Tan Tjoen Tiat lahir pada tahun 1816 di Batavia pada sebuah keluarga Tionghoa Peranakan.[3] Istrinya, Oey Tan Nio, tercatat sebagai anak dari Kapitan Oey Eng Liok (diangkat menjadi Kapitan pada tahun 1838), sehingga membuat Tan Tjoen Tiat menjadi bagian dari aristokrasi Cabang Atas.[3]
Pada tahun 1850, pada masa kepemimpinan Mayor Tan Eng Goan, Tan Tjoen Tiat diangkat menjadi pejabat Cina dengan pangkat Letnan Cina.[4][3]
Walaupun memiliki marga yang sama, Mayor Tan Eng Goan dan Letnan Tan Tjoen Tiat tidak berhubungan darah secara langsung.[2] Bahkan, Letnan Tan Tjoen Tiat tidak menyembunyikan kekecewaannya pada Tan Eng Goan yang tidak dapat menangani skandal Oey Tamba Sia (1827–1856) dengan baik.[2]
Pada tahun 1870, pemerintah Hindia Belanda membentuk sebuah komisi yang beranggotakan Maximilian von Faber, Mayor Tan Tjoen Tiat, dan Kapitan Ko Se Tjoan.[5] Tugas dari komisi tersebut adalah untuk memutuskan apakah seorang wanita, seorang janda, atau seorang ibu dapat menjadi wali untuk anak pada hukum Cina.[5] Tiga anggota dari komisi tersebut kemudian menyatakan bahwa mereka tidak setuju, dengan von Faber menyatakan bahwa yang bertanggung jawab menjadi wali adalah Boedelkamer, sementara Mayor Tan Tjoen Tiat dan Kapitan Ko Se Tjoan menyatakan bahwa wali dapat dialihkan ke kerabat laki-laki dari anak tersebut.[5]
Tan menjabat sebagai Mayor hingga tahun 1879, saat ia meminta dan akhirnya disetujui untuk diberhentikan dengan hormat oleh pemerintah Hindia Belanda.[3] Tan pun tetap mendapat gelar Mayor Cina secara tituler. Tan akhirnya meninggal pada tahun 1880 dan dimakamkan di mausoleum keluarganya di Gaboes.[3]
Anak laki-lakinya, Letnan-tituler Tan Keng Soei, menikahi keponakan dari Kapitan Ko Se Tjoan dan Kapitan Ko Tjoen Kiat.[3] Anak perempuannya, Tan Im Nio, menikahi Letnan Souw Siauw Keng, anak dari Letnan Souw Tian Pie.[3] Sementara anak perempuannya yang lain menikahi Letnan-tituler Oey Tiang Lam, anak dari Oey Ing Soan, Kapitan Cina Tegal di Jawa Tengah.[3]