Souw Beng Kong lahir di Tong An, Fujian pada tahun 1580 saat Dinasti Ming.[2][3][4] Pada awal abad ke-17, ia telah menjadi pedagang kaya di Banten.[3] Ia lalu ditunjuk oleh Pangeran Ratu, Sultan Banten (1596–1647) sebagai Kapitan Cina Banten.[3] Namun, saat terjadi konflik antara Sultan Banten dan VOC, Souw lebih memihak kepada VOC.[3]
Ia lalu berhubungan baik dengan Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal Hindia Belanda keempat (1587-1629).[3][5] Saat Coen memindahkan kantor pusat Belanda dari Banten ke Jayakarta (kemudian diubah namanya menjadi Batavia) yang baru berhasil ditaklukkan, Coen juga meminta Souw untuk pindah ke Jayakarta.[3][6] Souw memainkan peran penting dalam mengkonsolidasikan kekuasaan Belanda di Batavia dengan membentuk pemukiman migran Cina, dimulai dengan 170 keluarga Cina dari Banten.[3][7][8] VOC lalu menunjuk Souw sebagai Kapitan Cina Batavia dengan kewenangan politik dan hukum atas etnis Tionghoa di Batavia.[3][9]
Sistem Kapitan Cina adalah sebagian dari sistem 'pemerintahan tidak langsung' yang diterapkan oleh Belanda di Hindia Belanda.[10] Jabatan serupa juga dibuat untuk pemimpin dari kelompok etnis lain di Batavia, seperti etnis Bugis, Bali, Makassar, India, dan Pampanga.[10] Hubungan antar etnis pun cukup dekat. Kapitan Souw Beng Kong sendiri tercatat memiliki dua orang istri beretnis Bali.[3]
Selain perannya sebagai Kapitan, Souw Beng Kong juga diberi wewenang untuk mencetak uang koin dan uang kertas serta wewenang untuk memungut pajak judi di Batavia.[3] Ia juga mengembangkan hubungan dagang antara Formosa Belanda (Taiwan) dan Batavia menjelang berakhirnya Dinasti Ming.[3] Pada tahun 1636, Souw mengundurkan diri dari jabatan Kapitan.[11]
Kapitan Souw Beng Kong akhirnya meninggal pada tahun 1644.[3] Sebagaimana yang tertulis di makamnya, yakni Ming dan Jia, Souw adalah seorang loyalis Ming.[5]
Makam Souw pertama kali direstorasi pada masa kepemimpinan Mayor Khouw Kim An (menjabat pada periode 1910-1918 dan 1927-1945), yang juga menambahkan plakat peringatan.[12][13] Setelah beberapa dekade ditelantarkan dan diabaikan, makam Souw direstorasi kembali mulai tahun 2006 hingga 2008 oleh sebuah kelompok yang dipimpin oleh MATAKIN dan Universitas Trisakti.[14]
Wilayah makam Souw Beng Kong pada abad ke-17 awalnya adalah taman dari kediaman Souw Beng Kong. Pada bagian tengah nisan tertulis dua karakter Tionghoa berbunyi Ming dan Jia. Pada batu peringatan di sebelah nisan tersebut barulah tertulis riwayat orang yang dikuburkan dalam bahasa Belanda bertarikh (1619-1640): "Kapitein Souw Beng Kong".
Saat ini, batu nisan Tionghoa makam Beng Kong menyembul di tengah perumahan kumuh yang dibelah Gang Taruna yang sempit di sisi Jalan Pangeran Jayakarta. Sepintas, tidak ada yang istimewa karena tak ubahnya pemakaman Tionghoa yang dirambah menjadi perumahan kumuh. Kondisi makan tersebut nyaris tidak terurus, bahkan pernah suatu waktu di atasnya dijadikan kos-kosan.[15]
^Samantha, Gloria (22 August 2011). "Ziarah Kubur Kapiten Souw Beng Kong". National Geographic Indonesia. National Geographic Indonesia. National Geographic Indonesia. Diakses tanggal 27 September 2017.