Dalam rumpun bahasa Semit, huruf Yôdh mungkin berasal dari suatu piktogram untuk "lengan" dan "tangan", berasal dari hieroglif serupa yang membawa nilai Konsonan desis hulu-kerongkongan bersuara bersuara (/ʕ/) dalam bahasa Mesir, tetapi dialihkan ke /j/ (seperti y pada kata "ya") oleh orang-orang Semit, karena kata Semit untuk "lengan" diawali dengan bunyi itu. Huruf ini juga boleh digunakan untuk bunyi vokal/i/, terutama dalam kata asing.
Orang Yunani menerima suatu bentuk yodhFenisia ini sebagai huruf iota (Ι, ι) mereka untuk bunyi vokal /i/, begitu juga dalam alfabet Italik Kuno. Dalam bahasa Latin (seperti dalam bahasa Yunani Modern), huruf ini juga dipakai untuk bunyi konsonan /j/. Huruf J modern mulanya merupakan bentuk variasi bagi huruf ini, dan keduanya dapat digunakan bergantian untuk vokal dan konsonan, sehingga akhirnya dibedakan pada abad ke-16.
Penggunaan
Dalam berbagai bahasa, huruf I biasanya melambangkan vokal depan tertutup takbulat (/i/). Pada mulanya dipakai untuk bunyi konsonan hampiranlangit-langit (simbol IPA: [j]; contohnya ejaan Latin Kuno untuk Yesus: Iesus atau Iesvs, karena dulu huruf J dan U belum tercipta), tetapi kemudian bunyi /j/ dilambangkan oleh huruf J dan Y.
Dalam bahasa Inggris modern, I melambangkan berbagai bunyi berbeda, terutama diftong "panjang" /aɪ/ yang berkembang dari /iː/ bahasa Inggris Pertengahan setelah Peralihan Vokal Besar-besaran pada abad ke-15, serta juga vokal "pendek" terbuka /ɪ/ seperti pada kata bill. Titik pada atas 'i' kecil kadang kala dipanggil tittle.
Dalam alfabet Turki, I bertitik dan tanpa titik dianggap sebagai huruf yang berbeda dan keduanya mempunyai bentuk huruf besar (I, İ) dan kecil (ı, i).
Beberapa jenis huruf Jerman seperti fraktur atau schwabacher, yang tak terpakai lagi semenjak akhir Perang Dunia II, tidak terlalu membedakan bentuk huruf besar I dan J. Karakter yang sama, sebuah 'J' dengan serif di atasnya berbentuk tilde, kadang kala digunakan untuk keduanya, tetapi huruf kecil i dan j masih dibedakan.