Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia tahun 2024 adalah sebuah kunjungan kenegaraan dan pastoral yang dibuat oleh Paus Fransiskus, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia dan kepala negara Vatikan. Kunjungan ini dilaksanakan pada tanggal 3 sampai 6 September 2024 dan mengunjungi Jakarta. Sebelumnya, beberapa sumber menyatakan bahwa Paus Fransiskus juga akan turut mengunjungi Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat.[1]
Paus Fransiskus bertolak dari Bandar Udara Internasional Leonardo da Vinci, Fiumicino di Roma, Italia pada hari Senin, 2 September 2024 sekitar pukul 17.32 CEST (UTC+02:00).[9][10] Perjalanan tersebut menempuh jarak lebih dari 10.800 kilometer dengan waktu tempuh hampir 13 jam.[11] Ia menggunakan pesawat komersil yang dijalankan oleh ITA Airways dengan kode penerbangan AZ4000.[12] Penerbangan tersebut disebut juga sebagai "Shepherd One".[13] Pesawat yang digunakan adalah pesawat Airbus A330-941 dengan kode register EI-HJS.[14] Dalam penerbangan ini, Paus menyapa sekitar 85 wartawan di dalam pesawat dan mengucapkan terima kasih secara pribadi. Beberapa wartawan memberinya bingkisan yang bermakna, termasuk replika prasasti bersejarah dari Xi'an, obor yang digunakan oleh para pengungsi, dan kaus sepak bola merah untuk mengenang seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, yang melambangkan komitmennya terhadap kasih sayang, solidaritas, dan perlindungan bagi para migran dan pengungsi.[15][16]
Paus kemudian menerima rangkaian bunga 'Bhinneka Tunggal Ika' yang dibuat dari sayur, buah, dan tanaman rempah yang berasal dari Indonesia, yang melambangkan Indonesia sebagai negara agraris.[19] Ia kemudian duduk di depan menggunakan mobil Toyota Kijang Innova Zenix.[20] Paus kemudian menuju ke Nunciatura (Kedutaan Besar Takhta Suci Vatikan) yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, yang menjadi lokasi ia menginap selama berkunjung di Jakarta.[21] Sepanjang perjalanan melintasi Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan M.H. Thamrin, ia membuka kaca mobilnya dan menyapa umat yang berdiri di pinggir jalan.[22]
Keesokan harinya yakni pada 4 September 2024, Paus Fransiskus berkunjung ke Istana Merdeka, di mana ia mengikuti upacara kenegaraan bersama Presiden Joko Widodo. Ia disambut oleh Pasukan Nusantara dan sejumlah anak-anak yang mengenakan baju adat daerah di Indonesia.[23] Lagu kebangsaan Vatikan, Inno e Marcia Pontificale dan lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya berkumandang, yang diiringi dengan dentuman meriam salvo sebanyak 21 kali.[24] Paus Fransiskus mengisi buku tamu, di mana ia menulis "Immersed in the beauty of this land, a place of encounter and dialogue between different cultures and religions, I wish the Indonesian people growth in faith, fraternity, and compassion. God bless Indonesia!". Hal tersebut dapat diartikan "Terbenam dalam keindahan negeri ini, tempat perjumpaan dan dialog berbagai budaya dan agama, saya berharap masyarakat Indonesia tumbuh dalam iman, persaudaraan, dan bela rasa. Tuhan memberkati Indonesia!"[25]
Paus Fransiskus dan Presiden Joko Widodo kemudian mengadakan pertemuan singkat di veranda (teras belakang) Istana Merdeka.[27] Paus kemudian melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat pemerintahan, masyarakat sipil, dan korps diplomatik di Istana Negara.[28][29] Dalam pertemuan itu, Paus Fransiskus menyinggung mengenai Bhinneka Tunggal Ika sebagai refleksi keberagaman Indonesia dan juga Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan merujuk akan kehadiran Tuhan yang disebutkan dalam naskah tersebut.[30][31][32]
Pada sore hari, Paus Fransiskus menuju Gereja Katedral Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga untuk melakukan pertemuan (audiensi) dengan para uskup, imam, diakon, kaum hidup bakti, seminaris, dan katekis Indonesia, yang berjumlah sekitar 1.200 orang.[35] Kehadiran Paus disambut dengan permainan angklung.[36] Ia kemudian memasuki Gereja Katedral dengan terlebih dahulu mencium salib dan merecikkan air suci yang diberikan oleh Pastor Kepala Katedral, R.P. Albertus Hani Rudi Hartoko, S.J. Dalam pertemuan itu, Paus memberikan katekese mengenai tiga kata yang menjadi tema kunjungannya ke Indonesia, yakni iman, persaudaraan, dan belarasa.[37][38] Sebelum memberikan katekesenya, beberapa testimoni disampaikan, antara lain oleh R.D. Florens Maxi Un Bria (Ketua UNIO Indonesia/perkumpulan para imam diosesan di Indonesia), Sr. Rina Rosalina, M.C. (biarawati), Nikolas Wijaya (katekis/guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Regina Pacis Bogor), dan Agnes Natalia (katekis/guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Santa Ursula Jakarta).[39][40]
Pada 5 September 2024 siang hari, Paus Fransiskus bertemu dengan para penerima manfaat organisasi amal dan juga sejumlah kaum disabilitas.[49] Pertemuan dilaksanakan di Aula Henry Soetio pada Gedung Konferensi Waligereja Indonesia.[50] Laetitia Disability Choir, sebuah kelompok paduan suara yang beranggotakan para penyandang disabilitas di bawah naungan Keuskupan Agung Jakarta, menyanyikan sejumlah lagu dalam pertemuan ini.[51] Pertemuan ini juga merupakan bagian dari peringatan 100 tahun berdirinya Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang dilaksanakan tanpa selebrasi dan mendapat apresiasi dari Paus Fransiskus.[52][53]
Perayaan Ekaristi berlangsung pada tanggal 5 September 2024 sore hari yang bertempat di Gelora Bung Karno.[67] Misa ini dihadiri lebih dari 80.000 umat Katolik dari berbagai wilayah di Indonesia.[68]
Persiapan sebelum misa
Umat telah mulai melakukan pendaftaran melalui keuskupan dan paroki masing-masing mulai bulan Juli 2024.[69] Umat kemudian mendapatkan gelang dengan kode QR yang akan dipindai pada saat memasuki kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno dan Stadion Madya. Umat yang hadir dari berbagai daerah datang menggunakan bus yang dipersiapkan oleh paroki maupun kelompok masing-masing. Terdapat sembilan titik kantong parkir yang dipersiapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.[70]
Para biarawan dan biarawati Kongregasi Carmelitae Sancti Eliae yang tinggal di Cikanyere mempersiapkan kehadiran Paus melalui doa 24 jam tanpa henti selama 3–6 September 2024.[71] Pada 29 Juni 2024, yang merupakan Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, Konferensi Waligereja Indonesia meluncurkan sebuah doa dalam rangka kunjungan apostolik Bapa Suci. Doa tersebut dirilis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.[72][73]
Sebuah gelar wicara yang mengangkat topik kunjungan Paus Fransiskus, dibawakan oleh tiga orang uskup, yakni Kornelius Sipayung, O.F.M. Cap. (Uskup Agung Medan), Siprianus Hormat (Uskup Ruteng), dan Petrus Canisius Mandagi, M.S.C. (Uskup Agung Merauke).[80] Kegiatan devosional seperti Doa dengan nyanyian Taizé dan Doa Rosario juga dilaksanakan.[81] Doa Taizé diselingi dengan beberapa kutipan Paus Fransiskus yang disampaikan kepada publik dalam beberapa kesempatan, sementara Doa Rosario menggunakan Peristiwa Terang. Sebelum Doa Rosario, Lisa A. Riyanto menyanyikan lagu Bunda Penolong Abadi, dan setelah Rosario ia menyanyikan lagu Salam Maria. Pada saat kegiatan pra-misa, gerimis sempat turun di sekitar kompleks Gelora Bung Karno, walaupun kemudian gerimis tersebut reda.[82]
Presiden Indonesia Joko Widodo bertemu dengan Paus Fransiskus sesaat sebelum Paus Fransiskus menemui umat.[83] Joko Widodo didampingi sejumlah pejabat, termasuk Menteri Koordinator Luhut Binsar Panjaitan, Kapolri Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Agus Subiyanto.[84] Paus Fransiskus kemudian berkeliling untuk menemui umat yang mengikuti misa di Stadion Madya, sebelum kemudian menyapa umat yang berkumpul di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Saat berkeliling, Paus Fransiskus menggunakan mobil maung buatan Pindad, yang diberi nama Maung MV3 Popemobile.[85] Selama Paus berkeliling umat menyerukan Viva Il Papa dan Viva Papa Francesco, serta lagu Kristus Jaya dan lagu Ave-Ave (Di Lourdes Di Gua).[86] Sebelum misa, umat mempersiapkan diri melalui silentium yang membuat keheningan di lokasi misa.[87]
Pelaksanaan misa
Pada tanggal 5 September, Gereja merayakan Santa Teresa dari Kalkuta, sehingga Perayaan Ekaristi ini dirayakan dalam kerangka peringatan Santa Teresa dari Kalkuta.[88] Perayaan Ekaristi dimulai saat para petugas liturgi dan uskup berarak menuju altar dari sakristi. Paus Fransiskus menggunakan pluviale (korkap) dalam Perayaan Ekaristi ini.[89] Baik pluviale, kasula, dan busana liturgis yang digunakan oleh para klerus menunjukkan ornamen Salib Nusantara. Salib ini merepresentasikan Nusantara dengan memadukan berbagai motif daerah, termasuk Dayak (Kalimantan), Sumba (Nusa Tenggara Timur), Asmat (Papua), dan Batak (Sumatera Utara), dengan tambahan ornamen khas Bali dan Jawa.[90][91] Perarakan diiringi sejumlah lagu berbahasa Indonesia, seperti Dengan Gembira, Kau Dipanggil Tuhan, serta Bergemarlah dan Bersukaria. Perarakan dilakukan oleh sekitar 60 orang uskup yang hadir, juga sejumlah imam dan petugas liturgi.[92] Sesampainya di depan altar, Kardinal Suharyo mendupai altar dan patung Maria Bunda Segala Suku yang terletak di dekat altar. Paus Fransiskus membuka misa dengan tanda salib dan salam yang diucapkan dalam Bahasa Latin. Paus mengucapkan kata "Saya mengaku" dalam Bahasa Indonesia yang mengawali pernyataan tobat.[93] Lagu Tuhan Kasihanilah Kami (Kyrie) dan Kemuliaan (Gloria) dibawakan dalam Bahasa Indonesia, yang dilanjutkan dengan Doa Pembuka yang diucapkan oleh Paus dalam Bahasa Latin.
Bacaan Pertama diambil dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di KorintusBab 3. Bacaan tersebut dibawakan oleh seorang tunanetra, Bernadus Dustin, yang membaca menggunakan huruf braille.[94] Mazmur yang kemudian menyusul ialah Mazmur 24 yang dibawakan oleh Athanasia Paramita Ika Rosarie.[95] Bacaan Injil diambil dari Injil LukasBab 15 yang menceritakan saat Simon Petrus yang kembali melaut, setelah diperintah oleh Yesus untuk "bertolak ke tempat yang dalam", meskipun sebelumnya mereka tidak mendapatkan ikan saat mereka bekerja sepanjang malam.[96] Ketiga bacaan tersebut dibacakan dalam bahasa Indonesia. Homili disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam bahasa Italia.[97][98] Doa umat dibawakan oleh enam orang dalam enam bahasa daerah yang ada di Indonesia, yakni Jawa, Toraja, Manggarai, Batak Toba, Dayak Kanayatn, dan Marind.[99]
Liturgi Ekaristi diawali dengan persiapan persembahan, di mana bahan-bahan persembahan dibawa ke hadapan Paus Fransiskus.[100] Persiapan Persembahan diiringi sejumlah lagu-lagu, termasuk T'rimalah ya Bapa dan Di Pulau Samadi yang berasal dari Madah Bakti dan juga lagu Kami Unjukkan, Kami Sembahkan yang pernah dinyanyikan dalam Misa yang dipimpin oleh Paus Yohanes Paulus II di lokasi yang sama pada tahun 1989. Liturgi Ekaristi dipimpin oleh Kardinal Suharyo yang membawakan prefasi dan Doa Syukur Agung III dalam bahasa Latin, sementara Doa Bapa Kami dan aklamasi-aklamasi menjelang penerimaan komuni diucapkan dalam Bahasa Indonesia. Di altar, Kardinal Suharyo didampingi oleh Ketua KWI, Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C. (Uskup Bandung) dan Wakil Ketua I KWI, Adrianus Sunarko, O.F.M. (Uskup Pangkalpinang). Pada saat konsekrasi, Paus Fransiskus berdiri di kursinya sambil mengulurkan tangan kanannya.[101] Umat kemudian menerima komuni, diiringi sejumlah lagu termasuk Aku Rindu Akan Tuhan, Tuhan Bentengku, Sungguhlah Indah Rumah-Mu, dan Dikau Tuhan dan Kawanku. Sehari sebelumnya, dilaksanakan Misa Konseklir di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan di Stadion Madya untuk mengkonsekrasikan hosti yang diterimakan kepada umat dalam misa ini.[102]
Pada akhir misa, Kardinal Suharyo memberikan sambutan dan Paus Fransiskus kemudian memberikan wejangan singkat. Dalam wejangan singkat tersebut, Paus menekankan kata "fate chiasso" yang secara kontekstual dapat diartikan sebagai ajakan untuk memberitakan Injil dengan semangat dan keberanian.[103] Paus Fransiskus kemudian memberikan berkatnya pada akhir Misa dalam bahasa Latin. Ia kemudian berdoa di depan patung Maria Bunda Segala Suku, seraya umat menyanyikan Antifon Maria, Salve Regina.[104] Sebelumnya, umat juga telah dihimbau untuk menyanyikan Salve Regina pada akhir perayaan ekaristi menjelang kehadiran Paus.[105] Paduan suara yang
dipimpin oleh dirigen R.P. Constantius Eko Wahyu Djoko Santoso, O.S.C. dengan organis R.P. Harry Hermanus Ignatius Singkoh, M.S.C., membawakan sejumlah lagu penutup seperti Jadilah Saksi Kristus dan Nafas Iman yang mengiringi perarakan keluar.[106]
Kegiatan setelah misa
Penyanyi Lyodra Ginting kembali membawakan sebuah lagu, yakni The Prayer, yang berkolaborasi dengan Prihartono "Anton" Mirzaputra yang merupakan vokalis Jamaica Cafe.[107] Lyodra kembali berkoloborasi bersama sejumlah imam membawakan lagu Doa Kami yang dipopulerkan oleh JPCC Worship dan diciptakan oleh Sari Simorangkir.[108] Sejumlah biarawati tampil membawakan lagu I Will Follow Him.[109] Umat kemudian mulai meninggalkan Kompleks Gelora Bung Karno setelah Paus Fransiskus meninggalkan lokasi.[110]
Keberangkatan menuju Papua Nugini
Pada 6 September 2024 pagi hari, Paus Fransiskus bertolak menuju Papua Nugini untuk melanjutkan kunjungan apostoliknya. Ia berangkat dari Kedutaan Besar Takhta Suci Vatikan menuju Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Ia menggunakan penerbangan Garuda Indonesia untuk menempuh perjalanan ke Bandar Udara Internasional Port Moresby, yang terletak di ibu kota Papua Nugini, Port Moresby. Penerbangan tersebut menggunakan pesawat Airbus A330-900 neo dengan kode penerbangan GA 7780.[111] Setibanya di Bandara Soekarno–Hatta, Paus disambut oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Gandi Sulistiyanto, dan Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Michael Trias Kuncahyono, serta Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, juga Ketua Panitia Kunjungan, Ignasius Jonan. Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Soeharyo dan Uskup Bandung sekaligus Ketua KWI Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C., bersama dengan Nuncio Apostolik untuk Indonesia, Piero Pioppo juga tampak hadir mengantarkan Bapa Suci.[112] Paus Fransiskus menyempatkan diri menyapa dan memberkati sejumlah petugas di Bandara Soekarno–Hatta sebelum menaiki pesawat.[113] Penerbangan lepas landas pada sekitar pukul 10.30 WIB (UTC+07:00) dan tiba di Papua Nugini pada pukul 19.08 waktu setempat (UTC+10:00), setelah menempuh jarak lebih dari 4.500 kilometer.[114] Dalam penerbangan tersebut, Paus Fransiskus memilih menu nasi goreng untuk disajikan dalam penerbangan.[115]
Pengamanan
Demi menjaga ketertiban dan keamanan Paus Fransiskus selama mengadakan kunjungan di Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia menerjunkan 4.520 personel yang terdiri dari 1.077 personel Mabes Polri dan 3.443 personel Polda Metro Jaya.[116] Operasi pengamanan kunjungan ini dinamakan Operasi Tribrata Jaya 2024 dan berlangsung selama enam hari, dimulai tanggal 2 September dan berakhir pada 7 September 2024.
Penangkapan
Densus 88 Anti Teror Polri menangkap tujuh orang pelaku yang melakukan aksi teror terkait kunjungan Paus Fransiskus melalui media sosial. Dalam penangkapan itu, Densus 88 mengamankan sejumlah barang bukti dengan simbol yang berkaitan ISIS.[117] Juru Bicara Densus 88 Aswin Siregar menyatakan bahwa penangkapan berlangsung di beberapa daerah, antara lain Bangka Belitung, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.[118]The Straits Times menulis bahwa orang-orang ini bereaksi sebagai bentuk kemarahan mereka atas kunjungan Paus ke Masjid Istiqlal dan atas seruan Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika yang meminta agar penyiaran azanMagrib diganti dalam bentuk teks berjalan pada saat menyiarkan misa Paus.[119] Siregar, lebih lanjut, menyatakan bahwa penangkapan ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Penanganan atau Penanggulangan Terorisme, sebagai bentuk pencegahan dini.[120]Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Erdi Adrimurlan Chaniago mengajak masyarakat untuk makin bijak dalam menggunakan media sosial.[121]