Kerteh adalah salah satu mukim yang terletak di Kemaman, Terengganu, Malaysia. Permukiman di Kerteh terbentuk akibat keberadaan minyak bumi yang berada di dasar Laut Tiongkok Selatan yang berada tepat di Pantai Kerteh. Kerteh merupakan permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dengan fasilitas yang lengkap. Keunikan dari Kerteh ialah keberadaan deretan cahaya pada malam hari yang berasal dari Kawasan Perindustrian Petroleum Petronas yang akhirnya memperoleh julukan sebagai kota cahaya.
Asal usul nama
Ada dua asal-usul penamaan Kerteh. Pertama berkaitan dengan periode sebelum Kerteh menjadi permukiman. Kondisi wilayah Kerteh masih berupa perairan berbentuk rawa. Lalu terjadi pengeringan yang membentuk daratan di wilayahnya yang dikenali dengan nama kering kerotey dalam bahasa Melayu Terengganu. Nama ini kemudian mengalami perubahan dari kerotey menjadi kretay hingga akhrinya disebut kerteh. Asal-usul penamaan kedua berkaitan dengan sebuah kisah suami-istri dengan istri bernama Cik Teh. Suaminya berdialog dengan jawaban yaitu kera Teh ketika istrinya melihat seekor kera saat sedang membuat rumah. Nama ini kemudian berubah pelafalannya menjadi kerteh.[butuh rujukan]
Mata pencaharian
Sebelum dekade 1920-an, penduduk Kerteh bekerja sebagai nelayan, petani, dan pekerja kerajinan tangan. Para nelayan mengadakan penangkapan ikan hanya menggunakan sampan karena skala pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pekerjaan perkebunan terletak di kawasan Loji Penapis Minyak Terengganu dengan komoditas utama adalah kelapa.[butuh rujukan]Memasuki dekade 1920-an, pekerjaan nelayan meningkat karena telah didirikan industri pembuatan terasi, ikan kering dan budu. Nelayan telah menggunakan perahu berukuran besar dan melakukan penangkapan ikan dengan mengadakan pelayaran.[butuh rujukan]
Pembangunan
Pada dekade 1960-an, permukiman di Kerteh masih berupa rumah-rumah tradisional. Bahan bangunan untuk pembuatan atap masih menggunakan rumbia atau seng. Pada dekade 1970-an, kondisi pantai yang menghadap Laut Tiongkok Selatan membentang sepanjang 225 km masih dalam keadaan tenang. Pendaratan penyu di pantai masih dapat diamati.[butuh rujukan]
Sebelum tahun 1979, Kerteh belum menjadi tempat persinggahan. Namun sejak tahun 1979, Petronas mulai menugaskan para pekerjanya untuk mengukur tanah dalam rangka pembuatan bandar udara, saluran pipa gas untuk perumahan, dan stasiun cuaca.[butuh rujukan]
Pengelolaan pekerjaan oleh pekerja Petronas diatur oleh Wahab bin Abdul Rahman. Kondisi tanah diketahui dengan mengamati jejak kaki dari hewan seperti babi, rusa, beruang, dan harimau. Penyeberagan dari tepi sungai ke tepi sungai lainnya masih dilakukan dengan berenang karena belum ada jembatan penghubung. Pertambangan minyak mulai dilakukan dan mulai digunakan istilah pertambangan seperti petroringgit, pelantar minyak, minyak mentah maupun gas petroleum cair.[butuh rujukan]
Sebuah kampung bernama Kampung Labuhan di Kerteh memiliki fungsi sebagai sebuah kawasan pelabuhan. Di wilayahnya terdapat sebuah pantai yang diberi nama Pantai Ma'Daerah. Kampung Labuhan menjadi wilayah dengan ladang kelapa sawit terluas dan dikenal sebagai Loji Penapisan Minyak Terengganu. Di sekitar Kampung Labuhan terdapat sebuah perkampungan lain bernama Kampung Nyior Matir. Penduduk Kampung Labuhan berasal dari Kampung Nyior Matir. Ladang kelapa sawit mencakup wilayah Kampung Labuhan hingga ke Stasiun Tenaga Listrik Paka. Produk utama ladang tersebut ialah kelapa kering. Pelabuhan yang terletak di Kampung Labuhan menjadi lokasi eksor kelapa kering dari Terengganu ke negara lain.[butuh rujukan]