Masjid ini memiliki gaya arsitektur formalisme baru dan internasional; dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Bangunan utama itu dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Minaret tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari 200.000 Jemaah.[13]
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, gagasan membangun masjid nasional Indonesia dilontarkan oleh Wahid Hasyim, menteri agama pertama Indonesia,[14] dan Anwar Cokroaminoto, yang kemudian diangkat sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Panitia pembangunan Masjid Istiqlal yang dipimpin oleh Cokroaminoto didirikan pada tahun 1953. Dia mengusulkan masjid nasional kepada Presiden Indonesia saat itu–Soekarno–yang menyambut baik gagasan tersebut dan kemudian membantu mengawasi pembangunan masjid tersebut. Pada tahun 1954 panitia mengangkat Soekarno kepala teknis pengawas.[15]:106
Soekarno juga mendesak agar masjid nasional dibangun di dekat Gereja Katedral Jakarta dan Gereja Immanuel, untuk melambangkan kerukunan dan toleransi beragama seperti yang digalakkan dalam Pancasila.[18] Kemudian diputuskan masjid nasional akan dibangun di area Taman Wijaya Kusuma (sebelumnya Taman Wilhelmina), di depan Gereja Katedral Jakarta. Untuk memberi jalan bagi masjid, Benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dihancurkan.[19][20]
Konstruksi
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Soekarno pada tanggal 24 Agustus1961;[21][22] pembangunan memakan waktu 17 tahun, dan kemudian diresmikan oleh presiden Soeharto sebagai masjid nasional pada tanggal 22 Februari1978.[21][23] Hingga tahun 2013 itu adalah masjid terbesar di wilayah Asia Tenggara, dengan kapasitas lebih dari 120.000.[24][25]:65
Peristiwa kontemporer
Pada Jumat malam, tanggal 14 April1978 sebuah bomberbahan peledak plastik diledakkan di dekat mimbar Masjid Istiqlal. Tidak ada korban yang dilaporkan.[26] Lebih dari 20 tahun kemudian, pada tanggal 19 April1999 terjadi serangan bom kedua di ruang bawah tanah masjid, memecahkan kaca ruang kantor pengurus masjid.[27]
Antara bulan Mei2019 hingga Juli2020 masjid mengalami renovasi besar-besaran dengan biaya US$35 juta (sekitar 511 miliar rupiah).[28][29] Pekerjaan termasuk: memoles dan membersihkan eksterior marmer dan ornamen geometrisstainless steel;mihrab dan mimbar baru; peningkatan sistem kelistrikan dan pipaledeng; sistem pencahayaan baru menggunakan lampu LED; renovasi ruang VIP; gerbang baru dan perbaikan taman; pembangunan taman baru dan alun-alun; kios baru untuk pedagang, dan juga ruang parkir basemen dua lantai.[30][5]
^John L. Esposito, ed. (2014). "Sunni Islam". The Oxford Dictionary of Islam. Oxford: Oxford University Press.
^ abTayeb El-Hibri, Maysam J. al Faruqi (2004). "Sunni Islam". Dalam Philip Mattar. The Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa (edisi ke-Second). MacMillan Reference.
^"Citadel Prins Frederick". Special Capital Region of Jakarta. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-27. Diakses tanggal 2013-05-14.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)