Mark Alan WebberAO (dikenal dengan nama Mark Webber dan akrab disapa Webbo, lahir 27 Agustus 1976[1]) adalah seorang pembalap Formula 1 dari Australia. Ia merupakan pembalap Australia pertama sejak David Brabham di musim 1994 yang turun di ajang F1, dan sekaligus juga menjadi pembalap Australia pertama yang berhasil meraih pole position, lap tercepat, serta memenangi seri balapan[2] dan memimpin klasemen sejak Alan Jones pada tahun 1981.
Mark Webber memulai debut Formula 1 nya di GP Australia 2002 saat bergabung bersama tim Minardi. Sejak saat itu Webber kerap kali dikenal sebagai pembalap yang hobi pindah-pindah tim, karena ia juga sempat bergabung bersama Jaguar Racing untuk musim 2003 dan 2004, dan Williams Grand Prix Engineering untuk musim 2005 dan 2006, sebelum akhirnya berlabuh di tim Red Bull Racing sejak musim 2007 sampai saat ini. Bersama tim Red Bull Racing, Webber berhasil meraih kemenangan pertamanya di GP Jerman 2009. Prestasi bagus kemudian Webber tunjukkan di musim 2010 saat ia berhasil menjadi salah satu kandidat juara dunia dan sempat memimpin klasemen sampai akhirnya kalah oleh rekan setimnya sendiri di balapan penutup musim. Webber dipastikan akan tetap bersama tim RBR sampai akhir musim 2013.[3]
Profil
Mark Webber lahir di Queanbeyan, New South Wales.[4] Ia merupakan anak dari Alan Webber, seorang penjual dan distributor sepeda motor lokal di daerahnya. Mark memulai hobi olahraganya sejak usia kecil, dimana ia bermain untuk tim rugby didaerahnya, yaitu tim Canberra Raiders, di pertengahan 1980-an. Ia kemudian tertarik untuk masuk ke ajang motorsport, dikarenakan ia sangat mengidolakan pembalap F1 Alain Prost dan pembalap MotoGPKevin Schwantz. Ayahnya yang seorang penjual sepeda motor memberikannya sebuah motor kecil kepada Webber untuk dijajalnya. Namun Webber kemudian beralih ke ajang gokart pada usia 14 tahun.
Webber saat ini tinggal di Aston Clinton, Buckinghamshire, Inggris bersama pacar dan mantan manajernya, Ann Neal. Pasangan ini telah mempunyai seorang putra bernama Luke.[5] Hobi Mark saat ini adalah bersepeda, bersepeda gunung, dan tenis. Khusus untuk bersepeda gunung, Mark nyaris saja tidak bisa tampil di awal musim F1 2009 karena sebelumnya ia sempat mengalami kecelakaan saat mengikuti acara sepeda amal Tasmania pada akhir November 2008. Webber juga menyukai ajang sepak bola. Ia merupakan fans dari klub sepak bola Liga Inggris Sunderland.[6] Untuk musik, Mark adalah fans dari grup band Pink, Oasis, INXS, dan U2.
Karier awal
Balapan junior
Usai berlaga dalam beberapa kejuaraan motocross kelas kanak-kanak, Webber pindah ke ajang balapan empat roda pada tahun 1991 dengan mengikuti kejuaraan karting pada usia 14 tahun. Ia memenangkan kejuaraan negara bagian New South Wales pada tahun 1993, dan pindah langsung ke Formula Ford Australia Championship setelah ayahnya membelikannya sebuah sasis Van Diemen FF1600 yang merupakan sasis bekas Craig Lowndes. Ia juga sempat bekerja sebagai seorang instruktur balap di Sydney Oran Park Raceway di waktu senggang di antara balapan. Dalam musim debutnya di Formula Ford Webber berhasil finis ke-14 di klasemen akhir. Ia kemudian melanjutkan kariernya di Formula Ford untuk tahun 1995, dan Webber berhasil mencetak beberapa kemenangan, termasuk di antaranya menang dalam supporting race untuk Grand Prix Australia di Adelaide. Webber berhasil finis di P4 klasemen, dan ia kemudian berhasil mendapatkan sponsorship dari Yellow Pages Australia dan kemudian memutuskan untuk pindah ke Eropa untuk memulai karier balapan internasionalnya dengan harapan bisa meraih sukses lebih lanjut.[7]
Webber kemudian berhasil mendapatkan tes di Snetterton dengan tim Van Diemen, dan kemudian memperoleh kontrak balapan untuk tim tersebut di Formula Ford Festival di akhir 1995, yang diadakan di Brands Hatch, di mana ia berhasil finis ketiga dalam balapan tersebut.[4] Itu adalah hasil yang cukup baik bagi Webber yang akhirnya mampu dipercaya oleh tim Van Diemen untuk mengontraknya pada tahun 1996. Sebelum pindah ke Eropa secara permanen, Webber sempat memenangkan perlombaan Formula Holden 1996 yang berlangsung sebagai supporting race GP F1 Australia 1996.[4] Selama musim Formula Ford Inggris 1996, Webber berhasil meraih empat kemenangan dan berhasil finis di P2 klasemen, yang membuatnya sebagai salah satu pembalap muda yang memiliki bakat cukup bagus saat itu. Ia juga berhasil memenangkan perlombaan di Spa-Francorchamps dalam seri Formula Ford Euro Cup. Di akhir musim ia kemudian terpilih oleh publik Australia sebagai "Young Achiever Australian Motorsports" dan "Pembalap Australia Paling Berprestasi" pada akhir tahun 1996. Dua hari setelah ia memenangkan balapan di Spa, Webber kemudian mengikuti tes bersama tim Alan Docking Racing, dan akhirnya ia menandatangani tawaran kontrak dari tim tersebut untuk membalap di ajang Formula 3 tahun 1997.[4]
Formula 3 dan GT
Tanpa dukungan keuangan yang memadai, Webber kemudian menikmati keras dan lembutnya membalap di ajang Formula Ford. Webber dan timnya kemudian berjuang untuk mencari uang untuk mendukung karier balapannya. Ia hampir dipaksa untuk berhenti di pertengahan musim, namun akhirnya bisa mendapatkan dukungan sponsorship pribadi yang berarti dari legenda rugby Australia David Campese, yang membantunya untuk menyelesaikan musim balap Webber. Mark kemudian menyatakan ia akan mengganti dana yang telah dikeluarkan oleh Campese suatu hari nanti jika ia telah sukses.[8] Webber kemudian meraih kemenangan di Brands Hatch, dengan memimpin dari awal lomba sampai akhir dan mencatat lap tercepat dalam balapan tersebut. Ia kemudian berhasil meraih empat kali posisi podium, termasuk tempat kedua dalam supporting race untuk Grand Prix Inggris 1997, dan menyelesaikan musim secara keseluruhan di posisi keempat klasemen.
Selama musim 1997, Webber didekati oleh Mercedes-AMG untuk turut serta dalam lomba mobil sport. Walaupun ia awalnya menolak tawaran tersebut, perlahan tetapi pasti, Webber akhirnya bersedia untuk berpastisipasi dalam tes di sirkuit A1-Ring di Austria. Tim AMG kemudian terkesan dengan penampilan dan semangat dari Webber, dan mereka tanpa ragu kemudian mengontrak Mark Webber sebagai pembalap resmi tim untuk kejuaraan FIA GT Championship musim 1998. Pasangannya di tim AMG adalah pembalap senior Bernd Schneider. Dalam perjalanannya ke seluruh dunia, termasuk ke Amerika Serikat, Jepang dan Eropa, pasangan ini berhasil memenangkan lima dari sepuluh lomba yang digelar, dan berhasil finis di P2 klasemen akhir kalah dari pasangan Klaus Ludwig dan Ricardo Zonta dalam balapan terakhir di Laguna Seca Mazda Raceway. Webber kemudian tetap bertahan dengan tim AMG untuk tahun 1999, dan dipromosikan untuk membalap sendiri untuk musim ini. Namun, karier balapannya di musim 1999 harus berakhir dini setelah ia mengalami kecelakaan saat lathan di Sirkuit Le Mans sebagai persiapan ajang 24 Hours of Le Mans. Nasib yang sama kemudian menimpa Petrus Dumbreck saat balapan, dan dicurigai kesalahan aerodinamika dari mobil Mercedes-Benz menjadi penyebab musibah ini. Mercedes kemudian undur diri dari ajang balapan, dan menyebabkan Webber sempat menganggur beberapa bulan.[9]
Karier Formula Satu (1999–2013)
1999—2001: Testing
Webber kemudian berbicara dengan pemilik tim Jordan, Eddie Jordan, yang memperkenalkannya kepada sesama orang Aussie, Paul Stoddart. Stoddart kemudian menawarkan dukungan sponsorship sebesar $1.100.000 yang diperlukan untuk perkembangan karier Webber, dan memberinya kursi di tim Arrows Junior untuk kejuaraan Formula 3000 tahun 2000. Sebagai hasilnya, Webber kemudian merasakan keingingan untuk membalap ke ajang Formula Satu, dan menyelesaikan dua hari tes di Sirkuit Catalunya di bulan Desember 1999 untuk tim Arrows Grand Prix International yang dimiliki Tom Walkinshaw.
Mark Webber kemudian menandatangani kontrak sebagai tes driver untuk tim Arrows untuk tahun 2000, dan juga mendapatkan sponsor pribadi dari perusahaan bir Australia Foster's yang telah menjadi sponsornya sejak di Formula 3000.[10] Webber meraih kemenangan dalam putaran dua musim F3000 tahun 2000 di Sirkuit Silverstone, dan menyelesaikan musim 2000 dengan dua kali lap tercepat, tiga kali podium, dan finis di P3 klasemen akhir, yang menjadikannya rookie paling impresif selama musim F3000 tahun 2000.[11] Webber kemudian sempay diisukan tidak mau menerima kontrak balapan untuk tim Arrows musim 2001 yang telah disodorkan kepadanya sejak bulan Juli, sebagai jalan tengah, Webber kemudian menerima tawaran tes bersama tim Benetton Formula di akhir musim 2000, dan berhasil meraih hasil cukup baik dengan melampaui pembalap reguler Benetton Giancarlo Fisichella dalam tes yang diadakan di Sirkuit Estoril. Webber juga setuju mengangkat Flavio Briatore sebagai manajer pribadinya dan juga masuk ke tim Benetton sebagai tes driver resmi musim 2001. Webber lantas melanjutkan kariernya di F3000 degan bergabung bersama tim Super Nova Racing, dengan hasil kemenangan di Imola, Monaco, dan Magny-Cours. Ia berhasil finis di P2 klasemen akhir di belakang pembalap Inggris Justin Wilson.[12] Setelah berhasil mendapatkan kontrak balapan F1 musim 2002 bersama tim Minardi, posisi Webber sebagai tes driver tim Benetton (yang kemudian berubah nama menjadi Renault F1) digantikan oleh pemuda asal Asturias, Spanyol, Fernando Alonso. Mark Webber kemudian mencatat sejarah sebagai pembalap F1 asal Australia pertama sejak David Brabham di musim 1994.
2002: Minardi Asiatech
Webber resmi menjadi pembalap F1 dan bergabung bersama tim Minardi beberapa minggu sebelum GP Australia 2002. Dalam debutnya, ia tampil gemilang dengan finis kelima[13] dan dua poin dalam balapan serta mengalahkan rekan setimnya secara dominan dalam babak kualifikasi.[14] Ia menjadi pembalap Minardi pertama sejak Marc Gene di 1999 yang mampu meraih poin untuk tim.[15] Namun di GP Spanyol, Webber dan rekannya Alex Yoong terpaksa harus absen dari lomba setelah tim Minardi mengalami masalah dengan desain mobilnya. Di sisi lain rekan satu tim Webber, Alex Yoong tampak tidak mampu berbuat banyak dengan mobil Minardi PS02, dan kemudian ia digantikan oleh Anthony Davidson di Hungaria[16] dan Belgia. Lagi-lagi Webber berhasil mengalahkan dua rekan setimnya tersebut. Atas prestasinya yang mengagumkan di 2002, banyak tim papan atas yang mencoba mendekati Webber untuk 2003. Webber lantas memilih untuk bergabung bersama Jaguar Racing di 2003 yang saat itu diasuh oleh Niki Lauda.
2003—2004: Jaguar Racing
Pada tahun 2003, Mark Webber dikontrak oleh tim Jaguar Racing, bersama Antonio Pizzonia.[17] Di tim berpulas hijau ini ia kerap tampil luarbiasa. Ia nyaris merebut pole position di GP Brazil.[18][19] Namun saat balapan, Webber menjadi otak dibalik insiden "habis hujan terbitlah bingung",[20] saat ia membawa Fernando Alonso ikut serta dalam kecelakaan, dan membuat tim McLaren (Kimi Räikkönen) dan Jordan GP (Giancarlo Fisichella dan Eddie Jordan) saling berdebat bahwa merekalah sebagai pemenang GP Brazil, sampai akhirnya di San Marino FIA memutuskan bahwa tim Jordan-lah yang memenangi GP Brazil 2003.[21] Di pertengahan musim 2003, Pizzonia digantikan oleh Justin Wilson karena penampilan Pizzonia tidak begitu bagus. Sama seperti saat di Minardi, Webber mampu mengalahkan dua rekan setimnya tersebut.[22] Meskipun saat GP AS, Wilson berhasil mencetak poin, tetapi Webber masih tangguh dalam hal posisi kualifikasi. Webber lantas bertahan di Jaguar untuk tahun 2004.[23]
Pada 2004 Webber mendapatkan rekan setim baru, Christian Klien asal Austria. Ketangguhan Webber kembali terlihat saat ia mengalahkan rekan setimnya tersebut dengan telak sepanjang 2004. Webber bahkan sempat mencetak posisi start kedua di GP Malaysia sebelum akhirnya kalah saat balapan akibat stall saat menjelang start dan terlibat insiden dengan Ralf Schumacher. Kemudian di Kanada[24] saat isu Jaguar Racing akan dijual menghangat, Webber dihajar rekan setimnya sendiri sesaat setelah start. Dua Jaguar ini kemudian membawa David Coulthard sebagai korban berikutnya. Di balapan selanjutnya di AS Webber harus menyerah akibat kebocoran oli.[25] Menjelang akhir musim, Webber mendapat kabar bahwa mantan rekan setimnya Antonio Pizzonia akan kembali membalap di F1 bersama tim Williams menggantikan Ralf Schumacher.[26][27] Di akhir musim, saat Webber resmi pindah ke Williams setelah Jaguar resmi undur diri dari F1, Antonio Pizzonia berkomentar keras, bahwa ia tidak mau dipasangkan lagi dengan Webber seandainya ia diminta Sir Frank Williams mendampingi Webber.[28] Akhirnya terpilihlah Nick Heidfeld sebagai mitra Webber untuk musim 2005.
2005—2006: Williams Grand Prix Engineering
Pada musim 2005 Webber ditarik masuk ke tim Williams berpasangan dengan Nick Heidfeld.[29] Sebelumnya di awal musim, mantan juara dunia F1 dari Australia, Alan Jones, merasa yakin bahwa Webber bisa menjadi juara dunia bersama tim Williams. Keyakinan yang sama juga dilontarkan oleh Sam Michael yang merupakan direktur teknik dari tim WilliamsF1. Di awal musim, Mark Webber berhasil meraih angka di Australia, Bahrain dan San Marino. Ia kemudian berhasil finis ketiga di GP Monaco, walaupun sebelumnya ia nyaris saja berada di P2 sebelum akhirnya disalip rekan setimnya sendiri Nick Heidfeld.[30] Di paruh musim kedua, Heidfeld digantikan Antonio Pizzonia, pembalap yang sempat bermusuhan dengan Webber sewaktu masih di Jaguar Racing. Di Brazil, kasus Pizzonia vs. Webber kembali berulang, ketika selepas start Pizzonia menyeruduk bagian belakang mobil Webber.[31][32][33] Selama paruh musim kedua 2005, Mark Webber hanya mampu meraih poin di tiga balapan saja yaitu di Belgia, Jepang, dan Cina. Posisi akhir Webber di klasemen pembalap adalah berada di P10 dengan raihan 36 poin. Di akhir musim, Webber kemudian menyebut musim 2005 sebagai musim yang sulit. Ia kemudian sempat menerima tawaran untuk pindah ke tim BMW Sauber untuk musim 2006, tetapi kemudian Webber memilih untuk bertahan bersama tim WilliamsF1 sekalipun tim hanya mendapatkan pasokan mesin dari Cosworth.
Tahun 2006, Webber masih bertahan di Williams, yang kini berganti pemasok mesin menjadi Cosworth. Awal baik sempat ditunjukan oleh rekan setim Webber, Nico Rosberg di Bahrain saat ia mencetak fastest lap,[34] dan kemudian baik Webber maupun Rosberg berhasil finis dengan angka di balapan pembuka musim 2006 tersebut. Tetapi seiring musim berjalan, Cosworth tampak tidak mampu menyediakan mesin mumpuni untuk Williams. Akibatnya baik Webber maupun Rosberg sama-sama tidak mampu berkutik banyak untuk bisa meraih poin. Secara keseluruhan, Webber hanya mampu mencatat 7 angka saja sepanjang musim 2006, yang mana hasil ini tidak sebanding dengan jumlah tersingkirnya Webber dari lomba yang mencapai 11 kali selama musim 2006. Ia lantas keluar dari tim di akhir 2006, meskipun sebenarnya Williams masih ingin menggunakan jasanya untuk musim 2007.[35] Pengganti Webber di Williams adalah Alexander Wurz.[36]
2007—2013: Red Bull Racing
2007–2009
Pada 2007 ia kembali lagi ke Milton Keynes, namun kali ini bukan bersama Jaguar, tetapi bersama tim reinkarnasi Jaguar, Red Bull Racing.[37] Ia bergabung bersama David Coulthard di tim tersebut untuk menggantikan posisi Christian Klien. Selama musim 2007, Webber berhasil meraih satu kali podium di GP Eropa.[38] Namun ia membuang percuma peluang untuk menang di GP Jepang setelah menyenggol Sebastian Vettel. Mereka berdua menuduh Lewis Hamilton-lah yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut.[39] Posisi klasemen Mark Webber di musim 2007 adalah di P12 klasemen dengan raihan 10 poin. Total selama musim 2007, Webber hanya mampu meraih angka di tiga balapan saja yaitu di AS, Eropa, dan Belgia.
Musim 2008 prestasi Webber bersama tim Banteng Merah tersebut jauh melebihi apa yang diraih oleh rekan setimnya yang lebih berpengalaman, David Coulthard. Selama lima balapan beruntun, mulai dari Malaysia, Bahrain, Spanyol, Turki, dan Monako, Webber berhasil finis dengan membawa pulang poin. Webber bahkan nyaris meraih podium di Grand Prix Monako, namun mobilnya kalah bagus ketimbang Ferrari milik Felipe Massa. Setelah David Coulthard dipastikan pensiun dari F1 di akhir 2008, RBR kemudian mengumumkan bahwa Sebastian Vettel akan menjadi rekan setim Mark Webber untuk musim 2009. Webber menutup musim 2008 dengan berada di P11 klasemen akhir dengan raihan 21 poin.
Setelah nyaris tidak bisa berlaga di awal musim 2009 akibat kecelakaan saat bersepeda gunung,[40][41][a] Webber tampil impresif di Australia saat babak latihan bebas. Sayang saat balapan nasibnya kurang beruntung karena ia terlibat insiden dengan Rubens Barrichello dan Heikki Kovalainen. Webber lantas berhasil finis keempat di Malaysia, tetapi dalam investigasi FIA karena hujan deras, posisi Webber turun ke urutan enam. Di China, ia berhasil mengawal Sebastian Vettel di urutan dua untuk mengantarkan RBR finis 1-2 untuk pertama kalinya. Posisi podium ketiga juga berhasil Webber raih di GP Spanyol.
Grand Prix Jerman yang diselenggarakan di Nürburgring menjadi balapan yang tidak terlupakan bagi Webber. Ia berhasil meraih pole, dan nyaris saja ia gagal menerjemahkannya menjadi kemenangan setelah terkena penalti drivetrough akibat berbuat kisruh saat start balapan. Setelah hukuman tersebut dijalani, Webber ternyata masih mampu memenangi lomba.[b] Ia menjadi orang Australia pertama sejak Alan Jones pada 1981 yang mampu memenangi balapan F1.[46] Konsistensi Webber di paruh musim kedua 2009 kemudian berhasil membawanya menjadi salah satu penantang gelar juara dunia. Sayang masalah mobil sejak babak latihan bebas yang dialami Webber di Jepang mengakhiri harapan tersebut. Sebagai pelipur lara, Webber lantas tampil luar biasa di Brazil, dimana ia memenangi lomba untuk kedua kalinya di musim 2009. Kontrak Webber di tim Red Bull pun diperpanjang selama satu tahun setelah tim melihat prestasinya yang impresif di musim 2009.[47]
2010–2013
Musim 2010 Webber melanjutkan kariernya bersama tim Red Bull Racing. Ia berhasil meraih pole position sebanyak lima kali yaitu di Malaysia,[48]Spanyol,[49]Monaco,[50]Turki,[51] dan Belgia. Ia juga berhasil memenangi balapan sebanyak empat kali yaitu di Spanyol, Monako, Inggris, dan Hungaria, yang disusul dengan tempat kedua di Malaysia, Belgia, dan Turki. Webber kemudian berhasil menjadi pemimpin klasemen pembalap (yang pertama kali bagi seorang pembalap Australia sejak Alan Jones di 1981[52]) di GP Turki, walaupun dalam balapan itu sendiri ia mengalami kecelakaan karena disenggol rekan setimnya sendiri Sebastian Vettel. Sementara di Inggris, Webber sempat kesal karena dirinya seolah dinomorduakan oleh tim RBR dengan komponen sayap depan baru yang dipasang di mobil Vettel. Ironisnya saat lomba, malah Webber yang meraih kemenangan dan Vettel gagal masuk tiga besar. Di Grand Prix Eropa, Webber menabrak bagian belakang dari mobil Heikki Kovalainen di tikungan 12 di lap 9. Mobilnya sempat terbalik dan akhirnya menepi di tembok pembatas ban. Webber tidak mengalami cedera serius dalam kecelakaan tersebut.[53] Di bulan Juni diumumkan bahwa Mark Webber akan tetap membalap bersama tim Red Bull Racing untuk musim 2011.[54] Kemudian sampai akhir musim 2010 Webber sempat memimpin klasemen sebelum akhirnya jatuh dan mulai tercecer sejak GP Korea. Webber akhirnya harus puas finis di P3 klasemen dengan 242 poin.
Musim 2011 diawali Webber dengan finis P5 di depan publik sendiri di Australia. Kemudian di Malaysia ia finis P4 usai mengalami gangguan KERS sepanjang lomba berlangsung. Kesalahan Webber memilih ban di kualifikasi Cina membuatnya harus rela start dari P18, tetapi saat lomba berlangsung ia secara luar biasa mampu naik dan finis di P3. Webber kemudian meraih pole position di Spanyol dan Inggris tetapi ia gagal menerjemahkannya menjadi kemenangan. Webber juga harus terlibat perselisihan kecil di Inggris karena timnya melarang ia menyalip Vettel untuk memperebutkan posisi. Pada tanggal 27 Agustus 2011, tim RBR resmi mengumumkan perpanjangan kontrak Mark Webber sampai akhir musim 2012. Beberapa saat sesudah Sebastian Vettel menjadi juara dunia 2011, Christian Horner menyatakan dirinya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu Mark Webber agar bisa duduk di posisi kedua klasemen. Namun rencana itu gagal terlaksanakan dengan baik setelah Jenson Button mampu tampil cemerlang di sisa balapan musim dan Webber hanya mampu memenangi balapan penutup di Brasil. Webber akhirnya hanya mampu menempati posisi ketiga klasemen musim 2011.
Mark Webber mengawali musim 2012 lewat tiga kali posisi empat di Malaysia, Cina dan Bahrain. Webber selanjutnya meraih pole di Monako usai Michael Schumacher terkena penalti. Webber mempertahankan posisinya tersebut pada hari Minggu dan menjadi pembalap Australia pertama yang mampu memenangi GP Monako dua kali.[55] Webber juga berhasil menang di Inggris dan beberapa hari sesudahnya ia memperpanjang kontrak dengan tim Red Bull untuk musim 2013.[3] Mark Webber kemudian hanya mampu meraih dua podium lain di musim 2012, yaitu posisi kedua di Korea dan posisi ketiga di India, selama 11 balapan terakhir musim ini,[56] dan menyelesaikan musim 2012 di posisi keenam secara keseluruhan dengan 179 poin.[57]
Webber tetap di tim Red Bull untuk Kejuaraan Dunia musim 2013: dia ingin menghormati janji sebelumnya yang dia buat kepada Horner dan Mateschitz untuk tetap di tim sampai karir F1-nya berakhir.[58] Dia menolak tawaran dari kepala tim Ferrari, yaitu Stefano Domenicali, untuk bermitra dengan Alonso dan menggantikan posisi Felipe Massa selama satu tahun dengan pilihan kedua, merasa bahwa berpindah tim tidak pantas.[56] Dia secara singkat meringankan pelatihannya selama periode pra-musim ketika batang titanium di kaki kanannya dilepas pada bulan Desember 2012. Setelah memulai kembali pelatihan bulan itu, Webber memutuskan untuk pensiun dari ajang F1 setelah musim 2013 karena ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan keluarganya, demotivasi dengan aiang F1 karena pembalap tidak bisa mengkritik ban Pirelli karena takut kemungkinan mengecewakan orang lain dan politik ketika uang dalam jumlah besar terlibat.[59][60] Webber menugaskan Simon Rennie sebagai teknisi balapan ketika teknisi sebelumnya, yaitu Ciaron Pilbeam, menjadi kepala teknisi balapan tim Lotus.[c][62]
Mobil RB9 miliknya pada awalnya bermasalah mungkin karena profil aerodinamisnya pada kompon Pirelli baru yang lebih lembut, tetapi performanya lebih baik saat kompon musim 2012 diperkenalkan kembali pada pertengahan musim.[d] Di Grand Prix Malaysia, balapan kedua di musim ini,[64] Webber disusul oleh Vettel di putaran terakhir untuk memenangkan balapan, setelah Vettel mengabaikan team order "Multi-Map 21", yang menginstruksikannya untuk finis di belakang Webber.[65] Ketegangan antara kedua pembalap meningkat sebagai akibatnya, dan komentar Webber tentang Vettel yang membuat keputusan independen untuk tidak mematuhi perintah tim membuat Vettel kehilangan rasa hormat kepada Webber secara pribadi. Setelah itu, Webber sadar bahwa sisa musim akan berat, dan ketegangan antara dia dan Vettel akan membuat tim Red Bull stres. Dia meraih delapan podium, finis di posisi kedua sebanyak empat kali lagi di Grand Prix Inggris, Grand Prix Jepang, Grand Prix Abu Dhabi dari posisi terdepan, dan balapan penutup musim di Grand Prix Brasil.[64] Webber tidak berhasil memenangkan satu balapan pun pada tahun 2013, dan dia mengakhiri musim F1 terakhirnya di posisi ketiga secara keseluruhan dengan 199 poin.[57]
Setelah Formula 1
Pada tahun 2014, Webber bergabung dengan tim Porsche untuk mengikuti balapan World Endurance Championship (balap uji ketahanan) di kelas LMP1. Pada debutnya di WEC yang berlangsung di Silverstone, Inggris, selama 6 jam pada bulan April 2014, Webber berhasil finis di peringkat ke-3. Webber sayangnya mengalami kegagalan finis di balapan Le Mans 24 Jam 2014, bahkan juga mengalami kecelakaan hebat di balapan 6 jam yang berlangsung di São Paulo, Brasil, pada balapan terakhir tahun tersebut.
Dalam bidang tenis, Mark telah memenangi tiga kali ajang tenis F1 Pro-Am yang diadakan di Barcelona, Spanyol pada 2002, 2004, dan 2005, serta menjadi runner-up pada tahun 2003 di bawah Juan Pablo Montoya.[67][68]
Bulan Desember 2010 Mark Webber meluncurkan sebuah buku yang berjudul 'Up Front – 2010, A Season To Remember'. Terungkap dalam buku tersebut bahwa Webber ternyata nekat membalap di empat balapan terakhir musim 2010 dengan tubuh yang cedera akibat mengalami kecelakaan saat menjalani salah satu hobinya yaitu bersepeda di Lysterfield Park di Melbourne. Mark Webber sendiri ternyata baru saja menaiki sepeda lagi setelah terakhir kali menjajalnya pada tahun 2008 saat ia mengikuti acara amal yang ia gelar sendiri (lihat di bawah).
Untuk bidang sepak bola, Mark Webber sempat menjadi salah satu anggota tim kampanye Australia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia2018/2022.[69]
Tantangan Tasmania Mark Webber
Pada bulan November2003, Webber mengorganisir dan berkompetisi dalam perjalanan (trekking) 10 hari di Tasmania dalam upayanya untuk mengumpulkan dana bagi badan amal penelitian kanker anak-anak. Perjalanan dimulai Marrawah di sebelah barat daya Australia, selanjutnya dimulailah perjalanan 1.000 km dengan bersepeda, kayak dan trekking di sepanjang pantai selatan dan kemudian berakhir di Coles Bay di timur Australia. Empat tim dari empat kontestan masing-masing memulai perjalanan, dengan hanya dua tim (termasuk timnya Webber) yang berhasil menyelesaikan seluruh perjalanan.[70] Ikut dalam acara amal ini antara lain, atlet Australia Pat Rafter, Steve Waugh, Cathy Freeman, James Tomkins, Guy Andrews dan aktor Joel Edgerton yang kesemuanya masing-masing berhasil menyelesaikan bagian-bagian tertentu dari perjalanan. Tantangan diakhiri dengan acara makan malam gala dan lelang untuk mengumpulkan dana. Webber mengatakan ia merasa punya keinginan kuat untuk menyelenggarakan acara setelah teringat akan kematian kakeknya akibat kanker,[71] dan melihat pula bahwa ia memiliki banyak teman yang memiliki anak, dan sedang berjuang melawan penyakit.
Dengan beralihnya Webber dari Jaguar Racing ke Williams Grand Prix Engineering pada akhir tahun 2004, acara serupa kemudian terpaksa ditunda sampai 2006, ketika ia mampu menjalin kontrak tiga tahun dengan Pemerintah Tasmania untuk mengadakan acara tersebut.[72] Acara pada tahun 2006 yang dinamakan "Mark Webber Pure Tasmania Challenge" diadakan selama enam hari dan menempuh jarak hampir 600 km. Dua belas tim bersaing dalam acara tersebut, yang berhadiah total AUS$500.000 untuk disumbangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan amal untuk anak-anak.
Tahun 2007 "Mark Webber Pure Tasmania Challenge" diluncurkan pada GP Australia yang berlangsung di Albert ParkMelbourne ketika Mark Webber bergabung dengan bintang-bintang olahraga Australia, artis Kylie Minogue, dan bintang HollywoodAnthony Edwards. Inti dari perjalanan itu antara lain adalah ujian fisik dan mental serta petualangan mengelilingi daerah Tasmania dalam format yang baru. Tim bersaing untuk penghargaan dalam dua kategori yang unik: Piala Van Diemen - dirancang khusus untuk tim atas nama perusahaan yang berisi maksimal empat orang peserta, dan Piala 2theXtreme - untuk tim yang berisi dua peserta. Seperti biasa dalam kedua kategori ini diperlombakan bersepeda, kayak, dan jalan kaki santai satu sama lain dalam sebuah tim yang melewati Gurun Tasmania dan Taman Nasional Freycinet sejauh hampir 450 km. Acara ini diadakan pada tanggal 17-23 November, dan untuk pertama kalinya, salah satu rekan Webber dari kalangan pembalap F1 yaitu Heikki Kovalainen ikut serta bergabung dalam acara ini.
Dalam acara serupa yang berlangsung pada akhir tahun 2008, Mark Webber mengalami kecelakaan saat sepedanya bertabrakan dengan mobil penduduk setempat, dan mengakibatkan kakinya patah. Webber dengan cepat melakukan operasi dan pengobatan terapi untuk bisa menyembuhkan kakinya tersebut karena takut ia tidak akan bisa mengikuti beberapa putaran awal musim F1 2009. Webber akhirnya bisa pulih tepat waktu dan kembali berlaga di GP Australia 2009.
Dikarenakan beberapa hal, acara "Mark Webber Pure Tasmania Challenge" tidak diselenggarakan pada tahun 2009 dan 2010.[73] Kemudian pada 1 Desember 2010, Mark Webber mengumumkan bahwa acara amalnya tersebut akan kembali diadakan pada tahun 2011. Webber berhasil mendapatkan kemitraan dengan Dinas Pariwisata Tasmania dan Octagon Australia untuk menjadi sponsor resmi acara tersebut selama tiga tahun dari 2011 sampai 2013.[74]
^Webber juga mengalami patah bahu dan patah tulang majemuk terbuka pada fibula dan tibia.[42][43]
^Dengan menang pada start Grand Prix yang ke-130, ia mencetak rekor untuk jumlah balapan yang terbanyak yang dimulai sebelum berhasil meraih kemenangan pertamanya.[44]Sergio Pérez adalah pemegang rekor saat ini; di mana dia berhasil memenangkan Grand Prix Sakhir 2020 pada start balapannya yang ke-190.[45]
^Sebelum Musim 2013 dimulai, penasihat Red Bull, yaitu Helmut Marko, menyatakan dalam sebuah wawancara dengan majalah internal Red Bull, yaitu Red Buletin, bahwa Webber dapat memenangkan rata-rata dua Grand Prix per musim, tetapi tidak konsisten sepanjang tahun. Marko juga mengatakan bahwa Webber tidak dapat memulihkan performanya saat penampilannya di bawah standar.[61] Komentar tersebut mendorong Webber untuk memberi tahu kepala tim, yaitu Christian Horner, bahwa Marko adalah persona non grata.[56]
^Laporan beredar di paddock bahwa Webber tidak diberi akses ke teknologi resmi kontrol traksi yang dikabarkan di mobilnya karena alasan biaya.[63]
^"Mark's Profile". [MarkWebber.com]. 2009-02. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-16. Diakses tanggal 2010-02-13.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
^Windsor, Peter (October 2013). "Advance, Australian Fair"(PDF). F1 Racing (212): 43–48. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 29 January 2021. Diakses tanggal 27 January 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Völker, Herbert (January 2013). "The Doctor Is in Session". The Red Bulletin: 45–46. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 January 2021. Diakses tanggal 27 January 2021 – via Issuu.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)