Gempa bumi dan megatsunami Ambon 1674 terjadi pada 17 Februari 1674 antara pukul 19:30 dan 20:00 waktu setempat di suatu tempat di Kepulauan Maluku. Gempa ini berkekuatan Mw 6.8. Tsunami mempunyai ketinggian sebesar 100 meter (328 kaki) di Pulau Ambon, sehingga gelombang tsunami tersebut terlalu besar untuk sebuah ukuran gempa itu sendiri. Tsunami ini menewaskan lebih dari 2.000 orang. Tsunami ini adalah tsunami pertama di Indonesia yang terdokumentasi secara rinci oleh catatan Hindia Belanda. Tsunami ini juga merupakan tsunami terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah di Indonesia. Tsunami ini dipicu oleh Longsoran Bawah Laut.[1]
Setelah gempa, tsunami besar dilaporkan menyapu pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya. Ketinggian tsunami diperkirakan mencapai 100 meter (330 kaki), atau hampir mencapai puncak perbukitan pesisir. Seluruh hutan tumbang dan hanyut, hingga hanya menyisakan akarnya saja.[2] Tsunami disertai dengan suara yang memekakkan telinga. Saat menghantam pantai, para saksi mata menggambarkan arusnya sangat kotor, berwarna hitam pekat dan berbau busuk.
Gempa bumi
Tektonik Kepulauan Maluku Utara didominasi oleh unsur tumbukan kompleks, subduksi, dan strike-slip. Gempa bumi dengan fokus menengah hingga dalam dengan kedalaman fokus 60 km atau lebih segera dikesampingkan sebagai sumbernya karena tidak ada peristiwa bersejarah serupa yang pernah menimbulkan tsunami besar. Gempa bumi Laut Banda 1938, kejadian dengan kedalaman menengah berkekuatan 8,5 hanya menyebabkan tsunami kecil.
Palung Seram merupakan zona konvergensi kompleks antara Pasifik, Australia, Sunda, dan sejumlah lempeng mikro tektonik. Sesar megathrust ini terletak di utara Pulau Seram. Meskipun pernah menimbulkan gempa bumi besar yang berpotensi menimbulkan tsunami seperti yang terjadi pada tahun 1899 dan 1629, patahan tersebut terletak terlalu jauh dari Ambon sehingga tidak dapat menyebabkan gelombang tsunami yang sangat besar.
Karena tsunami akibat gempa bumi mempunyai ketinggian ekstrim setidaknya 100 meter (330 kaki), para peneliti mengabaikan kemungkinan adanya patahan sebagai sumber tsunami. Sebaliknya, tanah longsor yang disebabkan oleh gempa tampaknya menjadi sumber utama tsunami. Namun sumber gempa belum dapat dipastikan, namun kemungkinan besar penyebabnya adalah dua patahan, yaitu Seram Thrust Selatan dan patahan yang tidak disebutkan namanya di pulau tersebut. Tidak ada data magnitudo yang ditetapkan mengenai peristiwa ini dalam jurnal penelitian yang diterbitkan, namun database BMKG dan NGDC mencantumkan magnitudo sebesar 6,8 Mw pada kedalaman 40 kilometer (25 mil).