564 tewas[4] 7,000+ luka-luka[5] 67.875 rumah rusak[4] 468 sekolah rusak[4] 352.793 orang mengungsi[4]
Gempa bumi Lombok Agustus 2018 adalah sebuah gempa darat berkekuatan 7.0 Ms atau 6.9 Mw[6] yang melanda Pulau Lombok, Indonesia pada tanggal 5 Agustus 2018, pukul 19:46 WITA. Pusat gempa berada di 18 km barat laut Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dengan kedalaman 15 km. Gempa bumi ini merupakan gempa utama dari rangkaian gempa bumi di Pulau Lombok sejak gempa awalan 6,4 Mw akhir Juli lalu. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir peringatan terjadinya tsunami akibat gempa ini.[7]
Pusat gempa terletak di pedalaman, dekat Desa Loloan di Kabupaten Lombok Utara. Patahan patahan tersebut menyebar ke utara dan mencapai laut sehingga menimbulkan tsunami kecil. Guncangan hebat dilaporkan terjadi di seluruh pulau, sedangkan guncangan kuat juga dilaporkan terjadi di pulau tetangga, Bali dan Sumbawa.
Kerusakan luas dilaporkan terjadi di Lombok dan Bali. Para pejabat menyatakan bahwa setidaknya 80% bangunan di Lombok Utara rusak atau hancur. Pasca rangkaian gempa bumi pada bulan Agustus, total 564 orang dipastikan tewas dan lebih dari 7.000 orang terluka. Lebih dari 417.000 orang mengungsi.[8]
Wilayah Lombok Utara, pusat gempa bumi terjadi, memiliki rekam jejak gempa bumi di masa lalu. Satu gempa bumi Mw 6,4 pada tahun 1979 menewaskan 37 orang, dengan gempa Mw 5,7 yang lebih baru pada tahun 2013 yang menyebabkan kerusakan besar tetapi tidak ada korban jiwa. Simulasi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Universitas Mataram menunjukkan bahwa gempa bumi yang berkekuatan lebih dari 6,0 Mw dapat menyebabkan tsunami kecil yang tingginya mencapai 13–20 cm (5–8 in), dan mencapai Mataram dalam waktu 18–20 menit setelah gempa bumi.
Secara geologis, batuan yang dekat dengan episentrum gempa, sebagian besar merupakan sedimen vulkanik Tersier hingga Kuarter, dengan batuan sedimen dan metamorf Pra-Tersier hingga Tersier. Batuan lunak ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan intensitas gempa bumi.[12]
Gempa bumi
Gempa terjadi pada pukul 19:46 waktu setempat, pada kedalaman 34,0 km (21,1 mi) (USGS) atau 15,0 km (9,3 mi) (BMKG). Guncangannya terasa hingga Sumba di timur dan Kabupaten Trenggalek. Guncangan juga dirasakan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan episentrum gempa terletak di daratan, tepatnya di lereng timur laut Gunung Rinjani pada 8,37°LS 116,48°BT. Awalnya mereka mengukur kekuatan gempa sebesar Mw 6,8, sebelum merevisinya menjadi 6,8. Survei Geologi Amerika Serikat awalnya mengukur gempa berkekuatan 6,8 Mw, dan direvesi menjadi 6,9. Pusat gempa berada di 8.287°LS 116.451°BT, agak utara dari perkiraan BMKG.
Gempa bumi pada tanggal 5 Agustus 2018 ini terjadi akibat Sesar Naik Busur Belakang Flores. Mekanisme fokus awal gempa bumi menunjukkan slip terjadi pada patahan dorong yang dangkal dan menukik ke selatan, atau pada patahan balik yang curam dan menukik ke utara. Pada garis lintang gempa ini, lempeng Sunda dan Lempeng Indo-Australia bertemu ke arah utara-selatan dengan kecepatan sekitar 70 mm/tahun. Lokasi gempa bumi ini konsisten dengan terjadinya sesar dorong yang berorientasi ke selatan pada Sesar Naik Busur Belakang Flores.
Kemudian Madura, Banyuwangi, Bima dirasakan IV MMI serta II-III MMI di Malang, Tulungagung dan Waingapu. Guncangan gempa ini juga dirasakan warga Pacitan, Jawa Timur dan sejauh Pulau Flores hingga Kota Malang dan Surabaya dengan intensitas rendah.[13] Setelah gempa utama 6,8 Mw pada pukul 19.4 WITA hingga tanggal 10 Agustus 2018 pukul 07.00 WITA telah terjadi 447 gempa bumi susulan, 18 diantaranya dirasakan dengan gempa susulan terbesar 6,2 Mw pada 9 Agustus 2018, pukul 13.25 WITA[14]
Gempa bumi ini berpusat di darat utara Gunung Rinjani, tak jauh dari pusat gempa awalan 6,4 Mw akhir Juli lalu. Dengan memperhatikan lokasinya dan kedalaman hiposenter, maka gempa bumi ini merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Busur Belakang Flores(Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini masih sama, gempa bumi dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).[17]
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan 564 orang meninggal dunia,[18][19] 1.033 luka berat, 7.000 luka-luka dan 270.168 warga mengungsi. Semua yang tewas akibat gempa adalah warga negara Indonesia.
Sebagian besar korban tewas tertimpa puing-puing akibat runtuhnya bangunan. Banyak orang yang ditemukan tewas dan terjebak setelah masjid runtuh saat melakukan salat isya. Di desa Lading-Lading, Kabupaten Lombok Utara, lebih dari 50 orang terjebak di dalam Masjid Jabal Nur, sementara beberapa warga setempat menyatakan jumlahnya ratusan. Puluhan orang juga dilaporkan terjebak di dalam Masjid Jamiul Jamaah di Desa Karangtangsor. Pada tanggal 7 Agustus, para pejabat mengumumkan bahwa mereka telah menyelamatkan seorang jamaah dari reruntuhan, yang ditemukan hidup oleh tim penyelamat. Tiga mayat juga ditemukan selama operasi pencarian dan penyelamatan.
Menurut gubernur NTB Zulkieflimansyah, warga meninggal mencapai 381 orang, dan luka-luka 1033 orang. Kerugian rumah mencapai 22.721 unit yang rusak.[23] Sejumlah data lain disodorkan pihak yang berbeda-beda. TNI menyebut data yang senada dengan Zulkieflimansyah, yakni 381 orang meninggal. Kabupaten Lombok Utara dan BPBD setempat mencatat korban mencapai 347, Basarnas menyatakan korban jatuh adalah 226 orang. Pada 25 Agustus, jumlah korban jiwa naik menjadi 564 orang.[24]
Tsunami
Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi Tsunami oleh BMKG sehingga dikeluarkan peringatan dini Tsunami untuk wilayah pantai Lombok Utara, Lombok Barat bagian Utara dan Lombok Timur bagian Utara.[25] Pada pukul 19.48 WITA, tsunami terdeteksi di pesisir Carik, Desa Anyar, Bayan, Lombok Utara setinggi 13,5 cm, lalu 10 cm di Labuhan Badas, Sumbawa pada pukul 19.54 WITA serta di Lembar, Lombok Barat setinggi 0,9 cm pada pukul 20.27 WITA. Kemudian pada pukul 21.25 WITA, BMKG mengakhiri peringatan dini Tsunami akibat gempa ini.[26]
Kerusakan
Banyak bangunan rusak di Bali. Tembok dua toserba di Kuta runtuh. Beberapa pura juga rusak.[27] Plafon Bandar Udara Internasional Ngurah Rai rusak, tetapi bandara tetap beroperasi seperti biasa.[28] Gedung terminal Bandar Udara Internasional Lombok juga rusak ringan, tetapi landasan pacu, jalan pesawat, dan tempat parkir pesawat tidak rusak dan tetap beroperasi.[29] Layanan kapal feri antara Bali dan Lombok ditutup sementara dan baru dibuka kembali tanggal 6 Agustus.[30]
Kerusakan luas dilaporkan terjadi di Pulau Lombok. Pejabat setempat menyatakan bahwa bangunan di Kecamatan Sembalun dan Sambelia, lokasi episentrum gempa, mengalami kerusakan terparah. Jaringan telekomunikasi dan listrik padam di seluruh Lombok.[31] Ribuan rumah rusak setelah diguncang gempa pertama.[32][33] Kerusakan ini diperparah oleh tidak adanya peraturan bangunan dan pengetahuan teknis tentang ketahanan terhadap gempa serta kemampuan ekonomi yang rendah.[34] Sedikitnya tiga jembatan runtuh di Lombok.[35]
Tidak lama setelah gempa, listrik padam di sebagian besar wilayah Mataram. Meski beberapa tempat di Lombok masih teraliri listrik, bebannya hanya 50 MW, jauh lebih rendah daripada 220 MW pada hari biasa.[36] Jalanan di seluruh Lombok macet karena lampu lalu lintas mati dan jalanan dipenuhi reruntuhan.[37]Perusahaan Listrik Negara menyatakan bahwa listrik telah dipulihkan di sebagian besar Lombok beberapa jam setelah gempa, tetapi 25% listrik pulau masih padam.[38]
Di Gili Trawangan, kafe dan resor di Gili Trawangan rusak parah. Karena banyak minimarket ditinggalkan oleh pemiliknya, penjarahan dilaporkan terjadi di seluruh pulau ini.[39] Barang yang dicuri beragam, dari sapi, tabung gas, sampai sepeda motor menjadi target curian. Di Mataram, sampai informasi bahwa 70 motor telah hilang dicuri. Apalagi keadaan kampung yang ditinggal memang terlihat sepi dan ada rumah-rumah yang memang terlihat terbuka. Oleh sebab itu, warga berinisiatif untuk patroli bersama untuk menjaga keamanan di lingkungan pemukiman yang telah ditinggal warganya mengungsi.[40]
Pada tanggal 6 Agustus, dalam konferensi persnya, Kepala Pusat Data, Informasi (Pusdatin) dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan bahwa laporan awal menunjukkan bahwa lebih dari 50% bagnunan di Kabupaten Lombok Utara hancur akibat gempa. Gubernur Nusa Tenggara Barat, Muhammad Zainul Majdi, mengatakan bahwa lebih dari 80% bangunan di Lombok Utara rusak atau hancur.[41]
Sebagai akibat dari bencana ini, kerugian ekonomi menurut keterangan BPBD Nusa Tenggara Barat ditaksir mencapai Rp1 triliun.[42] Hal yang sama juga diutarakan oleh Sutopo Purwo Nugroho, yang menyampaikan bahwa secara kasar, kerugian diduga lebih dari 1 triliun. Dalam pada itu, penghitungan ditilik dari 5 sektor, yakni pemukiman, infrastruktur, ekonomi produtif, sosial budaya, dan lintas sektor.[43]
Pasca gempa
Senin malam, pasca gempa itu, evakuasi telah diadakan terhadap para wisatawan dan warga di Pulau Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air yang berjumlah 3000 orang. Hingga pukul 17.00 WITA, tim SAR telah mengevakuasi 2700 wisatawan itu menggunakan kapal. Terkait warga yang terjebak di tengah runtuhan, menurut Menko PolhukamWiranto, diperlukan personel dan ekskavator. Personel dari Pemda, TNI, dan Polri, sedang ekskavator disediakan Pemda dan swasta.[44]
Menurut laporan Antara, di Desa Malaka, sebuah desa di Lombok Utara, masihlah belum mendapatkan bantuan padahal kondisi mereka terlihat memprihatinkan.[45]