiaga Uno, kegagalan dan kesalahan merupakan keniscayaan dalam berusaha.[59] Tapi ia optimis bahwa kegigihan dalam upaya untuk terus berani mencoba adalah kunci menuju kesuksesan.[butuh rujukan] Apabila terus selalu mencoba untuk belajar dari kesalahan dan kegagalan (trial and error), maka hal itu akan mengantarkan seseorang pada puncak kesuksesan.[59]
Sandiaga Uno menyatakan bahwa salah satu strategi penting dalam meraih keberhasilan adalah mencari tahu dan mempelajari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang telah berhasil meraih kesuksesan.[59] Kuncinya adalah belajar dari pengalaman mereka sampai mampu meraih kesuksesan seperti mereka.[59]
Menurut Sandiaga Uno, untuk meraih kesuksesan tersebut sesorang harus memiliki kompetensi, kapasitas dan kapabilitas yang memadai.[59] Untuk mendapatkannya seseorang senantiasa harus memiliki karakter dan komitmen yang kuat, integritas yang tinggi, tekun, bekerja keras, dan disiplin.[59] Sandiaga Uno menegaskan bahwa perlu adanya inovasi tiada henti dengan selalu tanggap terhadap perubahan dan terus menerus berusaha menuju perubahan yang lebih baik lagi.[59] Menurutnya, akan lebih bagus lagi apabila seseorang berusaha untuk bisa menjadi seorang role model yang bisa memberikan contoh yang baik dan inspirasi bagi orang lain di sekitarnya.[59]
Kewirausahaan dan UMKM
Kewirausahaan, menurut Sandi Uno, adalah sebuah pola pikir.[60] Kewirausahaan seperti menjadi sebuah ide yang menyebar luas terutama di kalangan anak muda. Sandi Uno melihat bahwa anak muda memiliki sikap dinamis dan penuh gairah atau semangat. Dinamisme dan semangat itu pada gilirannya akan membuat masa depan dunia wirausaha di kalangan pemuda menjadi lebih cerah. Menurutnya, kombinasi antara kerja keras (working hard), kerja cerdas (working smart) dan bermain sungguh-sungguh (playing hard) semakin bergeser dari tren musiman menjadi gaya hidup.[61] Bagi Sandi, kalau keadaan ini terus berlangsung bahkan terus ditingkatkan, dapat dipastikan bahwa prospek bisnis dan perekonomian Indonesia juga makin cerah.[62]
Namun, menurut Sandi Uno, masih ada kesalahpahaman mengenai konsep kewirausahaan itu sendiri.[63]Pertama, kebanyakan pemuda masih menganggap bahwa kewirausahaan adalah sesuatu yang mudah.[63] Menurutnya, kewirausahaan bukan selalu berarti harus meninggalkan sebuah pekerjaan dan membuka kerja sendiri.[63] Meskipun menjadi seorang pekerja (karyawan), seseorang masih bisa memiliki jiwa wirausaha.[63] Bagi Sandi Uno, wirausaha adalah sebuah pola pikir yang terus menghasilkan kreativitas dan inovasi.[63] Kewirausahaan memang memiliki visi yang baik, tetapi tidak tergantung pada tempat kerja.[63] Jadi seorang wirausahawan tidak terbatas hanya pada lokasi atau status dan posisi di tempat kerjanya.[63]
Kedua, beberapa contoh wirausahawan memang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai.[63] Seharusnya, menurut Sandi Uno, sudut pandang diarahkan kepada kesuksesan mereka dalam mengembangkan usahanya dan bukan pada latar belakang pendidikan para orang sukses tersebut.[63] Kewirausahaan mengharuskan adanya kebijaksanaan, bukan intuisi yang buta.[63] Menurutnya, kewirausahaan bukan bertujuan untuk menjadikan orang kaya, tetapi menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik.[63]Terakhir, kewirausahaan adalah bukan untuk diri sendiri.[63] Kewirausahaan adalah tentang kerjasama dengan orang lain.[63] Kewirausahaan juga berbicara tentang bagaimana memberikan manfaat bagi orang lain.[63]
Bagi Sandi Uno, kewirausahaan bertentangan dengan konsep keberuntungan.[63] Sandi Uno menyatakan bahwa orang yang bergantung pada keberuntungan akan selalu menanti keberuntungan itu datang.[63] Sementara, menanti hanya akan membuat seseorang menjadi miskin.[63]
Menurutnya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai pelaku mayoritas ekonomiIndonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi negara.[64] UMKM seharusnya diperhatikan secara lebih serius.[64] Bagi Sandi Uno, kendala pada UMKM akan sangat mengganggu perekonomian bangsa ini.[64]
Dalam hal pengelolaannya, menurut Sandi Uno, ada tiga masalah besar yang dihadapi pelaku UMKM saat ini, yaitu kualitas sumber daya manusia (SDM), akses pasar, dan pendanaan.[64] UMKM dibiarkan tumbuh sendiri oleh pemerintah tanpa kebijakan yang berpihak.[64] Namun, sektor tersebut terbukti mampu bertahan pada saat krisis dan menopang perekonomian negara selama lebih sepuluh tahun terakhir ini.[64] Sandi Uno menyatakan bahwa sektor UMKM seharusnya ditegaskan kembali sebagai pilar penciptaan lapangan kerja.[64] Selama ini, menurut Sandi Uno, jiwa kewirausahaan telah membuktikan bahwa UMKM mampu bertahan dan mampu memekerjakan karyawan rata-rata 5-10 orang per unit usaha.[21]
Kegiatan lain
Pada Musyawarah Nasional (Munas) Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) yang berlangsung di Hotel Seruni, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 5-7 April 2013, ia terpilih sebagai Ketua Umum PRSI, menggantikan ketua umum yang lama, Hilmi Panigoro. Sebelumnya, saat kepengurusan Hilmi Panigoro, Sandiaga Uno menjabat sebagai Wakil Ketua PRSI.[65] Sandiaga Uno juga bergabung dengan Partai Gerindra.[66]
Selain itu, Sandiaga juga pernah tampil dalam beberapa acara televisi, diantaranya: