Tan Eng Goan
Tan Eng Goan, Mayor Cina pertama (Hanzi: 陳永元; Pinyin: Chen Yongyuan; lahir di Batavia pada tahun 1802 – meninggal di Batavia pada tahun 1872) dulu adalah seorang birokrat yang menjabat sebagai Mayor Cina pertama di Batavia (kini Jakarta), ibu kota Hindia Belanda.[1][2][3] Jabatan tersebut adalah jabatan Cina tertinggi di lingkungan pemerintahan sipil di Hindia Belanda.[2] KehidupanLatar belakang dan awal karirLahir pada tahun 1802, Mayor Tan Eng Goan berasal dari sebuah keluarga Cabang Atas di Hindia Belanda.[4][3][5][6] Sejumlah anggota keluarganya pun menjadi pejabat Cina, bagian dari pemerintahan sipil di Hindia Belanda.[2][3] Ia adalah anak dari Kapitan Tan Peeng Ko (Letnan di Batavia mulai tahun 1792 hingga 1809 dan Kapitan mulai tahun 1809 hingga 1812), dan keponakan dari Kapitan Tan Jap Long (ditunjuk sebagai Letnan pada tahun 1810, dan sebagai Kapitan pada tahun 1811).[6][3][5] Keduanya merupakan pejabat Cina dan menjadi anggota dari Kong Koan Batavia.[3] Tan lalu menikah setidaknya sebanyak empat kali, termasuk dengan istri pertamanya, Lie Pien Nio, keponakan dari Lie Tieuw Kong, yang menggantikan ayah dan pamannya sebagai Kapitan Cina dan pimpinan dari Kong Koan Batavia.[3] Paman ipar Tan menjabat sebagai Kapitan Cina mulai tahun 1812 hingga 1821.[3] Sebagai keturunan dari pejabat Cina, Tan Eng Goan pun mendapat gelar keturunan 'Sia' sejak lahir hingga diangkat menjadi Letnan Cina pada tanggal 15 Februari 1827.[3] Pengangkatannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda kedelapan, Léonard Pierre Joseph, Viscount du Bus de Gisignies. Ia lalu mulai menjadi anggota Kong Koan Batavia pada tanggal 9 Maret 1827.[3] Kapitan dan Mayor CinaPada tahun 1829, setelah Ko Tiang Tjong dipaksa untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kapitan Cina Batavia, Tan ditunjuk sebagai Kapitan Cina yang baru, padahal ia saat itu merupakan pejabat Cina paling junior di Kong Koan Batavia.[3] Dengan demikian, ia pun melanjutkan ayah, paman, dan paman iparnya yang juga pernah menjadi Kapitan Cina.[2] Pada saat itu, jabatan Kapitan Cina adalah jabatan Cina tertinggi di Batavia.[2] Pada tanggal 21 September 1837, Tan Eng Goan diangkat menjadi Mayor Cina Batavia oleh Dominique Jacques de Eerens, Gubernur Jenderal Hindia Belanda kesebelas. Dua orang Letnan Cina yang ada di bawah Tan, yakni Oey Eng Liok dan Jap Soan Kong lalu juga diangkat menjadi Kapitan Cina setahun kemudian.[3] Sebagai Kapitan Cina, dan kemudian sebagai Mayor Cina, Tan juga merupakan pimpinan ex officio dari Kong Koan Batavia.[2] Keluarga Tan memiliki tanah partikelir Kramat, Kapoek, Tandjoeng Boeroeng, dan Rawa Kidang di Tangerang.[1][2] Mulai tahun 1848 hingga 1862, Mayor Tan Eng Goan juga mendapat hak untuk memungut pajak atas sejumlah barang, seperti arak, rum, tembakau, dan wayang.[3] Walaupun begitu, pendapatan Tan masih belum dapat membuatnya hidup nyaman.[7][2] Mayor dan Kapitan CinaPada akhir dekade 1820-an, Kapitan Tan Eng Goan menginisiasi penyelenggaraan pasar malam tahunan di Batavia tiga hari sebelum Tahun Baru Imlek.[8][9] Acara tersebut pun menjadi salah satu pasar malam pertama dan terbesar di Batavia, sehingga menjadi contoh bagi acara serupa di daerah lain.[8][9] Keuangan keluarga Tan kemudian menurun, sehingga ia terpaksa melindungi hartawan tembakau, Oey Thai Lo.[2] Sebagai imbalan atas dukungan keuangan dari Oey, Tan lalu merekomendasikan Oey untuk diangkat menjadi Letnan-tituler Cina, sehingga memberi Oey kehormatan yang ia inginkan. Namun, ketergantungan Tan terhadap Oey, membuatnya tidak dapat menangani dengan baik perilaku bandel dan tidak sopan dari putra bungsu Oey, yakni Oey Tamba Sia (1827-1856).[7][2] Oey Tamba Sia kemudian bersaing ketat dengan menantu Tan, yakni Lim Soe Keng Sia, dan akhirnya berakhir dengan pembunuhan.[7] Oey Tamba Sia mendalangi serangkaian pembunuhan, tetapi gagal menyangkutpautkan Lim dengan pembunuhan tersebut.[7] Walaupun Lim dibebaskan, Oey akhirnya dinyatakan bersalah dan dihukum gantung pada tahun 1856.[7] Skandal tersebut pun memperburuk reputasi Tan di kalangan komunitas Cina Batavia.[7] Bahkan bawahan langsung Tan di Kong Koan, seperti Kapitan Tan Tjoen Tiat dan Letnan The Kim Houw, juga kecewa dengan tindakan Tan pada kasus Oey Tamba Sia.[2] Kondisi keuangan Tan kemudian makin memburuk pasca kasus Oey, sehingga pada dekade 1860-an, ia akhirnya menjual tanah partikelir Kramat dan Kapoek ke Kapitan Tan Tjoen Tiat yang kemudian menjadi suksesornya.[2] Pengunduran diri dan kematianMayor Tan Eng Goan menjabat hingga tahun 1865, saat ia diberhentikan dengan hormat oleh pemerintah Hindia Belanda atas alasan usia dan kesehatan.[3] Ia juga sempat mencoba untuk menjadikan anak angkatnya, Kapitan Tan Soe Tjong, sebagai Mayor Cina Batavia, tetapi tidak berhasil.[3] Setelah mengundurkan diri, Tan tetap mendapat gelar Mayor Cina, tetapi hanya sebatas gelar kehormatan.[3] Karena Tan telah menjabat cukup lama, tetapi kondisi keuangannya kurang baik, pemerintah Hindia Belanda juga memberinya uang pensiun sebesar 150 gulden per bulan.[2] Mayor Tan Eng Goan akhirnya meninggal pada usia 71 tahun di Patoakan, Batavia pada tanggal 17 September 1872, dan dimakamkan di Slipi.[3] Anak angkatnya, Kapitan Tan Soe Tjong, telah meninggal terlebih dahulu, yakni pada tanggal 20 Juni 1871.[3] Mayor Tan Eng Goan juga memiliki seorang anak perempuan, yakni Tan Bit Nio, yang menikahi Lim Soe Keng Sia.[7] Melalui mereka, Mayor Tan Eng Goan adalah kakek dari Lim Hong Nio dan kakek buyut dari Tan Liok Tiauw (1872 - 1947).[10] SignifikansiTan saat ini diingat sebagai Mayor Cina Batavia pertama.[2] Dengan masa jabatan selama 37 tahun sebagai Kapitan Cina, dan kemudian sebagai Mayor Cina, Tan juga merupakan pimpinan Kong Koan Batavia terlama.[2][3] Mayor Tan Eng Goan saat ini juga diingat karena menangani kasus Oey Tamba Sia dengan buruk. Persaingan berdarah antara Oey dengan menantu Mayor Tan Eng Goan, Lim Soe Keng Sia, pun menjadi bagian dari cerita rakyat Jakarta, dan menjadi dasar dari sejumlah karya literatur dalam bahasa Melayu, seperti Tambahsia: Soewatoe tjerita jang betoel soedah kedjadian di Betawi antara tahoen 1851-1856 (diterbitkan pada tahun 1903) karya Thio Tjin Boen, serta Sair swatoe tjeritajang betoel soeda kedjadian di Tanah Betawi dari halnja Oeij Tambah Sia, tatkalah Sri Padoeka toean besar Duymaer van Twist mendjabat Gouverneur General koetika tahoen 1851 (diterbitkan pada tahun 1906) dan Tambah Sia (diterbitkan pada tahun 1922) karya Tjoa Boan Soeij .[11][12] Pada tahun 2013, kisah Mayor Tan Eng Goan, menantunya, dan persaingan mereka dengan Oey menjadi sebagian inspirasi untuk musikal Ariah karya Atilah Soeryadjaya.[13] Referensi
Pranala luar
|