Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Ganimede (satelit)

Simbol artikel pilihan
Artikel ini telah dinilai sebagai artikel pilihan pada 26 Juni 2013 (Pembicaraan artikel)
Ganimede
True-color image taken by the Galileo probe
Citra Ganimede yang diambil oleh wahana Galileo
Penemuan
Ditemukan olehG. Galilei
S. Marius
Tanggal penemuan7 Januari 1610
Penamaan
Jupiter III
Ciri-ciri orbit
Periapsis1 069 200 km[a]
Apoapsis1 071 600 km[b]
Jari-jari orbit rata-rata
1 070 400 km[1]
Eksentrisitas0,001 3[1]
7,154 552 96 hari[1]
Kecepatan orbit rata-rata
10,880 km/s
Inklinasi0,20° (dari khatulistiwa Jupiter)[1]
Satelit dariJupiter
Ciri-ciri fisik
Jari-jari rata-rata
2634,1 ± 0,3 km (0,413 Bumi)[2]
87,0 juta km2 (0,171 Bumi)[c]
Volume7,6 × 1010 km3 (0,0704 Bumi)[d]
Massa1.4819 × 1023 kg (0,025 Bumi)[2]
Massa jenis rata-rata
1,936 g/cm3[2]
1,428 m/s2 (0,146 g)[e]
2,741 km/s[f]
sinkron
0–0,33°[3]
Albedo0,43 ± 0,02[4]
Suhu permukaan min. rata-rata maks.
K 70[6] 110[6] 152[7]
4,61 (oposisi) [4]
4.38 (tahun 1951)[5]
Atmosfer
Tekanan permukaan
jejak
Komposisi per volumeoksigen[8]

Ganimede adalah satelit alami planet Jupiter dan merupakan satelit alami terbesar di Tata Surya. Ganimede adalah satelit terbesar ketujuh di Tata Surya dan satelit Galileo ketiga dari Jupiter.[9] Satelit ini mengitari planetnya selama tujuh hari. Ganimede turut serta dalam resonansi orbit 1:2:4 dengan satelit Europa dan Io. Satelit ini lebih besar diameternya dibanding planet Merkurius, namun massanya hanya sekitar setengahnya.[10]

Satelit ini sebagian besar terdiri dari batu silikat dan es air. Ganimede merupakan benda langit yang berdiferensiasi sepenuhnya dengan inti yang cair, kaya akan besi. Samudra air asin dipercaya ada pada hampir 200 km di bawah permukaan Ganimede, yang diapit lapisan-lapisan es.[11] Permukaannya terdiri dari dua macam bentuk medan permukaan. Daerah gelap, yang penuh akan kawah tubrukan yang berasal dari hingga 4 miliar tahun yang lalu, menutupi sepertiga permukaan satelit itu. Daerah yang lebih terang, yang dilewati oleh alur-alur dan punggung bukit yang besar dan hanya sedikit lebih tua, menutupi sisanya. Penyebab kacaunya geologi medan permukaan terang itu tidak sepenuhnya diketahui, namun mungkin karena aktivitas tektonik yang ditimbulkan oleh pemanasan pasang-surut.[2]

Ganimede adalah satu-satunya satelit dalam Tata Surya yang diketahui memiliki magnetosfer, yang mungkin timbul karena konveksi dalam inti besi cairnya.[12] Magnetosfer yang kecil itu terkubur oleh medan magnet Jupiter yang jauh lebih besar dan terhubung dengannya lewat garis medan terbuka. Satelit itu mempunyai atmosfer oksigen tipis yang termasuk O, O2, dan mungkin O3 (ozon).[8] Hidrogen atomik adalah penyusun atmosfer yang sedikit. Apakah satelit itu mempunyai ionosfer yang berkaitan dengan atmosfernya masih belum diketahui.[13]

Orang yang dihargai sebagai penemu Ganimede adalah Galileo Galilei. Ia merupakan astronom pertama yang mengamati satelit ini pada tahun 1610.[14] Nama satelit itu segera diusulkan oleh astronom Simon Marius. Marius mengusulkan Ganimede, pembawa cangkir dewa-dewi Yunani dan kesayangan Zeus.[15] Semenjak misi Pioneer 10, wahana angkasa telah mampu memeriksa Ganimede dari dekat.[16] Wahana Voyager memperbaiki pengukuran terhadapnya, sedangkan wahana Galileo menemukan samudra bawah tanah dan medan magnetnya. Misi baru ke satelit-satelit es Jupiter, Europa Jupiter System Mission (EJSM) diusulkan untuk diluncurkan pada tahun 2020.

Bersama Ganimede, Jupiter untuk saat ini diketahui memiliki 79 satelit.

Penemuan dan penamaan

Pada tanggal 11 Januari 1610, Galileo Galilei mengamati apa yang dia percaya adalah tiga bintang di dekat Jupiter; esok malamnya dia mengetahui bahwa mereka berpindah tempat. Dia menemukan bintang keempat yang diperkirakan, yang ternyata adalah Ganimede, tanggal 13 Januari. Pada 15 Januari, Galileo menyimpulkan bahwa bintang tersebut sebenarnya adalah benda yang mengorbit Jupiter.[17] Dia mengklaim hak untuk memberi nama satelit-satelit tersebut; dia memikirkan "Bintang-bintang Kosmian" lalu tiba pada "Bintang-bintang Medicean".[15]

Astronom Prancis Nicolas-Claude Fabri de Peiresc menyarankan nama individual dari keluarga Medici bagi satelit-satelit itu, namun usulannya tidak diperhitungkan.[15] Simon Marius, yang pada mulanya mengklaim telah menemukan satelit Galilean, mencoba menamai satelit-satelit tersebut "Saturnusnya Jupiter", "Jupiternya Jupiter" (yang ini adalah Ganimede), "Venusnya Jupiter", dan "Merkuriusnya Jupiter", tatanama lain yang tidak mendapat perhatian. Dari saran oleh Johannes Kepler, Marius sekali lagi mencoba memberi nama satelit-satelit itu:[15]

…Lalu ada Ganimede, anak Raja Tros yang tampan, yang oleh Jupiter, yang berubah bentuk menjadi elang, dibawa ke surga dipunggungnya, seperti yang diceritakan dengan lantang oleh penyajak … yang Ketiga, berdasarkan kebesaran cahayanya, Ganimede …[17]

Nama ini dan nama satelit Galilean lain tidak disukai dalam waktu sangat lama, dan tidak digunakan secara umum hingga pertengahan abad ke-20. Pada banyak literatur astronomi yang lebih awal, Ganimede disebut dengan penamaan angka Romawinya (sistem yang diperkenalkan oleh Galileo) seperti Jupiter III atau sebagai "satelit Jupiter yang ketiga". Mengikuti penemuan satelit-satelit Saturnus, sistem penamaan yang berdasarkan dari Kepler dan Marius digunakan untuk satelit-satelit Jupiter.[15] Ganimede merupakan satu-satunya satelit Galileo Jupiter yang dinamai dari tokoh laki-laki.

Orbit dan rotasi

Ganimede mengorbit Jupiter pada jarak 1 070 400 km, yang ketiga di antara satelit Galilean,[9] dan melengkapi revolusinya setiap tujuh hari tiga jam. Seperti kebanyakan satelit yang dikenal, Ganimede terkunci pasang-surut, dengan satu permukaan yang selalu mengarah ke planetnya.[18] Orbitnya sangat sedikit eksentrik dan mencondong ke ekuator Jupiter, dengan eksentrisitas dan inklinasi yang berubah secara quasiperiodik yang ditimbulkan oleh usikan gravitasi matahari dan planet dalam skala waktu berabad-abad. Kisaran perubahannya masing-masing dari 0,0009–0,0022 dan 0,05–0,32°.[19] Variasi orbit ini menyebabkan kemiringan sumbu (sudut antara sumbu rotasi dan sumbu orbit) bervariasi antara 0 dan 0,33°.[3]

Resonansi Laplace dari Ganimede, Europa, dan Io

Ganimede berparstisipasi dalam resonansi orbit dengan Europa dan Io: untuk setiap orbit Ganimede, Europa mengorbit dua kali dan Io mengorbit empat kali.[19][20] Konjungsi superior antara Io dan Europa selalu terjadi bila Io berada pada periapsis dan Europa pada apoapsis. Konjungsi superior antara Europa dan Ganimede terjadi jika Europa berada pada periapsis.[19] Garis bujur dari konjungsi Io–Europa dan Europa–Ganimede berubah dengan rerata yang sama, memungkinkan terjadinya konjungsi tripel. Resonansi yang rumit itu disebut resonansi Laplace.[21]

Resonansi Laplace yang ada saat ini tidak mampu menaikkan eksentrisitas orbit Ganimede kepada nilai yang lebih tinggi.[21] Nilainya sekitar 0,0013 mungkin merupakan sisa dari masa sebelumnya, saat penaikan nilai seperti itu memungkinkan.[20] Eksentrisitas orbit Ganimede agak membingungkan; jika ia tidak dinaikkan sekarang ia sudah hancur sejak lama karena disipasi pasang-surut di bagian dalam Ganimede.[21] Ini berarti bahwa episode terakhir dari naiknya eksentrisitas terjadi hanya dalam beberapa ratus juta tahun yang lalu.[21] Karena eksentrisitas Ganimede relatif rendah—rata-rata 0,0015[20]pemanasan pasang-surut dari satelit ini sekarang dapat diabaikan.[21] Akan tetapi, dahulu mungkin Ganimede melalui satu atau lebih resonansi mirip-Laplace[j] yang mampu menaikkan eksentrisitas orbitnya menjadi nilai setinggi 0,01–0,02.[2][21] Hal ini mungkin menyebabkan pemanasan yang penting di bagian dalam Ganimede; pembentukan dari permukaan berlekuk-lekuk mungkin merupakan hasil dari satu atau lebih episode pemanasan.[2][21]

Asal-mula resonansi Laplace antara Io, Europa, dan Ganimede tidak diketahui. Ada dua hipotesis: bahwa ia adalah primordial dan telah ada dari permulaan Tata Surya;[22] atau bahwa ia terbentuk setelah terbentuknya Tata Surya. Rentetan peristiwa yang mungkin adalah sebagai berikut: Io menaikkan pasang pada Jupiter, menyebabkan orbitnya mengembang hingga sampai pada resonansi 2:1 dengan Europa; setelah itu ekspansi berlanjut, tetapi sebagian momentum sudutnya dipindahkan ke Europa karena resonansi itu menyebabkan orbitnya juga mengembang; proses itu berlanjut hingga Europa sampai pada resonansi 2:1 dengan Ganimede.[21] Akhirnya rerata pergeseran konjungsi antara ketiga satelit itu tersinkronisasi dan terkunci dalam resonansi Laplace.[21]

Ciri-ciri fisik

Komposisi

Interior Ganimede

Kerapatan rata-rata Ganimede yang besarnya 1,936 g/cm3 menunjukkan komposisi materi bebatuan dan air yang hampir sama, dan air sebagian besar berwujud es.[2] Fraksi massa esnya adalah antara 46–50%, sedikit lebih rendah daripada yang ada di Kalisto.[23] Sejumlah es volatile tambahan seperti amonia mungkin juga ada.[23][24] Komposisi pasti dari bebatuan di Ganimede tidak diketahui, tetapi mungkin dekat pada komposisi kondrit biasa bertipe L/LL, yang bercirikan lebih sedikitnya besi total, lebih sedikit besi metalik dan lebih banyak besi oksida daripada kondrit H. Rasio berat besi dengan silikon adalah 1,05–1,27 pada Ganimede, sementara itu rasio Matahari sekitar 1,8.[23]

Permukaan Ganimede memiliki albedo sekitar 43%.[25] Es air tampaknya ada di mana saja di permukaannya, dengan fraksi massa 50–90%,[2] jauh lebih banyak daripada di Ganimede secara keseluruhan. Spektroskopi inframerah dekat mengungkapkan adanya pita serapan es air yang kuat pada panjang gelombang 1,04; 1,25; 1,5; 2,0 dan 3,0 μm.[25] Permukaan berlekuk-lekuk lebih terang dan lebih banyak komposisi esnya daripada permukaan gelap.[26] Analisis spektrum resolusi-tinggi, inframerah-dekat dan ultraviolet yang didapat oleh wahana antariksa Galileo dan dari permukaannya telah mengungkapkan beragam bahan bukan-air: karbon dioksida, belerang dioksida dan, mungkin, sianogen, hidrogen sulfat dan bermacam-macam senyawa organik.[2][27] Hasil-hasil Galileo juga telah menunjukkan magnesium sulfat (MgSO4) dan, mungkin, natrium sulfat (Na2SO4) pada permukaan Ganimede.[18][28] Garam-garam ini mungkin berasal dari samudra di bawah permukaan.[28]

Permukaan Ganimede asimetris; belahan depannya—yang menghadap ke arah gerakan orbit[g]—lebih terang daripada yang ada di belakang.[25] Ini mirip dengan Europa, namun yang sebaliknya terjadi dengan Kalisto.[25] Belahan belakang Ganimede tampaknya kaya akan belerang dioksida.[29][30] Sebaran karbon dioksida tidak menunjukkan asimetri belahan apapun, meski ia tidak teramati dekat kutub.[27][31] Kawah tubrukan di permukaan Ganimede (kecuali satu) tidak menunjukkan kayanya kandungan karbon dioksida, yang juga membedakannya dari Kalisto. Level karbon dioksida Ganimede mungkin habis pada masa dahulu.[31]

Struktur internal

Perbatasan yang jelas membagi Nicholson Regio yang gelap dari Harpagia Sulcus yang terang

Ganimede tampaknya berdiferensiasi sepenuhnya, terdiri atas inti besi sulfidabesi, mantel silikat dan mantel es luar.[2][32] Model ini didukung oleh rendahnya nilai momen inersia yang [h] takberdimensi—0,3105 ± 0,0028—yang diukur selama terbang mendekat Galileo.[2][32] Kenyataannya, momen inersia Ganimede adalah yang terendah di antara benda-benda Tata Surya. Keberadaan inti cair kaya besi memberikan penjelasan ilmiah bagi medan magnet intrinsik Ganimede yang terdeteksi oleh Galileo.[33] Konveksi dalam besi cair, yang daya hantar listriknya tinggi, adalah model yang paling diterima dari pembangkitan medan magnetik.[12]

Ketebalan yang tepat dari lapisan-lapisan yang berbeda pada interior Ganimede bergantung dari asumsi komposisi silikat (fraksi olivin dan piroksen) dan banyaknya belerang di inti itu.[23][32] Nilai yang paling mungkin adalah 700–900 km untuk jari-jari inti dan 800–1000 km untuk ketebalan mantel es luar, dengan sisanya terbuat dari mantel silikat.[32][33][34][35] Kerapatan inti itu adalah 5,5–6 g/cm3 dan mantel silikat itu adalah 3,4–3,6 g/cm3.[23][32][33][34] Beberapa model pembangkitan medan magnetik memerlukan adanya inti solid yang terdiri dari besi murni di dalam inti Fe–FeS cair— mirip dengan struktur inti Bumi. Jari-jari inti ini mungkin mencapai 500 km.[33] Suhu inti Ganimede mungkin 1500–1700 K dengan tekanan hingga 100 kBar (10 Gpa).[32][33]

Kenampakan permukaan

Mosaik gambar Voyager 2 dari belahan anti-Jupiter Ganimede. Daerah gelap purba dari Galileo Regio terletak di kanan atas. Daerah tersebut terpisah dari daerah gelap yang lebih kecil di Marius Regio di kirinya oleh pita Uruk Sulcus yang lebih terang dan lebih muda. Es tawar yang dikeluarkan dari kawah Osiris yang relatif baru mengakibatkan berkas cahaya terang di bawah.

Permukaan Ganymedian adalah campuran dari dua tipe medan permukaan: daerah gelap dengan sangat banyak kawah tubrukan serta sangat tua, daerah gelap dan daerah yang lebih terang yang agak lebih muda (tapi masih purba) ditandai dengan banyaknya jajaran lekukan serta punggung bukit. Medan permukaan gelap, yang merupakan sekitar sepertiga permukaannya,[36] mengandung lumpur dan bahan organik yang dapat menandakan komposisi dari benda penubruk dari mana satelit-satelit Jupiter terakresi.[37]

Mekanisme pemanasan yang diperlukan untuk membentuk medan berlekuk-lekuk pada permukaan Ganimede merupakan problem yang tak terpecahkan dalam ilmu keplanetan. Pandangan modern adalah bahwa medan berlekuk itu sifatnya terutama tektonik.[2] Kriovulkanisme dianggap hanya berperan kecil, kalau ada.[2] gaya yang menyebabkan tekanan yang kuat pada litosfer es Ganymedian yang perlu untuk memulai aktivitas tektonik mungkin berhubungan dengan peristiwa pemanasan pasang-surut dahulu kala, mungkin timbul saat satelit itu melewati resonansi orbital yang tidak stabil.[2][38] Pemuluran pasang-surut terhadap es mungkin telah memanaskan interiornya dan menegangkan litosfernya, menimbulkan terbentuknya retakan serta patahan sembul dan graben, yang menghilangkan medan yang terang dan tua pada 70% permukaannya.[2][39] Pembentukan medan berlekuk-lekuk mungkin juga berkaitan dengan pembentukan inti mula-mula serta pemanasan pasang-surut lanjutan pada bagian dalam satelit itu, yang menyebabkan sedikit mengembangnya Ganimede sebesar 1–6% akibat perubahan wujud zat pada es dan pemuaian termal.[2] Selatam evolusi lanjutan, semburan air yang dalam dan panas mungkin muncul dari inti ke permukaannya, menimbulkan deformasi tektonik pada litosfer.[40] Pemanasan radiogenik di dalam satelit adalah sumber panas yang paling relevan pada saat ini, menyebabkan, contohnya, pada kedalaman samudranya. Model riset telah ditemukan bahwa jika eksentrisitas orbitnya berada pada besar yang lebih daripada yang ada sekarang (seperti yang ada pada masa lalu) pemanasan pasang-surut akan menjadi sumber panas yang lebih penting daripada pemanasan radiogenik.[41]

Kawah tubrukan yang baru pada permukaan berlekuk di Ganimede

Keberadaan kawah terlihat pada kedua tipe medan permukaan Ganimede, namun banyak terjadi pada permukaan gelap: tampaknya ia jenuh dengan kawah tubrukan dan telah sangat berevolusi melalui peristiwa tabrakan.[2] Di permukaan berlekuk yang lebih terang terdapat lebih sedikit kenampakan tubrukan, yang hanya memiliki sekidit kepentingan pada evolusi tektoniknya.[2] Kerapatan kawah menandakan usia 4 miliar tahun bagi permukaan gelap, mirip dengan dataran tinggi Bulan, dan agak lebih muda bagi permukaan berlekuk (namun seberapa lebih muda tidak diketahui).[42] Mungkin Ganimede telah mengalami satu periode sangat banyaknya pembentukan kawah pada 3,5 sampai 4 miliar tahun yang lalu seperti yang terjadi pada Bulan.[42] Jika benar, kebanyakan tubrukan terjadi pada masa tersebut, sedangkan tingkat pembentukan kawah menjadi lebih kecil sejak saat itu.[10] Kawah-kawah itu saling tumpang tindih dan dilewati oleh sistem lekukan permukaannya. Ini menandakan bahwa beberapa lekukan itu umurnya sudah cukup tua. Kawah yang relatif muda dengan pancaran-pancaran juga kentara.[10][43] Kawah-kawah Ganymedian lebih pipih daripada kawah di Bulan dan Merkurius. Hal ini mungkin karena sifat kerak es Ganimede yang relatif lemah, sehingga mungkin dapat mengalir dan melunakkan reliefnya. Kawah purba yang reliefnya telah menghilang hanya meninggalkan jejak kawah yang dikenal sebagai palimpsest.[10]

Satu kenampakan penting lain pada Ganimede adalah dataran gelap yang diberi nama Galileo Regio, yang terdiri dari serangkaian lekukan atau alur-alur sepusat, yang mungkin terbentuk selama suatu periode aktivitas geologis.[44] Ciri menonjol lainnya pada Ganimede adalah tutupan kutub yang mungkin terdiri atas es air. Es itu meluas hingga 40° lintangnya.[18] Kap kutub ini terlihat pertama kali oleh wahana angkasa Voyager. Teori-teori terhadap pembentukan kap-kap itu di antaranya berpindahnya air ke lintang yang lebih tinggi dan pengeboman oleh plasma es. Data dari wahana Galileo mengindikasikan bahwa yang belakangan adalah benar.[45]

Atmosfer dan ionosfer

Pada tahun 1972, satu tim yang terdiri atas astronom India, Inggris dan Amerika yang sedang bekerja di Observatorium Bosscha, Indonesia mengklaim bahwa mereka telah mendeteksi atmosfer tipis disekitar satelit itu selama okultasi, saat Ganimede dan Jupiter lewat di depan sebuah bintang.[46] Mereka memperkirakan bahwa tekanan permukaannya sekitar 1 μBar (0,1 Pa).[46] Akan tetapi, tahun 1979 Voyager 1 mengamati okultasi bintang (κ Centauri) selama ia terbang melintas pada planet itu, dengan hasil yang berbeda.[47] Pengukuran okultasi itu dilakukan dalam spektrum ultraviolet-jauh dengan panjang gelombang lebih pendek daripada 200 nm; mereka lebih peka terhadap keberadaan gas daripada pengukuran dalam spektrum optik pada tahun 1972. Tidak ada atmosfer yang terungkap dalam data Voyager. Batas atas pada densitas jumlah partikel permukaan ditemukan bernilai 1,5 × 109 cm−3, yang berkaitan dengan tekanan permukaan yang kurang dari 2,5 × 10−5 μBar.[47] Nilai yang belakangan hampir sebesar lima kali daripada yang terukur pada tahun 1972, menandakan bahwa interpretasi yang lebih awal terlalu optimistik.[47]

Meski ada data Voyager, bukti akan atmosfer oksigen tipis di Ganimede, yang sangat mirip dengan yang ada di Europa, ditemukan oleh teleskop luar angkasa Hubble pada tahun 1995.[8][48] Sebenarnya teleskop Hubble mengamati pijaran udara dari oksigen atomik pada ultraviolet-jauh pada panjang gelombang 130,4 nm dan 135,6 nm. Pijaran udara semacam itu tereksitasi saat oksigen molekuler terdisosiasi oleh tumbukan elektron,[8] bukti dari atmosfer netral yang penting terutama terdiri dari molekul O2. Kerapatan jumlah permukaan mungkin terletak antara 1,2–7 × 108 cm−3, berkaitan dengan tekanan permukaan 0,2–1,2 × 10−5 μBar.[8][i] Nilai ini sesuai dengan batas atas Voyager yang ditetapkan tahun 1981. Oksigen bukanlah bukti adanya kehidupan; ia dianggap dihasilkan saat es air pada permukaan Ganimede terpecah menjadi hidrogen dan oksigen oleh radiasi, dengan hidrogen kemudian dengan cepat menghilang karena rendahnya massa atomnya.[48] Pijaran udara yang diamati di Ganimede tidaklah homogen seperti di Europa. Teleskop Hubble mengamati dua bintik terang yang terletak di belahan utara dan selatan, dekat lintang ± 50°0, yang tepat merupakan batas antara garis medan terbuka dan tertutup dari magnetosfer Ganymedian (lihat bawah).[49] Bintik terang itu mungkin adalah aurora, yang disebabkan oleh presipitasi plasma di sepanjang garis medan terbuka.[50]

Warna semu peta suhu Ganimede

Adanya atmosfer netral mengimplikasikan bahwa ionosfer mestilah ada, karena molekul oksigen terionisasi oleh tumbukan elektron berenergi yang datang dari magnetosfer[51] dan oleh radiasi UV ekstrem dari matahari.[13] Namun, sifat ionosfer Ganymedian sekontroversial sifat atmosfernya. Beberapa pengukuran wahana Galileo menemukan kenaikan kerapatan elektron dekat satelit itu, menyarankan adanya ionosfer, sementara data lainnya gagal mendeteksi apapun.[13] Kerapatan elektron dekat permukaan diperkirakan oleh sumber-sumber yang berbeda terletak pada kisaran 400–2.500 cm−3.[13] Hingga tahun 2008, parameter dari ionosfer Ganimede tidak begitu diketahui batasannya.

Bukti tambahan tentang keberadaan oksigen berasal dari deteksi spektrum gas yang terperangkap di es di permukaan Ganimede. Pendeteksian pita Ozon (O3) diumumkan pada tahun 1996.[52] Tahun 1997, analisis spektroskopik mengungkapkan sifat menyerap dimer (atau diatom) dari oksigen molekuler. Penyerapan itu hanya dapat terjadi jika oksigen berada pada fase yang padat. Calon terbaik adalah oksigen molekuler terperangkap dalam es. Dalamnya pita serapan dimer tergantung pada garis lintang dan garis bujur, bukan dari albedo permukaannya—mereka cenderung turun dengan naiknya garis lintang pada Ganimede, sedangkan O3 menunjukkan efek yang sebaliknya.[53] Kerja di laboratorium menemukan bahwa O2 tidak akan mengelompok dan membentuk gelembung tetapi akan larut dalam es pada suhu permukaan Ganimede yang relatif hangat pada 100 K.[54]

Pencarian terhadap natrium di atmosfernya, tak lama setelah penemuannya di Europa, tak menghasilkan apapun pada tahun 1997. Natrium setidaknya 13 kali kurang melimpah di sekitar Ganimede daripada di sekitar Europa, mungkin karena kekurangan relatif di permukaannya atau karena magnetosfernya memerangkap partikel berenergi.[55] Penyusun lain yang sedikit dari atmosfer ganymedian adalah hidrogen atomik. Atom hidrogen diamati sejauh 3.000 km dari permukaan satelit itu. Kerapatan mereka di permukaan Ganimede adalah sekitar 1,5 × 104 cm−3.[56]

Magnetosfer

Gambar dari wahana Galileo dengan pengayaan warna dari permukaan belakang Ganimede[57]

Wahana Galileo melakuakan enam kali terbang rendah pada Ganimede dari tahun 1995–2000 (G1, G2, G7, G8, G28 dan G29)[12] dan menemukan bahwa Ganimede memiliki momen magnet (intrinsik) yang permanen yang bebas dari medan magnet Jupiter.[58] Momen tersebut nilainya sekitar 1,3 × 1013 T·m3,[12] yang tiga kali lebih besar daripada momen magnet Merkurius. Dipol magnetiknya miring terhadap sumbu rotasi Ganimede sebesar 176°, yang berarti bahwa arahnya berlawanan dengan momen magnet Jupiter.[12] Kutub utaranya terletak di bawah bidang orbitnya. Medan magnetik dipolnya yang timbul karena momen permanen ini besarnya 719 ± 2 nT di ekuator satelit itu,[12] yang bila dibandingkan dengan medan magnet Jupiter pada jarak Ganimede—sekitar 120 nT.[58] Medan ekuator Ganimede berlawanan arah dengan medan Jupiter, yang berarti rekoneksi adalah mungkin. Kekuatan medan intrinsik di kutub adalah dua kali kekuatan di ekuator—1440 nT.[12]

Momen magnetik permanen itu melewati satu bagian ruang di sekitar Ganimede, membuat magnetosfer kecil tertanam dalam magnetosfer Jupiter; ia merupakan satu-satunya satelit dalam Tata Surya yang diketahui memiliki ciri tersebut.[58] Diameternya 4–5 RG (RG = 2,631.2 km).[59] Magnetosfer Ganimede memiliki daerah dengan garis medan tertutup yang terletak di bawah garis lintang 30°, dimana partikel bermuatan (elektron dan ion) terperangkap, membuat semacam sabuk radiasi.[59] Spesies ion utama di magnetosfernya adalah oksigen tunggal terionisasi—O+[13]—yang sesuai dengan atmosfer oksigen tipis di satelit itu. Di daerah kap kutub, di garis lintang yang lebih tinggi daripada 30°, garis medan magnetiknya terbuka, menghubungkan Ganimede dengan ionosfer Jupiter.[59] Di area ini, elektron dan ion berenergi (puluhan dan ratusan keV) telah terdeteksi,[51] yang mungkin menyebabkan aurora yang diamati di sekitar kutub ganymedian.[49] Selain itu, ion-ion berat terus-menerus berjatuhan di permukaan kutub satelit itu, melemparkan atom-atom es dan menggelapkan es itu di sana.[51]

Medan magnet satelit Jupiter, Ganimede, yang tertanam dalam medan magnetosfer Jupiter. Garis medan tertutup ditandai dengan warna hijau

Intraksi antara magnetosfer ganymedian dan plasma Jupiter dalam banyak segi mirip dengan yang terjadi antara angin surya dan magnetosfer Bumi..[59][60] Plasma yang turut berputar segerakan dengan Jupiter itu menimpa sisi belakang magnetosfer ganymedian sangat mirip dengan angin surya menimpa magnetosfer Bumi. Perbedaan utamanya adalah kecepatan aliran plasma—supersonik dalam kasus Bumi dan subsonik dalam kasus Ganimede. Karena aliran subsonik itu, tidak ada kejutan busur di lepas permukaan belakang Ganimede.[60]

Selain momen magnet intrinsik, Ganimede mempunyai medan magnet dipol terinduksi.[12] Keberadaannya berkaitan dengan variasi medan magnet Jupiter dekat satelit itu. Momen terinduksi tersebut berarah radial ke atau dari Jupiter mengikuti arah bagian yang bervariasi dari medan magnet planet itu. Momen magnetik terinduksi itu lebih lemah daripada yang intrinsik. Kuat medan dari medan yang terinduksi di ekuator magnetik adalah sekitar 60 nT—setengah dari kuat medan di sekitar Jupiter.[12] Medan magnetik terinduksi Ganimede mirip dengan milik Kalisto dan Europa, menandakan bahwa satelit ini juga memiliki samudra air di bawah permukaannya dengan daya hantar listrik yang tinggi.[12]

Dengan diketahui bahwa Ganimede berdiferensiasi sepenuhnya dan memiliki inti metalik,[2][33] mdan magnetik intrinsiknya mungkin timbul dengan cara yang sama dengan Bumi: hasilnya material penghantar bergerak di bagian dalamnya.[12][33] Medan magnet yang dideteksi di sekitar Ganimede mungkin disebabkan oleh konveski bahan penyusun di intinya,[33] jika medan magnet itu hasil dari aksi dinamo, atau magnetokonveksi.[12][61]

Meski ada inti besi, magnetosfer Ganimede tetap menjadi teka-teki, terutama dengan diketahui bahwa benda-benda yang serupa tidak punya ciri seperti itu.[2] Beberapa penelitian menyarankan bahwa, dengan ukurannya yang relatif kecil, intinya mestinya telah cukup mendingin ke titik dimana gerakan fluida dan medan magnet tidak bertahan keberadaannya. Satu penjelasan adalah bahwa resonasi orbit yang sama yang diajukan telah mengacaukan permukaannya juga memungkinkan medan magnetik tetap ada: dengan eksentrisitas Ganimede naik dan pemanasan pasang-surut meningkat selama resonansi itu, mantelnya mungkin telah mengisolasi inti itu, mencegahnya mendingin.[39] Penjelasan lain adalah kemagnetan sisa dari bebatuan silikat di mantelnya, yang mungkin jika satelit itu punya lebih banyak medan yang dibangkitkan oleh dinamo pada masa lalu.[2]

Asal usul dan evolusi

Ganimede mungkin terbentuk oleh akresi pada anak nebula Jupiter, piringan gas dan debu yang menyelimuti Jupiter setelah pembentukannya.[62] Akresi Ganimede mungkin berlangsung selama sekitar 10 000 tahun,[63] jauh lebih singkat daripada 100 000 tahun perkiraan untuk Kalisto. Anak nebula Jupiter itu mungkin relatif "lapar-gas" saat satelit-satelit Galilean terbentuk; ini mungkin memungkinkan lamanya waktu akresi yang diperlukan untuk Kalisto.[62] Kontras dengan itu Ganimede terbentuk lebih dekat pada Jupiter, dimana anak nebula lebih padat, yang menjelaskan singkatnya skala waktu pembentukannya.[63] Pembentukan yang relatif cepat ini menghindari lepasnya panas akresi, yang menyebabkan cairnya es dan diferensiasi planet: pemisahan batu dan es. Batu-batu ini berada di tengah membentuk inti. Dalam hal ini, Ganimede berbeda dari Kalisto, yang gagal mencair dan berdiferensiasi lebih awal karena hilangnya panas akresi selama pembentukannya yang lebih lambat.[64] Hipotesis ini menjelaskan kenapa dua satelit Jupiter itu tampak tidak mirip, meski massa dan komposisinya mirip.[35][64]

Setelah terbentuk, inti ganymedian mempertahankan sebagian besar panas yang terakumulasi selama akresi dan diferensiasi, hanya melepaskannya dengan lambat ke mantel es seperti semacam baterai termal.[64] Selanjutnya, mantelnya, memindahkannya ke permukaan dengan cara konveksi.[35] Segera, peluruhan unsur-unsur radioaktif dalam bebatuan memanaskan inti itu lebih jauh, menyebabkan diferensiasi yang meningkat: inti besibesi sulfida dalam dan mantel silikat terbentuk.[33][64] Dengan ini, Ganimede menjadi benda yang berdiferensiasi sepenuhnya. Sebagai perbandingan, pemanasan radioaktif dari Kalisto yang tidak berdiferensiasi menyebabkan konveksi dalam interiornya yang ber-es, yang mendinginkannya dengan efektif dan menghindari pencairan es skala besar dan diferensiasi yang cepat.[65] Gerakan konvektif di Kalisto hanya menyebabkan pemisahan batu dan es secara parsial.[65] Sekarang, Ganimede terus mendingin dengan perlahan.[33] Panas yang dibebaskan dari inti dan mantel silikatnya memungkinkan adanya samudra di bawah permukaan,[24] sementara pendinginan lambat inti Fe–FeS cair menyebabkan konveksi dan mendukung terbentuknya medan magnet.[33] Fluks panas yang keluar dari Ganimede mungkin lebih tinggi daripada yang keluar dari Kalisto.[64]

Penjelajahan

Wahana Voyager

Beberapa wahana yang terbang melintasi atau mengorbit Jupiter telah menjelajahi Ganimede secara rinci. Wahana pertama yang menjelajahi adalah Pioneer 10 dan Pioneer 11,[16] namun keduanya tidak mengembalikan banyak informasi tentang satelit itu.[66] Voyager 1 dan Voyager 2 berikutnya, melewati Ganimede pada tahun 1979. Mereka memperbaiki ukurannya, mengungkapkan bahwa ia lebih besar daripada satelit Saturnus, Titan, yang sebelumnya dianggap lebih besar.[67] Permukaannya yang berlekuk-lekuk juga kelihatan.[68]

Pada tahun 1995, wahana Galileo memasuki orbit Jupiter dan antara tahun 1996 dan 2000 melakukan enam penerbangan dekat untuk menjelajahi Ganimede.[18] Penerbangan dekat ini adalah G1, G2, G7, G8, G28 dan G29.[12] Selama terbang terdekat—G2—Galileo berada hanya 264 km dari permukaan Ganimede.[12] Selama penerbangan G1 pada tahun 1996, medan magnetik ganymedian ditemukan,[69] sementara itu penemuan samudra diumumkan tahun 2001.[12][18] Galileo memancarkan sejumlah besar gambar spektrum dan menemukan beberapa senyawa non-es di permukaan Ganimede.[27] Wahana angkasa terkini yang menjelajahi Ganimede dari dekat adalah New Horizons, yang melewatinya pada tahun 2007 dalam perjalanannya menuju Pluto. New Horizons membuat peta topografi dan komposisi dari Ganimede saat ia lewat.[70][71]

Diajukan untuk diluncurkan pada tahun 2020, Europa Jupiter System Mission (EJSM) adalah usulan gabungan NASA/ESA untuk menjalajahi satelit-satelit Jupiter. EJSM terdiri dari Jupiter Europa Orbiter yang dipimpin NASA, Jupiter Ganymede Orbiter yang dipimpin ESA, dan mungkin Jupiter Magnetospheric Orbiter yang dipimpin JAXA. Namun, pada bulan Februari 2009, diumumkan bahwa ESA/NASA telah memprioritaskan misi ini daripada Titan Saturn System Mission.[72] Selain itu, proyek ini masih harus bersaing dengan proyek ESA lainnya untuk memperoleh dana.[73]

Satu usulan yang dibatalkan untuk mengorbit Ganimede adalah Jupiter Icy Moons Orbiter. Fisi nuklir akan digunakan untuk memberi tenaga wahana itu, yang akan mampu mempelajari Ganimede secara rinci.[74] Akan tetapi, misi itu dibatalkan tahun 2005 karena pemotongan anggaran.[75] Usulan lama lain disebut The Grandeur of Ganymede.[37]

Catatan

  1. ^ Periapsis diturunkan dari sumbu semimayor a dan eksentrisitas e: .
  2. ^ Apoapsis diturunkan dari sumbu semimayor a dan eksentrisitas e: .
  3. ^ Luas permukaan diturunkan dari jari-jari r: .
  4. ^ Volume v diturunkan dari jari-jari r: .
  5. ^ Gravitasi permukaan diturunkan dari massa m, tetapan gravitasi G dan jari-jari r: .
  6. ^ Kecepatan lepas diturunkan dari massa m, tetapan gravitasi G dan jari-jari r: .
  7. ^ Belahan depan adalah belahan yang menghadap ke arah gerakan orbit, belahan belakang adalah yang menghadap ke arah sebaliknya.
  8. ^ Momen inersia tak berdimensi yang disebut adalah I/(mr²), dimana I adalah Momen Inersia, m adalah massa, dan r adalah jari-jari maksimum. Nilainya 0,4 untuk benda bulat seragam, namun kurang dari 0,4 jika berat jenisnya naik seiring dengan meningkatnya kedalaman.
  9. ^ kerapatan dan tekanan bilangan permukaan dihitung dari kerapatan kolom yang dilaporkan dalam Hall, dkk. 1998, dengan asumsi tinggi skala 20 km dan suhu 120 K.
  10. ^Resonansi mirip-Laplace adalah serupa dengan resonansi Laplace yang ada sekarang di antara bulan-bulan Galilean dengan perbedaan satu-satunya adalah garis bujur konjungsi Io–Europa dan Europa–Ganimede berubah dengan rerata, yang rasionya adalah bilangan rasional—tidak menjadi satu seperti pada resonansi Laplace

Referensi

  1. ^ a b c d "Planetary Satellite Mean Orbital Parameters". Jet Propulsion Laboratory, California Institute of Technology. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-03. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Showman, Adam P. (1999). "The Galilean Satellites" (pdf). Science. 286: 77–84. doi:10.1126/science.286.5437.77. PMID 10506564. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2011-05-14. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  3. ^ a b Bills, Bruce G. (2005). "Free and forced obliquities of the Galilean satellites of Jupiter". Icarus. 175: 233–247. doi:10.1016/j.icarus.2004.10.028. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  4. ^ a b Yeomans, Donald K. (2006-07-13). "Planetary Satellite Physical Parameters". JPL Solar System Dynamics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-01. Diakses tanggal 2007-11-05. 
  5. ^ Yeomans and Chamberlin. "Horizon Online Ephemeris System for Ganymede (Major Body 503)". California Institute of Technology, Jet Propulsion Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-02. Diakses tanggal 2010-04-14.  (4.38 on 1951-Oct-03)
  6. ^ a b Delitsky, Mona L. (1998). "Ice chemistry of Galilean satellites" (PDF). J.of Geophys. Res. 103 (E13): 31,391–31,403. doi:10.1029/1998JE900020. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  7. ^ Orton, G.S. (1996). "Galileo Photopolarimeter-radiometer observations of Jupiter and the Galilean Satellites". Science. 274: 389–391. doi:10.1126/science.274.5286.389. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-31. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  8. ^ a b c d e Hall, D.T. (1998). "The Far-Ultraviolet Oxygen Airglow of Europa and Ganymede". The Astrophysical Journal. 499: 475–481. doi:10.1086/305604. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  9. ^ a b "Jupiter's Moons". The Planetary Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-08. Diakses tanggal 2007-12-07. 
  10. ^ a b c d "Ganymede". nineplanets.org. October 31, 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-27. Diakses tanggal 2008-02-27. 
  11. ^ "Solar System's largest moon likely has a hidden ocean". Jet Propulsion Laboratory. NASA. 2000-12-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-17. Diakses tanggal 2008-01-11. 
  12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Kivelson, M.G. (2002). "The Permanent and Inductive Magnetic Moments of Ganymede" (pdf). Icarus. 157: 507–522. doi:10.1006/icar.2002.6834. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  13. ^ a b c d e Eviatar, Aharon (2001). "The ionosphere of Ganymede" (ps). Plan.Space Sci. 49: 327–336. doi:10.1016/S0032-0633(00)00154-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-14. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  14. ^ "Sidereus Nuncius". Eastern Michigan University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-23. Diakses tanggal 2008-01-11. 
  15. ^ a b c d e "Satellites of Jupiter". The Galileo Project. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-01. Diakses tanggal 2007-11-24. 
  16. ^ a b "Pioneer 11". Solar System Exploration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-02. Diakses tanggal 2008-01-06. 
  17. ^ a b "The Discovery of the Galilean Satellites". Views of the Solar System. Space Research Institute, Russian Academy of Sciences. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-18. Diakses tanggal 2007-11-24. 
  18. ^ a b c d e Miller, Ron (2005). The Grand Tour: A Traveler's Guide to the Solar System (edisi ke-3rd). Thailand: Workman Publishing. hlm. 108–114. ISBN 0-7611-3547-2. 
  19. ^ a b c Musotto, Susanna (2002). "Numerical Simulations of the Orbits of the Galilean Satellites". Icarus. 159: 500–504. doi:10.1006/icar.2002.6939. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-24. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  20. ^ a b c "High Tide on Europa". SPACE.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-12-02. Diakses tanggal 2007-12-07. 
  21. ^ a b c d e f g h i Showman, Adam P. (1997). "Tidal Evolution into the Laplace Resonance and the Resurfacing of Ganymede" (pdf). Icarus. 127: 93–111. doi:10.1006/icar.1996.5669. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2011-05-14. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  22. ^ Peale, S.J. (2002). "A Primordial Origin of the Laplace Relation Among the Galilean Satellites". Science. 298: 593–597. doi:10.1126/science.1076557. PMID 12386333. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  23. ^ a b c d e Kuskov, O.L. (2005). "Internal structure of Europa and Callisto". Icarus. 177: 550–369. doi:10.1016/j.icarus.2005.04.014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  24. ^ a b Spohn, T. (2003). "Oceans in the icy Galilean satellites of Jupiter?" (PDF). Icarus. 161: 456–467. doi:10.1016/S0019-1035(02)00048-9. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2008-02-27. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  25. ^ a b c d Calvin, Wendy M. (1995). "Spectra of the ice Galilean satellites from 0.2 to 5 µm: A compilation, new observations, and a recent summary". J.of Geophys. Res. 100: 19,041–19,048. doi:10.1029/94JE03349. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  26. ^ "Ganymede: the Giant Moon". Wayne RESA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-02. Diakses tanggal 2007-12-31. 
  27. ^ a b c McCord, T.B. (1998). "Non-water-ice constituents in the surface material of the icy Galilelean satellites from Galileo near-infrared mapping spectrometer investigation". J. Of Geophys. Res. 103 (E4): 8,603–8,626. doi:10.1029/98JE00788. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  28. ^ a b McCord, Thomas B. (2001). "Hydrated Salt Minerals on Ganymede's Surface: Evidence of an Ocean Below". Science. 292: 1523–1525. doi:10.1126/science.1059916. PMID 11375486. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  29. ^ Domingue, Deborah (1996). "Evidence from IUE for Spatial and Temporal Variations in the Surface Composition of the Icy Galilean Satellites". Bulletin of the American Astronomical Society. 28: 1070. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  30. ^ Domingue, Deborah L. (1998). "IEU's detection of tenuous SO2 frost on Ganymede and its rapid time variability". Geophys. Res. Lett. 25 (16): 3,117–3,120. doi:10.1029/98GL02386. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  31. ^ a b Hibbitts, C.A. (2003). "Carbon dioxide on Ganymede". J.of Geophys. Res. 108 (E5): 5,036. doi:10.1029/2002JE001956. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  32. ^ a b c d e f Sohl, F. (2002). "Implications from Galileo Observations on the Interior Structure and Chemistry of the Galilean Satellites". Icarus. 157: 104–119. doi:10.1006/icar.2002.6828. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  33. ^ a b c d e f g h i j k Hauk, Steven A. (2006). "Sulfur's impact on core evolution and magnetic field generation on Ganymede" (PDF). J. Of Geophys. Res. 111: E09008. doi:10.1029/2005JE002557. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2008-02-27. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  34. ^ a b Kuskov, O.L. (2005). "Internal Structure of Icy Satellites of Jupiter" (pdf). Geophysical Research Abstracts. European Geosciences Union. 7: 01892. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  35. ^ a b c Freeman, J. (2006). "Non-Newtonian stagnant lid convection and the thermal evolution of Ganymede and Callisto" (PDF). Planetary and Space Science. 54: 2–14. doi:10.1016/j.pss.2005.10.003. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2007-08-24. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  36. ^ Petterson, Wesley (2007). "A Global Geologic Map of Ganymede" (pdf). Lunar and Planetary Science. XXXVIII: 1098. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  37. ^ a b Pappalardo, R.T. (2001). "The Grandeur of Ganymede: Suggested Goals for an Orbiter Mission" (pdf). Lunar and Planetary Science. XXXII: 4062. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  38. ^ Showman, Adam P. (1997). "Coupled Orbital and Thermal Evolution of Ganymede" (pdf). Icarus. 129: 367–383. doi:10.1006/icar.1997.5778. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2019-06-03. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  39. ^ a b Bland (2007). "Ganymede's orbital and thermal evolution and its effect on magnetic field generation" (pdf). Lunar and Planetary Society Conference. 38: 2020. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  40. ^ Barr, A.C. (2001). "Rise of Deep Melt into Ganymede's Ocean and Implications for Astrobiology" (pdf). Lunar and Planetary Science Conference. 32: 1781. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  41. ^ Huffmann, H. (2004). "Internal Structure and Tidal Heating of Ganymede" (PDF). European Geosciences Union, Geophysical Research Abstracts. 6. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  42. ^ a b Zahnle, K. (1998). "Cratering Rates on the Galilean Satellites" (PDF). Icarus. 136: 202–222. doi:10.1006/icar.1998.6015. Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2008-02-27. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  43. ^ "Ganymede". Lunar and Planetary Institute. 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-11. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  44. ^ Casacchia, R. (1984). "Geologic evolution of Galileo Regio". Journal of Geophysical Research. 89: B419–B428. Bibcode:1984LPSC...14..419C. doi:10.1029/JB089iS02p0B419. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  45. ^ Khurana, Krishan K. (2007). "The origin of Ganymede's polar caps". Icarus. 191 (1): 193–202. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  46. ^ a b Carlson, R.W. (1973). "Atmosphere of Ganymede from its occultation of SAO 186800 on 7 June 1972". Science. 53: 182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  47. ^ a b c Broadfoot, A.L. (1981). "Overview of the Voyager Ultraviolet Spectrometry Results through Jupiter Encounter" (pdf). Science. 86: 8259–8284. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  48. ^ a b "Hubble Finds Thin Oxygen Atmosphere on Ganymede". Jet Propulsion Laboratory. NASA. 1996. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-25. Diakses tanggal 2008-01-15. 
  49. ^ a b Feldman, Paul D. (2000). "HST/STIS Ultraviolet Imaging of Polar Aurora on Ganymede". The Astrophysical Journal. 535: 1085–1090. doi:10.1086/308889. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  50. ^ Johnson, R.E. (1997). "Polar "Caps" on Ganymede and Io Revisited". Icarus. 128 (2): 469–471. doi:10.1006/icar.1997.5746. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  51. ^ a b c Paranicas, C. (1999). "Energetic particles observations near Ganymede". J.of Geophys.Res. 104 (A8): 17,459–17,469. doi:10.1029/1999JA900199. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  52. ^ Noll, Keith S. (1996). "Detection of Ozone on Ganymede". Science. 273 (5273): 341–343. doi:10.1126/science.273.5273.341. PMID 8662517. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-06. Diakses tanggal 2008-01-13. 
  53. ^ Calvin, Wendy M. (1997). "Latitudinal Distribution of O2on Ganymede: Observations with the Hubble Space Telescope". Icarus. 130 (2): 505–516. doi:10.1006/icar.1997.5842. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  54. ^ Vidal, R. A. (1997). "Oxygen on Ganymede: Laboratory Studies". Science. 276 (5320): 1839–1842. doi:10.1126/science.276.5320.1839. PMID 9188525. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  55. ^ Brown, Michael E. (1997). "A Search for a Sodium Atmosphere around Ganymede". Icarus. 126 (1): 236–238. doi:10.1006/icar.1996.5675. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  56. ^ Barth, C.A. (1997). "Galileo ultraviolet spectrometer observations of atomic hydrogen in the atmosphere of Ganymede". Geophys. Res. Lett. 24 (17): 2147–2150. doi:10.1029/97GL01927. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  57. ^ "Galileo has successful flyby of Ganymede during eclipse". Spaceflight Now. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-19. Diakses tanggal 2008-01-19. 
  58. ^ a b c Kivelson, M.G. (1997). "The magnetic field and magnetosphere of Ganymede" (pdf). Geophys. Res. Lett. 24 (17): 2155–2158. doi:10.1029/97GL02201. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  59. ^ a b c d Kivelson, M.G. (1998). "Ganymede's magnetosphere: magnetometer overview" (pdf). J.of Geophys. Res. 103 (E9): 19,963–19,972. doi:10.1029/98JE00227. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  60. ^ a b Volwerk, M. (1999). "Probing Ganymede's magnetosphere with field line resonances" (pdf). J.of Geophys. Res. 104 (A7): 14,729–14,738. doi:10.1029/1999JA900161. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  61. ^ Hauck, Steven A. (2002). "Internal structure and mechanism of core convection on Ganymede" (pdf). Lunar and Planetary Science. XXXIII: 1380. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-03-27. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  62. ^ a b Canup, Robin M. (2002). "Formation of the Galilean Satellites: Conditions of Accretion" (pdf). The Astronomical Journal. 124: 3404–3423. doi:10.1086/344684. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2019-06-15. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  63. ^ a b Mosqueira, Ignacio (2003). "Formation of the regular satellites of giant planets in an extended gaseous nebula I: subnebula model and accretion of satellites". Icarus. 163: 198–231. doi:10.1016/S0019-1035(03)00076-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  64. ^ a b c d e McKinnon, William B. (2006). "On convection in ice I shells of outer Solar System bodies, with detailed application to Callisto". Icarus. 183: 435–450. doi:10.1016/j.icarus.2006.03.004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-24. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  65. ^ a b Nagel, K.A (2004). "A model for the interior structure, evolution, and differentiation of Callisto". Icarus. 169: 402–412. doi:10.1016/j.icarus.2003.12.019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  66. ^ "Exploration of Ganymede". Terraformers Society of Canada. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-03-19. Diakses tanggal 2008-01-06. 
  67. ^ "Voyager 1 and 2". ThinkQuest. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-26. Diakses tanggal 2008-01-06. 
  68. ^ "The Voyager Planetary Mission". Views of the Solar System. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-03. Diakses tanggal 2008-01-06. 
  69. ^ "New Discoveries From Galileo". Jet Propulsion Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-02. Diakses tanggal 2008-01-06. 
  70. ^ "Pluto-Bound New Horizons Spacecraft Gets A Boost From Jupiter". Space Daily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-23. Diakses tanggal 2008-01-06. 
  71. ^ Grundy, W.M. (2007). "New Horizons Mapping of Europa and Ganymede". Science. 318: 234–237. doi:10.1126/science.1147623. PMID 17932288. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-05. Diakses tanggal 2009-04-29. 
  72. ^ Rincon, Paul (2009-02-20). "Jupiter in space agencies' sights". BBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-21. Diakses tanggal 2009-02-20. 
  73. ^ "Cosmic Vision 2015–2025 Proposals". ESA. 2007-07-21. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-02. Diakses tanggal 2009-02-20. 
  74. ^ "Jupiter Icy Moons Orbiter (JIMO)". The Internet Encyclopedia of Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-11. Diakses tanggal 2008-01-06. 
  75. ^ "Jupiter Icy Moons Orbiter Victim of Budget Cut". Planet Surveyor. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 2008-01-06. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya