Mesir (bahasa Arab: مصر, translit. Miṣr), secara resmi bernama Republik Arab Mesir (bahasa Arab: جمهورية مصر العربية, translit. Jumhūriyyat Miṣr al-ʿArabiyyah) adalah sebuah negara transbenua yang membentang dari timur laut Afrika sampai ke Semenanjung Sinai di Asia barat daya. Mesir berbatasan dengan Laut Tengah di sebelah utara, Jalur GazaPalestina dan Israel di sebelah timur laut, Laut Merah di sebelah timur, Sudan di sebelah selatan, dan Libya di sebelah barat. Teluk Aqaba di sebelah timur laut memisahkan Mesir dengan Yordania dan Arab Saudi. Kairo adalah ibu kota dan kota terbesar di Mesir, sedangkan Alexandria, kota terbesar kedua, adalah pusat industri dan pariwisata yang penting di pesisir Laut Tengah. Memiliki kurang lebih 100 juta penduduk, Mesir adalah negara berpenduduk terbanyak ke-14 di dunia, dan terbanyak ketiga di Afrika.
Mesir adalah salah satu negara yang memiliki sejarah terpanjang daripada negara manapun, dengan peninggalan sejarah yang bisa ditelusuri di sepanjang Delta Sungai Nil dari milenium ke-6 hingga ke-4 Sebelum Masehi. Dianggap sebagai salah satu tempat lahirnya peradaban, Mesir Kuno menjadi tempat perkembangan awal tulisan, pertanian, urbanisasi, agama, dan pemerintahan. Mesir adalah pusat penting bagi Kekristenan awal, dan kemudian mengadopsi Islam sejak abad ketujuh. Kairo menjadi ibu kota Kekhalifahan Fatimiyah pada abad ke-10, dan Kesultanan Mamluk pada abad ke-13. Mesir kemudian menjadi bagian dari Kekaisaran Utsmaniyah pada tahun 1517, kemudian Muhammad Ali memisahkan Mesir dan mendirikan Kewalirajaan Mesir pada tahun 1867.
Mesir kemudian diduduki oleh Britania Raya dan meraih kemerdekaan pada tahun 1922 sebagai negara monarki. Setelah revolusi tahun 1952, Mesir menyatakan dirinya sebagai republik. Pada periode singkat antara 1958 dan 1961, Mesir bergabung dengan Suriah membentuk Republik Arab Bersatu. Mesir berperang beberapa kali dengan Israel pada tahun 1948, 1956, 1967, dan 1973, dan menduduki Jalur Gaza secara bergantian hingga tahun 1967. Pada tahun 1978, Mesir menandatangani Perjanjian Perdamaian Camp David, yang mengakui kedaulatan Israel, sebagai imbalannya Israel menarik pasukannya dari Semenanjung Sinai. Setelah pergolakan Arab Spring, yang memicu revolusi Mesir pada tahun 2011 dan penggulingan Hosni Mubarak, negara ini menghadapi periode ketidakstabilan politik, termasuk pemilihan umum pada tahun 2012 dan digulingkannya Mohamed Morsi pada tahun 2013.
Pemerintahan Mesir saat ini adalah republik semi-presidensial yang dipimpin oleh presiden Abdel Fattah el-Sisi sejak tahun 2014. Islam adalah agama resmi Mesir, dan bahasa Arab adalah bahasa resminya. Mayoritas penduduknya tinggal di sekitar tepi Sungai Nil, wilayah dengan luas sekitar 40.000 kilometer persegi, lokasi satu-satunya yang memiliki lahan subur. Kawasan gurun Sahara, yang merupakan bentang alam hampir keseluruhan wilayah Mesir, jarang dihuni penduduk. Sekitar 43% penduduk Mesir tinggal di kawasan perkotaan, terutama di Kairo, Alexandria, dan kota-kota besar lainnya di Delta Nil. Mesir dianggap sebagai kekuatan regional di Afrika Utara, Timur Tengah, dan dunia Muslim, serta kekuatan menengah di dunia. Mesir adalah negara berkembang dengan ekonomi terbesar di Afrika, ekonomi terbesar ke-38 di dunia berdasarkan PDB nominal dan ke-127 berdasarkan PDB nominal per kapita. Mesir adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Gerakan Non-Blok, Liga Arab, Uni Afrika, Organisasi Kerja Sama Islam, Forum Pemuda Dunia, dan anggota BRICS.
Etimologi
Nama Mesir dalam bahasa Indonesia, berasal dari istilah Arab Miṣr (IPA:[mi̠sˤr] atau pelafalan dalam bahasa Egyptian Arabic:[mesˤɾ]; bahasa Arab: مِصر) adalah Arab klasik Al Quran dan menjadi nama resmi Mesir, sementara Maṣr (IPA:[mɑsˤɾ]; bahasa Arab Mesir: مَصر) adalah penyebutan lokal Bahasa Arab dialek Mesir. Nama ini berasal dari rumpun Semit, secara langsung terkait dengan nama Mesir dalam bahasa Semit lainnya, seperti Ibraniמִצְרַיִם (Mitzráyim). Catatan tertua yang merujuk mengenai nama Mesir, tercatat dalam Akkadia 𒆳 𒈪 𒄑 𒊒 KURmi-iṣ-rumiṣru,[7][8] terkait dengan istilah miṣru/miṣirru/miṣaru, yang bermakna "perbatasan" atau "daerah pinggiran".[9]
Mesir adalah salah satu negara tertua di dunia. Usianya sudah lebih dari 5000 tahun. Suku asli Mesir adalah suku yang nomaden dari Gurun Sahara, Afrika. Selama tiga ribu tahun Mesir dipimpin oleh Firaun dari dinasti ke dinasti yang jumlahnya ada 30 dinasti, yang jumlah 140 Firaun yang berkuasa dari tahun ke tahun. Mesir kuno dibagi menjadi 3 era, Old Kingdom, Middle Kingdom dan New Kingdom. Setelah era New Kingdom, Kerajaan Mesir Kuno mengalami keruntuhan dan dikuasai oleh Suku dari luar yaitu suku Romawi (oleh The Great Alexander), Arab, Turki (oleh Kesultanan Utsmaniyah). Peninggalan peninggalan dari kerajaan Mesir kuno sangat banyak, contohnya ada Piramida Giza di Giza, Sfinks (Giza), Lembah para raja, Red Pyramid, Piramida Sakkara, Kota Memphis (kota Mesir kuno).
Setelah abad ke-15, invasi Utsmaniyah menekan sistem Mesir mengalami kemunduran. Militarisasi defensif merusak masyarakat sipil dan institusi ekonomi.[12] Melemahnya sistem ekonomi yang dikombinasikan dengan efek dari penyakit pes yang meninggalkan Mesir yang membuat ia rentan dari invasi asing. Pedagang Portugis mengambil alih perdagangan mereka.[12] Mesir mengalami enam kelaparan antara 1687 dan 1731.[14]Kelaparan1784 menyebabkan kerugian yang kira-kira seperenam dari penduduknya.[15]
Invasi Prancis di Mesir yang singkat itu dipimpin oleh Napoleon Bonaparte yang dimulai pada 1798. Pengusiran Prancis pada 1801 oleh tentara Utsmaniyah, Mamluk, dan Britania diikuti dengan empat tahun masa anarki sewaktu bangsa Utsmaniyah, Mamluk, dan Albania—yang biasanya tunduk kepada Utsmaniyah—saling berebut kekuasaan. Saat kekacauan ini, komandan resimen Albania, Muhammad Ali Pasya (Kavalali Mehmed Ali Pasha) muncul sebagai tokoh, dan pada 1805 tanpa sepengetahuan Sultan di Istanbul, Muhammad Ali diangkat sebagai raja muda di Mesir. Pada tahun 1882 negara ini dikuasai Britania Raya. Selama kekuasan Inggris (Britania) penduduk Mesir mengalami banyak penderitaan, seperti dibunuh, dijadikan buruh paksa tanpa istirahat dan dibiarkan kelaparan sampai mati. Mesir memperoleh kemerdekaan pada tahun 1923 dibawah kemimpinnan Kalar Baliq Zym Janggo. Pada tahun 1948 Mesir bersatu dengan Dunia Arab untuk melawan Israel tapi mengalami kekalahan dan 60% penduduk Mesir diperbudak di Israel. Pada tahun 1972 terjadi peristiwagempa bumi di Kairo yang menewaskan 20 juta orang dan 97 juta orang lainnya menghilang. Pada tahun 1995 terjadi lagi gempa bumi yang disusul dengan peristiwa tsunami dipesisir timur Sinai, membunuh 50 ribu orang dan 1 juta orang lainnya menghilang. Pada tahun 2009 YouTube diblokir di Mesir karena video Innocence of Muslim. Pada tahun 2012 saat terjadinya peristiwa Badai Arab (Arab Spring) sistem pemerintahan demokrasi dipilih di Mesir.
Geografi
Mesir terletak antara garis lintang 22 ° dan 32 ° N, dan garis bujur 25 ° dan 35 ° E. Dengan luas 1.001.450 kilometer persegi (386.660 sq mi), Mesir adalah negara ke-30 terbesar di dunia. Karena iklimnya yang ekstrem dan gersang, sebagian besar populasi terkonsentrasi di sepanjang Lembah Nil yang sempit dan delta Sungai Nil. Sekitar 99 % penduduk Mesir menempati kawasan lembah sungai Nil dan kawasan delta sungai di dekat Laut Mediterania.
Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, Laut Mediterania di utara, dan Jalur Gaza, Israel, dan Laut Merah di timur. Mesir mempunyai lokasi geopolitik yang penting di perbatasan Asia-Afrika, ia memiliki sebuah jembatan tanah (Tanah Genting Suez) antara Afrika dan Asia, wilayah ini dilalui sebuah terusan yang menghubungkan Laut Mediterania dengan Samudera Hindia (dengan melalui Laut Merah).
Terlepas dari Lembah Nil, mayoritas lanskap Mesir adalah gurun, dengan beberapa oasis bertebaran di kawasan itu. Tiupan angin yang kencang menciptakan banyak bukit pasir yang tingginya sampai 30 m (100 kaki). Mesir termasuk bagian dari gurun Sahara dan Gurun Libya. Gurun ini dilindungi Kerajaan Firaun dari ancaman Barat dan disebut sebagai "tanah merah" pada zaman Mesir kuno.
Kekuasaan di Mesir diatur dengan sistem semipresidensialmultipartai. Secara teoretis, kekuasaan eksekutif dibagi antara presiden dan perdana menteri namun dalam praktiknya kekuasaan terpusat pada presiden, yang selama ini dipilih dalam pemilu dengan kandidat tunggal. Mesir juga mengadakan pemilu parlemen multipartai.
Pada akhir Februari 2005, Presiden Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden menuju ke pemilu multikandidat. Untuk pertama kalinya sejak 1952, rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih pemimpin dari daftar berbagai kandidat. Namun, aturan yang baru juga menerapkan berbagai batasan sehingga berbagai tokoh, seperti Aiman Nur, tidak bisa bersaing dalam pemilihan dan Mubarak pun kembali menang dalam pemilu.
Pada akhir Januari2011 rakyat Mesir menuntut Presiden yang sekarang berkuasa Husni Mubarak untuk meletakan jabatannya. Hingga 18 hari aksi demonstrasi besar-besaran menuntut Presiden Husni Mubarak mundur, akhirnya pada tanggal 11 Februari2011 Hosni Mubarak resmi mengundurkan diri. Pengunduran diri Husni Mubarak ini disambut baik oleh rakyatnya, dan disambut baik oleh dunia Internasional.
Perekonomian Mesir bergantung pada pertanian, media, ekspor minyak bumi, gas alam, dan pariwisata. Ada juga lebih dari tiga juta warga Mesir yang bekerja di luar negeri, terutama di Libya, Arab Saudi, Teluk Persia, dan Eropa. Selesainya pembangunan Bendungan Tinggi Aswan pada tahun 1970 dan Danau Nasser yang dihasilkannya telah mengubah posisi Sungai Nil yang telah lama dihormati di bidang pertanian dan ekologi Mesir. Populasi yang berkembang pesat, lahan pertanian yang terbatas, dan ketergantungan pada Sungai Nil terus membebani sumber daya dan membebani perekonomian.
Pada tahun 2022 Ekonomi Mesir memasuki krisis yang sedang berlangsung, pound Mesir adalah salah satu mata uang dengan kinerja terburuk,[19] inflasi mencapai 32,6% dan inflasi inti mencapai hampir 40% pada bulan Maret.[20]
Pemerintah telah berinvestasi di bidang komunikasi dan infrastruktur fisik. Mesir telah menerima bantuan luar negeri Amerika Serikat sejak 1979 (rata-rata $2,2 miliar per tahun) dan merupakan penerima dana terbesar ketiga dari Amerika Serikat setelah perang Irak. Perekonomian Mesir terutama bergantung pada sumber-sumber pendapatan ini: pariwisata, remitansi (pengiriman uang) dari warga Mesir yang bekerja di luar negeri, dan pendapatan dari Terusan Suez.[21]
Kondisi ekonomi mulai membaik, setelah periode stagnasi, karena penerapan kebijakan ekonomi yang lebih liberal oleh pemerintah serta peningkatan pendapatan dari pariwisata dan pasar saham yang berkembang pesat. Dalam laporan tahunannya, Dana Moneter Internasional (IMF) menilai Mesir sebagai salah satu negara terbaik di dunia yang melakukan reformasi ekonomi.[22] Beberapa reformasi ekonomi utama yang dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 2003 mencakup pemotongan bea cukai dan tarif secara dramatis. Undang-undang perpajakan baru yang diimplementasikan pada tahun 2005 menurunkan pajak perusahaan dari 40% menjadi 20% saat ini, yang menghasilkan peningkatan 100% dalam pendapatan pajak pada tahun 2006.
Meskipun salah satu kendala utama yang masih dihadapi ekonomi Mesir adalah terbatasnya tetesan kekayaan ke populasi rata-rata, banyak orang Mesir mengkritik pemerintah mereka karena harga barang-barang kebutuhan pokok yang lebih tinggi sementara standar hidup atau daya beli mereka relatif stagnan. Korupsi sering disebut oleh warga Mesir sebagai penghalang utama untuk pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.[23][24] Pemerintah menjanjikan rekonstruksi besar-besaran pada infrastruktur negara, dengan menggunakan uang yang dibayarkan untuk lisensi seluler ketiga yang baru saja diakuisisi ($3 miliar) oleh Etisalat pada tahun 2006.[25] Dalam Indeks Persepsi Korupsi 2013, Mesir berada di peringkat 114 dari 177.[26]
Diperkirakan 2,7 juta orang Mesir di luar negeri berkontribusi aktif terhadap pembangunan negara mereka melalui remitansi (US$7,8 miliar pada tahun 2009), serta sirkulasi sumber daya manusia dan sosial dan investasi.[27] Remitansi, yaitu uang yang didapatkan oleh orang Mesir yang tinggal di luar negeri dan dikirim pulang ke Mesir, mencapai rekor US$21 miliar pada tahun 2012, menurut Bank Dunia.[28]
Masyarakat Mesir cukup timpang dalam hal distribusi pendapatan, dengan perkiraan 35–40% populasi Mesir berpenghasilan kurang dari US$2 per hari, sementara hanya sekitar 2–3% yang dapat dianggap kaya.[29]
Pariwisata adalah salah satu sektor terpenting dalam perekonomian Mesir. Lebih dari 12,8 juta wisatawan mengunjungi Mesir pada tahun 2008, memberikan pendapatan hampir $11 miliar. Sektor pariwisata mempekerjakan sekitar 12% tenaga kerja Mesir.[30] Menteri Pariwisata Hisham Zaazou mengatakan kepada para profesional industri dan wartawan bahwa pariwisata menghasilkan sekitar $9,4 miliar pada tahun 2012, sedikit meningkat dari $9 miliar yang terlihat pada tahun 2011.[31]
Pantai-pantai Mesir di Laut Tengah dan Laut Merah, yang membentang lebih dari 3.000 kilometer, juga merupakan tujuan wisata yang populer; pantai Teluk Aqaba, Safaga, Sharm el-Sheikh, Hurghada, Luxor, Dahab, Ras Sidr, dan Marsa Alam merupakan tempat yang populer.
Mesir memiliki pasar energi yang berkembang berdasarkan batu bara, minyak bumi, gas alam, dan tenaga air. Deposit batu bara yang besar di timur laut Sinai ditambang dengan kecepatan sekitar 600.000 ton (590.000 ton panjang; 660.000 ton pendek) per tahun. Minyak dan gas diproduksi di daerah gurun barat, Teluk Suez, dan Delta Nil. Mesir memiliki cadangan gas yang sangat besar, diperkirakan mencapai 2.180 kilometer kubik (520 cu mi),[32] dan LNG hingga tahun 2012 diekspor ke banyak negara. Pada tahun 2013, Egyptian General Petroleum Co (EGPC) mengatakan bahwa negara ini akan memangkas ekspor gas alam dan meminta industri-industri besar untuk mengurangi produksi pada musim panas ini untuk menghindari krisis energi dan mencegah kerusuhan politik, demikian yang dilaporkan oleh Reuters. Mesir mengandalkan eksportir gas alam cair (LNG) terbesar, Qatar, untuk mendapatkan volume gas tambahan pada musim panas, sambil mendorong pabrik-pabrik untuk merencanakan pemeliharaan tahunan mereka untuk bulan-bulan di mana permintaan puncak terjadi, ujar ketua EGPC, Tarek El Barkatawy. Mesir memproduksi energinya sendiri, tetapi telah menjadi importir minyak netto sejak tahun 2008 dan dengan cepat menjadi importir netto gas alam.[33]
Mesir memproduksi 691.000 bbl/d minyak dan 2.141,05 Tcf gas alam pada tahun 2013, menjadikan negara ini sebagai produsen minyak non-OPEC terbesar dan produsen gas alam kering terbesar kedua di Afrika. Pada tahun 2013, Mesir adalah konsumen minyak dan gas alam terbesar di Afrika, lebih dari 20% dari total konsumsi minyak dan lebih dari 40% dari total konsumsi gas alam kering di Afrika. Selain itu, Mesir juga memiliki kapasitas kilang minyak terbesar di Afrika, yaitu 726.000 bbl/d (pada tahun 2012).[32]
Mesir merupakan negara Arab paling banyak penduduknya sekitar 74 juta orang. Hampir seluruh populasi terpusat di sepanjang Sungai Nil, terutama Iskandariyah dan Kairo, dan sepanjang Delta Nil dan dekat Terusan Suez.
Penduduk Mesir hampir homogen. Pengaruh Mediterania (seperti Italia dan Yunani) dan Arab muncul di utara, dan ada beberapa penduduk asli hitam di selatan. Banyak teori telah diusulkan mengenai asal usul orang Mesir, namun tidak ada yang konklusif, dan yang paling banyak diterima adalah masyarakat Mesir merupakan campuran dari orang Afrika Timur dan Asia yang pindah ke lembah Nil setelah zaman es.
Sejak zaman Mesir Kuno hingga sekarang, masyarakat Mesir telah menggunakan bahasa-bahasa dari rumpun bahasa Afro-Asia yang diduga berasal dari daerah sekitar Ethiopia di Tanduk Afrika. Penduduk Mesir Kuno berbicara dengan bahasa Mesir yang ditulis dengan hieroglif Mesir. Bahasa Mesir berkembang menjadi bahasa Demotik pada 600 SM dan bahasa Kubti pada 200 M, keduanya banyak dipengaruhi oleh bahasa Yunani, sebelum mati sekitar abad ke-17 M. Bahasa Arab, yang diperkenalkan beserta agama Islam pada abad ke-7, mendominasi masyarakat Mesir sejak saat itu. Walau sudah mati, komunitas Kristen Kubti masih menggunakan bahasa Kubti sebagai bahasa liturgi, meskipun dalam sehari-hari mereka berbicara dalam bahasa Arab. Sebagai bekas koloni Britania Raya, bahasa Inggris juga digunakan sebagai bahasa kedua, kebanyakan dalam bidang ekonomi dan oleh masyarakat terpelajar dan elit.
Agama memiliki peranan besar dalam kehidupan di Mesir. Secara tak resmi, adzan yang dikumandangkan lima kali sehari menjadi penentu berbagai kegiatan. Kairo juga dikenal dengan berbagai menara masjid dan gereja. Menurut konstitusi Mesir, semua perundang-undangan harus sesuai dengan hukum Islam. Negara mengakui mazhab Hanafi lewat Kementerian Agama. Imam dilatih di sekolah keahlian untuk imam dan di Universitas Al-Azhar, yang memiliki komite untuk memberikan fatwa untuk masalah agama.
90% dari penduduk Mesir adalah penganut Islam, mayoritas Sunni dan sebagian juga menganut ajaran Sufi lokal. Sekitar 10% penduduk Mesir menganut agama Kristen; 78% dalam denominasi Kubti (Kubti Ortodoks, Katolik Kubti, dan Protestan Kubti). Gereja Kristen Kubti memiliki keunikan dari denominasi Kristen lainnya, karena, seperti Kristen Asiria, mereka masih menggunakan bahasa kuno yang dulu mendominasi daerah mereka sebagai bahasa liturgi, dalam hal ini bahasa Mesir dalam bentuk Kubti.
Pendidikan
Secara historis, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Prancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir yang dianggapnya stagnan. Di antara tokoh-tokoh tersebut Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Ali Pasya. Dua yang terakhir, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.
Industri telekomunikasi kabel dan nirkabel di Mesir dimulai pada 1854 dengan peluncuran saluran telegram pertama negara yang menghubungkan Kairo dan IskaIsndariyah. Saluran telepon pertama antara kedua kota dipasang pada tahun 1881.[35] Pada bulan September 1999 sebuah proyek nasional untuk kebangkitan teknologi diumumkan yang mencerminkan komitmen pemerintah Mesir untuk mengembangkan sektor TI negara itu.
Pos
Egypt Post adalah perusahaan yang bertanggung jawab untuk layanan pos di Mesir. Didirikan pada tahun 1865, ini adalah salah satu lembaga pemerintahan tertua di negara ini. Mesir adalah salah satu dari 21 negara yang berkontribusi pada pendirian Universal Postal Union, awalnya bernama General Postal Union, sebagai penandatanganan Perjanjian Bern.
Media sosial
Pada September 2018, Mesir meratifikasi undang-undang yang memberi otoritas hak untuk memantau pengguna media sosial di negara itu sebagai bagian dari pengetatan kontrol internet.[36][37]
Di zaman modern, novelis dan penyair Mesir adalah yang pertama bereksperimen dengan metode modern dalam sastra Arab dan bentuk-bentuk yang mereka kembangkan ditiru secara luas. Ia menerbitkan yang pertama Novel Mesir yang modern Zainab "disutradarai oleh struktur Muhammad Husain Haekal pada tahun 1913 Ba sehari-hari Mesir . Novelis Mesir Naguib Mahfouz, yang penulis pertama dalam bahasa Arab untuk menang dengan Hadiah Nobel dalam sastra. Banyak buku dan film Mesir. Nawal El Saadawi terkenal dengan karya dan aktivisme feminisnya, dan Alifa Rifaat, yang juga menulis tentang perempuan dan tradisi, dikatakan sebagai genre sastra paling populer di kalangan orang Mesir.Hal ini diwakili oleh besar Perm Tunisia dan Ahmed Fouad Negm (Alvajuma) dan Salah Jaheen dan Abdel Rahman el-Abnudi.
Banyak buku dan film Mesir yang tersedia di seluruh yang Timur Tengah.
^"GINI index". World Bank. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 September 2021. Diakses tanggal 21 September 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^The ending of the Hebrew form is either a dual or an ending identical to the dual in form (perhaps a locative), and this has sometimes been taken as referring to the two kingdoms of Upper and Lower Egypt. However, the application of the (possibly) "dual" ending to some toponyms and other words, a development peculiar to Hebrew, does not in fact imply any "two-ness" about the place. The ending is found, for example, in the Hebrew words for such single entities as "water" (מַיִם), "noon" (צָהֳרַיִם), "sky/heaven" (שָׁמַיִם), and in the qere – but not the original ketiv – of "Jerusalem" (ירושל[י]ם). It should also be noted that the dual ending – which may or may not be what the -áyim in Mitzráyim actually represents – was available to other Semitic languages, such as Arabic, but was not applied to Egypt. See inter alia Aaron Demsky ("Hebrew Names in the Dual Form and the Toponym Yerushalayim" in Demsky (ed.) These Are the Names: Studies in Jewish Onomastics, Vol. 3 (Ramat Gan, 2002), pp. 11–20), Avi Hurvitz (A Concise Lexicon of Late Biblical Hebrew: Linguistic Innovations in the Writings of the Second Temple Period (Brill, 2014), p. 128) and Nadav Na’aman ("Shaaraim – The Gateway to the Kingdom of Judah" in The Journal of Hebrew Scriptures, Vol. 8 (2008), article no. 24Diarsipkan 2014-10-17 di Wayback Machine., pp. 2–3).
^Enders, Klaus. "Egypt: Reforms Trigger Economic Growth". International Monetary Fund. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 February 2011. Diakses tanggal 2 February 2011. In its most recent review of Egypt's economy, the IMF has said the expansion has broadened from energy, construction, and telecommunications to labor-intensive sectors such as agriculture and manufacturing.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Rania Al Malky. "et — Full Story". Egypttoday.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 February 2009. Diakses tanggal 25 August 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Fatima El Saadani (August 2006). "Etisalat Wins Third License". Business Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 August 2006. Diakses tanggal 21 August 2008.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ ab"Egypt". U.S. Energy Information Administration. 14 August 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 February 2015. Diakses tanggal 24 February 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Telecom Egypt - New Beginning". web.archive.org. 2013-11-14. Archived from the original on 2013-11-14. Diakses tanggal 2020-01-25.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)