Nama Kelantan dikatakan pencemaran daripada perkataan gelam hutam, yaitu nama Melayu bagi pokok Melaleuca leucadendron. Ada juga yang mengatakan bahwa namanya datang daripada perkataan kilatan atau kolam tanah. Selain itu Negeri Kelantan juga dikenali dengan nama Tanah Serendah Sekebun Bunga, Tanjung Pura, dan Negeri Cik Siti Wan Kembang pada masa dahulu. Sejarah awal Kelantan tidak begitu jelas, tetapi penemuan arkeologi menunjukkan bukti Kelantan sebagai petempatan manusia di zaman prasejarah.[1][2] Kelantan awal mempunyai perhubungan dengan Kerajaan Funan, Kerajaan Khmer, Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Siam. Sekitar tahun 1411, Raja Kumar, raja Kelantan, membebaskan negeri itu dari Siam. Ia memakai gelaran Sultan Iskandar Shah apabila memeluk Islam. Baginda Sultan Iskandar, Kelantan mengasaskan Kerajaan Majapahit II yang berpusat di Kota Mahligai. Nama sebenar baginda ialah Kemas Jiwa. Baginda pernah berkahwin dengan Ratu Suhita, pemerintah Majapahit (1427-1447) dan baginda dianugerahkan seorang puteri. Di Majapahit. Kelantan kemudian menjadi sebuah pusat perdagangan yang penting pada akhir abad ke-15.
[3][4] Pada 1499, Kelantan menjadi negeri bawahan Kesultanan Melaka.
Dengan kejatuhan Melaka pada 1511, Kelantan dibahagikan dan diperintah oleh raja-raja kecil. Dengan ancaman oleh Siam pada 1603, kebanyakan raja kecil Kelantan bernaung di bawah Persekutuan Pattani Besar. Kerajaan Pattani membagi Kelantan menjadi 4 wilayah yaitu Kelantan Timur, Kelantan Barat, Legeh dan Ulu Kelantan. Kira-kira 1760, seorang putera raja Kelantan Barat berhasil dalam penyatuan wilayah Kelantan sekarang. Tidak lama kemudian, pada 1764, Long Yunus, putera raja Kelantan Timur, anak Long Sulaiman berhasil merebut takhta kerajaan dan mendeklarasikan diri sebagai Raja Kelantan. Bagaimanapun, dengan kematiannya, Kelantan dipengaruhi oleh Terengganu.
Pada 1800, Raja Muhammad mendeklarasikan diri sebagai sultan pertama Kelantan. Pada 1812, baginda melepaskan diri dari Terengganu dan menjadi negara ufti Siam yang terpisah. Pada 1820-an, Kelantan merupakan salah satu dari negeri penduduk terbanyak serta termakmur di Semenanjung Tanah Melayu karena berhasil menghindari perang dan pertikaian yang menimpa negeri-negeri di selatan dan barat. Siam terus memainkan peranan penting di Kelantan pada abad ke-19.
Di bawah Perjanjian Inggris-Siam pada 1909, Siam menyerahkan Kelantan, Terengganu, Kedah dan Perlis kepada Britania, dan Kelantan menjadi salah satu daripada Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu di bawah Residen British.
Kelantan merupakan tempat pertama di Malaya yang ditakluk oleh Jepang pada 8 Desember 1941. Semasa pendudukan Jepun, Kelantan sekali lagi dikawal oleh Siam, tetapi selepas kekalahan Jepun pada Agustus 1945, Kelantan kembali kepada pemerintahan Inggris. Kelantan menjadi bagian Persekutuan Tanah Melayu pada 1 Februari 1948 dan bersama-sama dengan negeri lain, mencapai kemerdekaan pada 31 Agustus 1957. Pada 16 September 1963, Kelantan menjadi salah satu dari negeri-negeri yang membentuk Persekutuan Malaysia.
Politik
Negeri Kelantan merupakan salah satu negeri "tradisional" orang Melayu. Kelantan dan Terengganu adalah negara bagian yang tidak diperintah oleh Pakatan Harapan. Partai PAS memenangkan pemilu DUN pada 1990 di negara bagian ini, dan berhasil bertahan hingga kini. Sultan Kelantan sejak 2010 ialah Sultan Muhammad V dan Menteri Besar ialah Ahmad Yaakob.
Negeri Kelantan mengalami iklim tropis, di mana hampir setiap tahun hujan turun dengan berselang-seling mengikut bulan tertentu pada setiap tahun. Biasanya hujan yang lebat akan terjadi selama beberapa hari atau beberapa bulan akan turun pada bulan November, Desember dan Januari. Suhu setiap hari rata-rata 21 °C
Demografi
Etnis
Dibanding dengan negara bagian lainnya yang ada di Malaysia, penduduk Kelantan lebih didominasi oleh etnis Melayu. Pada sensus penduduk Malaysia tahun 2020 tercatat bahwa 93,24% atau sebanyak 1.671.394 jiwa penduduknya adalah orang Melayu. Sementara etnis Tionghoa dan India masing-masing sebanyak 2,49% dan 0,26%. Selebihnya adalah bukan warga Malaysia, Bumiputera lainnya, serta etnis minoritas lainnya.[5]
Berikut adalah besaran penduduk Kelantan menurut etnis, berdasarkan data sensus Malaysia tahun 2020;[5]
Penduduk di Kelantan kebanyakan menggunakan bahasa Melayu Kelantan. Bahasa ini merupakan aksen dari bahasa Melayu baku. Bahasa ini berbeda dengan bahasa Melayu Terengganu tetapi digunakan sampai Pulau Perhentian dan wilayah Besut Terengganu bagian utara.
Agama
Pada tahun 2020, penduduk di Kelantan mayoritas menganut agama Islam yakni sebanyak 95,52%. Sementara itu, agama-agama lain yang dianut diantaranya Buddha sebanyak 2,83%, kemudian Kristen (Protestan dan Katolik) sebanyak 0,38%, dan Hindu sebanyak 0,21%. Selebihnya adalah Taoisme dan Kepercayaan tradisional Tionghoa, serta agama lain-lain dan tidak beragama.[5]
Berikut adalah banyaknya jumlah penduduk Kelantan menurut agama yang dianut, dari data sensus Malaysia tahun 2020:[5]
^"salinan arkib". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-14. Diakses tanggal 2018-08-15.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"salinan arkib". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-15. Diakses tanggal 2018-08-15.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)