Pada tanggal 2 Juli 2013, gempa berkekuatan 6,1 mengguncang provinsi Aceh di pulau Sumatra, Indonesia.[2] Gempa ini menewaskan sebanyak 39 orang dan melukai lebih dari 400 orang.[1][3] Lebih dari 3.000 rumah hancur.[3][4]
Pukul 14:37 waktu setempat (07:37 UTC) tanggal 2 Juli 2013, gempa berkekuatan 6,1 terjadi di kedalaman 10 kilometer (6,2 mi) dengan episentrum di dekat ujung barat laut Sumatra, 55 kilometer (34 mi) di selatan Bireun.[5] Gempa ini terjadi di patahan Semangko.[7] Gempa mengguncang selama kurang lebih 15 detik dan dapat dirasakan mulai dari ibu kota provinsi Banda Aceh sampai Bener Meriah.[6] Gempa begitu kuat sampai-sampai memunculkan kekhawatiran masyarakat di Banda Aceh, 320 mil (510 km) dari episentrum, dan guncangannya terasa hingga Malaysia.[3] Sedikkitnya 15 gempa susulan terjadi. Tiga di antaranya berkekuatan 4,3, 5,5, dan 5,2.[7][8]
Kerusakan
Per 3 Juli, jumlah korban tewas resmi versi pemerintah adalah 29 orang dan korban cedera 420 orang,[9][10][11] tetapi seorang pejabat resmi menyatakan bahwa sedikitnya 42 orang tewas.[3] Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah adalah wilayah yang paling parah kerusakannya akibat gempa.[2]
Di Bener Meriah, 14 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.[3] Lebih dari 100 orang dilarikan ke rumah sakit dan 1.500 rumah hancur di seluruh kabupaten ini.[3][4] Sekian ratus orang tidur di luar rumah pada malam hari tanggal 2 Juli karena khawatir terjadi gempa susulan.[6] Seorang pejabat mengatakan, "Terjadi beberapa gempa susulan kuat dan orang-orang tidak mau pulang ke rumah, jadi mereka tidur di luar, namun persediaan tenda yang kami miliki tidak mencukupi".[3]
Di Aceh Tengah, 17 orang dilaporkan tewas.[3] Sebuah masjid runtuh dan menewaskan enam anak dan memerangkap 14 orang lainnya.[6] Tim penyelamat menggali reruntuhan sepanjang malam 2-3 Juli, tetapi gagal menemukan jenazah anak-anak tadi. Longsor terjadi di daerah itu dan menghancurkan 1.600 rumah. Tanggal 3 Juli, pejabat setempat mengatakan, "Masyarakat masih ketakutan, terutama setelah terjadi gempa susulan malam sebelumnya. Tidak ada yang berani tidur di rumah. Semua orang tidur di jalan atau lapangan parkir."[3] Rumah sakit dipenuhi pasien sehingga banyak tenda didirikan di luar untuk menangani korban yang lain.[3]
Tanggapan
Sebuah pesawat dan helikopter pemerintah dikirimkan untuk membantu kepolisian dan tentara setempat dalam upaya penyelamatan.[4] Banyak jalan rusak akibat gempa atau tertutup longsor, sehingga menghambat upaya penyelamatan.[6] Ketiadaan listrik dan sinyal telepon seluler menyulitkan komunikasi ke luar.[3] Tiga truk penuh air kemasan, makanan, dan persediaan lain dikirim ke kawasan ini.[7] Badan mitigasi bencana Aceh mengatakan bantuan akan disediakan setelah mereka mendapatkan data yang lebih akurat tentang hal-hal yang diperlukan.[3]
Tanggal 3 Juli, 40 miliar rupiah (sekitar US$4 juta) digelontorkan untuk pemulihan daerah. Masa tanggap darurat selama satu minggu, bisa diperpanjang jika perlu, diberlakukan di Bener Meriah.[7] Lima lokasi pengungsian berada di Bener Meriah dan 10 lokasi pengungsian terdapat di Aceh Tengah.[7]