Tio melindungi organisasi Tiong Hoa Hwee Koan yang baru didirikan pada tahun 1900, tetapi ia memiliki hubungan yang kurang baik dengan organisasi tersebut,[2] karena organisasi tersebut mempertanyakan peran pejabat Cina di Hindia Belanda.[3][2]
Sebagai direktur, Tio Tek Ho lalu memimpin bisnis milik ayahnya, Erven Tio Tjeng Soey, yang memiliki sebuah toko di Pasar Baroe.[6][7] Selain itu, ia juga memiliki bisnis perdagangan beras, pegadaian, dan pabrik semen di Angke, dengan nama Ned-Ind. Cement-Onderneming Bintang.[8][6][9]
Bisnis-bisnis tersebut pun membedakan Tio dengan tiga orang Mayor Cina pendahulunya, yang mana ketiganya merupakan tuan tanah dan anak atau menantu dari seorang pejabat Cina.[4] Namun, pada paruh kedua abad ke-19, keluarga Tio menikahi keluarga pejabat Cina, sehingga keluarga Tio juga menjadi bagian dari 'Cabang Atas'.[5][9]
Paman Tio, Tio Tjeng Sioe, menikahi Lie Loemoet Nio, sepupu pertama dari Mayor Cina pendahulunya, Lie Tjoe Hong, Mayor Cina ketiga Batavia (1846–1896).[4] Sepupu pertama Tio, Tio Biet Nio, juga menikahi Loa Tiang Hoei, pendahulu Tio pada jabatan Kapitan Cina Pasar Baroe.[4][10] Tiga orang saudara Tio pun menikahi Cabang Atas.[4]
Rumah Tio di Batavia, Toko Kompak, pun menjadi saksi bisu dari kemapanan keluarganya, dan kini menjadi tengara lokal penting di Jakarta.[11][12]
Karier birokrasi
Pada bulan Februari 1886, Tio menjadi yang pertama di keluarganya untuk diangkat menjadi pejabat Cina, yakni sebagai Letnan Cina, jabatan paling junior di hierarki pejabat Cina.[13] Pada tahun 1890, Tio diangkat menjadi Kapitan Cina Pasar Baroe dan menjadi anggota dari Dewan Cina Batavia, menggantikan sepupu iparnya, Kapitan Loa Tiang Hoei.[10][4]
Sebagai pejabat Cina, Tio tidak hanya memimpin komunitas Cina lokal, tetapi juga mewakili komunitas Cina lokal di komunitas lain yang ada di Hindia Belanda, terutama di komunitas elit Belanda.[2] Contohnya, pada bulan November 1892, Kapitan Tio Tek Ho berpidato mengenai filosofi Konghucu dalam bahasa Belanda di salah satu loji Mason di Batavia, yakni 'de Ster in het Oosten.[14] Pada tahun 1893, bersama Kapitan Loa Tiang Hoei sebagai presiden, Tio juga menjadi sekretaris dari yayasan baru yang didirikan untuk mengelola Kongsie Huis, salah satu klenteng tertua di Pasar Baroe.[15]
Kedudukan Tio sebagai anggota Dewan Cina Batavia membuatnya disukai oleh pemerintah Hindia Belanda, khususnya, menurut sejarawan Mona Lohanda, karena keputusan Tio untuk menjauhkan diri dari kegiatan pembelian tanah yang dilakukan oleh Dewan Cina di bawah kepemimpinan Mayor Lie Tjoe Hong.[2] Mayor Lie Tjoe Hong yang memiliki sejumlah tanah partikelir, memanfaatkan kekuasaannya untuk membujuk Dewan Cina untuk membeli sejumlah tanah partikelirnya.[2] Saat sebagian besar pejabat Cina di Dewan Cina menuruti permintaan Mayor Lie Tjoe Hong, Tio memilih untuk menjauhkan diri dari kegiatan tersebut.[2]
Pada bulan Juli 1896, saat Mayor Lie Tjoe Hong mengundurkan diri, Kapitan Tio Tek Ho menjadi yang paling diunggulkan untuk menjadi Mayor Cina berkat sikapnya yang tidak kenal kompromi pada kasus pembelian tanah sebelumnya.[2] Pemerintah Hindia Belanda biasanya akan menunjuk Kapitan Cina yang paling lama menjabat di Dewan Cina untuk menjadi Mayor Cina, tetapi sebagian besar anggota Dewan Cina terlibat dalam kasus pembelian tanah tersebut. Sehingga, pada bulan Oktober 1896, Tio pun resmi diangkat sebagai Mayor Cina keempat Batavia.[16] Setelah diangkat, Tio mengadakan resepsi di rumahnya di Pasar Baroe, dan berpidato mengenai administrasi dan pemerintahan yang baik.[16]
Namun, pada awal abad ke-20, Mayor Tio Tek Ho dianggap sebagai seseorang yang konservatif oleh komunitas yang lebih progresif, yakni jong Chineesche partij.[2][17] Hal tersebut kemudian diredakan oleh salah satu pemimpin komunitas progresif, Phoa Keng Hek, dengan meminta Mayor Tio Tek Ho pada tahun 1900 untuk bertindak sebagai pelindung ex-officio dari organisasi Tiong Hoa Hwee Koan (THHK).[18][3][19] Organisasi tersebut berupaya untuk memurnikan praktek Konghucu di Hindia Belanda dan menyediakan sekolah modern untuk komunitas Cina di Hindia Belanda.[19][3] Mayor Tio Tek Ho setuju untuk menjadi pelindung THHK, sehingga menjadi awal dari hubungan antara keduanya.[19][3]
Namun, penulis Kwee Tek Hoay menyatakan bahwa ketegangan antara Tio dan THHK akhirnya terungkap oleh sebuah kasus korupsi di Dewan Cina pada tahun 1907.[20] Dewan eksekutif THHK sebelumnya menemukan sejumlah ketidakjujuran keuangan dari Nie Liang Soei, orang kepercayaan Tio dan Sekretaris Kedua dari Dewan Cina.[20] Walaupun kasus tersebut hanya melibatkan uang sebesar 400 gulden, THHK melaporkannya ke pemerintah Hindia Belanda, sehingga akhirnya Nie Liang Soei diberhentikan.[20] Tio akhirnya juga diberhentikan pada tahun 1907, setelah beberapa bulan sebelumnya meminta untuk diberhentikan dari jabatannya atas alasan usia, tetapi banyak yang menganggapnya diberhentikan akibat kasus tersebut.[20][2]
Setelah diberhentikan, Tio akhirnya meninggal pada bulan Januari 1908.[21] Ia lalu digantikan pada tahun 1910 oleh menantu dari Phoa Keng Hek, yakni Khouw Kim An.[2]
^"Plaatselijk Nieuws". Bataviaasch handelsblad. 9 August 1893. Diakses tanggal 12 February 2019.
^ ab"Verspreide Indische Berichten". De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad. 10 October 1896. Diakses tanggal 12 February 2019.
^Friends of the Kong Koan Archive Foundation. "Kong Koan Batavia". www.kongkoan.nl. Diakses tanggal 4 February 2017.
^Tio, Ie Soei (1916). Lie Kimhok 1853-1912. Batavia: Good Luck. Diakses tanggal 4 February 2017.
^ abcNio, Joe Lan (1940). Riwajat 40 Taon Dari Tiong Hoa Hwee Koan Batavia (1900-1939). Batavia: Tiong Hoa Hwee Koan.
^ abcdKwee, Tek Hoay (1936–1937). Atsal Moelanja Timboel Pergerakan Tionghoa di Indonesia [The Origins of the Modern Chinese Movement in Indonesia]. Moestika Romans.
^"Gevonden op Delpher - De Sumatra Post". Chineesch hoofd overleden [The Head of the Chinese died]. J. Hallermann. January 13, 1908. Diakses tanggal 4 February 2017.