PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk, beroperasi sebagai Cineplex 21 Group, adalah sebuah jaringan bioskop di Indonesia, dan pelopor jaringan cineplex di Indonesia. Jaringan bioskop ini tersebar di beberapa kota besar di seluruh Indonesia dan sebagian besar di antaranya terletak di dalam pusat perbelanjaan, dengan film-film Hollywood dan Indonesia sebagai menu utama, dan didukung oleh teknologi tata suara Dolby Digital, THX dan yang terbaru Dolby Atmos. Cineplex 21 Group memulai kiprahnya di industri hiburan sejak tanggal 21 Agustus 1987. Hingga November 2024, Cineplex 21 Group memiliki 253 bioskop dengan total 1.334 layar di 62 kota/kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Sudwikatmono bekerjasama dengan Benny Suherman dan Harris Lesmana.
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, Cineplex 21 Group telah melakukan sejumlah pembenahan dan pembaharuan, di antaranya adalah dengan membentuk jaringan bioskopnya menjadi 4 merek terpisah, yakni Cinema 21, Cinema XXI, The Premiere, dan IMAX untuk target pasar berbeda.
Studio 21 pertama dibangun di Jalan MH Thamrin Kav 21 oleh Sudwikatmono sepupu PresidenSoeharto pada tanggal 21 Agustus 1987, setelah berhasil melakukan ujicoba sinepleks dengan mengubah ruang gedung bioskop Kartika Chandra menjadi beberapa layar. Studio pertama, Sinepleks di Kartika Chandra ini juga bekerjasama dengan Raam Punjabi. Nama "21" diambil dari nomor kaveling jalan MH Thamrin di lokasi Studio 21 pertama dibangun. Namun, ada juga yang mengatakan, bahwa nama itu sesungguhnya merupakan akronim dari Su-Dwi-kat-Mono. Saat ini, Gedung Studio 21 pertama tersebut sudah berubah menjadi gedung pencakar langit Sinarmas Land Plaza. Pada tanggal 16 September 1988, didirikan sebuah perusahaan bernama PT Subentra Nusantara yang mengelola bioskop tersebut. Pada tanggal 15 Juli 1999, Sudwikatmono melepaskan kepemilikan jaringan bioskop 21 itu kepada partnernya, Benny Suherman dan Harris Lesmana, kemudian perusahaan tersebut berganti nama menjadi PT Nusantara Sejahtera Raya.[2]
CINEMA 21 memiliki jaringan bioskop terbanyak di Indonesia sebelum Cinema XXI berdiri. Cinema 21 menguasai sebagian besar pangsa pasar penonton bioskop Indonesia dengan memberlakukan harga tiket bervariasi dan jenis film yang diputar, sesuai dengan lokasi dan target yang dituju.[3]
Setelah Cinema XXI berdiri, perlahan Cinema 21 berubah menjadi jaringan bioskop kelas dua, dengan sebagian besar film yang diputar merupakan film-film karya negeri sendiri dan film-film asing yang tidak diputar di Cinema 21 lagi. Namun hal ini tidak berlaku di beberapa kota di luar Jakarta yang belum tersedia Cinema XXI dan tidak banyak terdapat Cinema 21.[4]
Pada umumnya Cinema 21 telah dilengkapi tata suara Dolby Digital, dan bahkan beberapa di antaranya yang merupakan Cinema 21 versi terdahulu telah bersertifikat THX, seperti Hollywood KC 21 (Kini Hollywood XXI), Megaria 21 (Kini Metropole XXI), Mega 21 (Kini Pluit Village XXI), Puri 21 (Kini Puri XXI), Anggrek 21 (Kini Anggrek XXI), Citra 21 (Kini Citra XXI), GM 21 (Kini GM XXI), Atrium 21 (kini Atrium XXI), Arion 21 (Kini Arion XXI), Setiabudi 21 (Kini Setiabudi XXI), untuk area Jakarta. Tidak hanya itu, beberapa Cinema 21 bahkan mengadaptasi suasana dan kenyamanan yang setara dengan Cinema XXI. Namun sekali lagi, hal itu berdasarkan pangsa pasar yang dituju dan perjanjian dengan pengelola mal.
Cinema 21
Saat ini, Cinema 21 hanya tersisa sembilan cabang saja. Sedangkan bioskop-bioskop baru yang akan terus dibuka di waktu mendatang hanyalah yang bermerek Cinema XXI. Berikut adalah bioskop yang masih memakai merek Cinema 21:
Cinema XXI pertama kali didirikan di Plaza IndonesiaEntertainment X'nter pada hari Rabu, 7 Januari 2004, dengan 4 buah teater reguler dan 2 buah teater Premiere. Cinema XXI yang diberi nama Studio XXI ini merupakan satu-satunya Cinema XXI yang menggunakan sofa empuk di keseluruhan studionya, dan memiliki sertifikat THX untuk semua studionya. Tanggal 30 Juni 2014 adalah hari terakhir beroperasinya Cinema XXI di tempat ini.[5]
Mayoritas film-film yang diputar di Cinema XXI merupakan film-film Hollywood, baik yang terbaru, ataupun yang telah tersimpan lama. Namun beberapa XXI juga turut memutar film Indonesia, sesuai dengan lokasi dan pasar pengunjung pusat perbelanjaan yang bersangkutan.
Beberapa Cinema 21 turut direnovasi menjadi Cinema XXI, dengan penambahan karpet, perubahan desain, dan penggantian kursi studio.
Perbedaan mencolok antara Cinema XXI dengan Cinema 21 adalah dengan disediakannya sejumlah fasilitas seperti games, cafe, lounge, hingga ruang merokok di sejumlah gerai XXI.
Setiap tahunnya, kemunculan Cinema XXI di kota-kota besar terus meningkat, menggantikan kemunculan Cinema 21. Tidak hanya itu, beberapa Cinema XXI maupun 21 masih terus melakukan pembenahan.
Di penghujung 2008, seiring dengan perkembangan teknologi 3D dan makin maraknya film-film berbasis format tersebut, Cinema XXI turut mengaplikasikan teknologi Dolby Digital Cinema 3D di beberapa XXI yang memadai. Jumlah bioskop XXI yang mengadakan fasilitas ini pun masih terus bertambah, seiring dengan perkembangan film-film berformat digital dan 3D yang makin meningkat jumlahnya.
Ditargetkan untuk pecinta film yang menginginkan fasilitas yang lebih mewah, terdapat pula The Premiere, suatu konsep bioskop yang diperlengkapi dengan segala kemewahan yang ada, termasuk di dalamnya lobby khusus, kursi khusus layaknya kelas bisnis di dalam sebuah pesawat, dan juga selimut serta kemewahan-kemewahan lainnya. Hanya film-film Hollywood yang diputar di The Premiere.
The Premiere pertama kali dibuka di bioskop Senayan 21 (sekarang Plaza Senayan XXI) Jakarta pada tahun 2002[6] dan hingga saat ini sudah hadir di beberapa kota besar di Indonesia. The Premiere mematok harga Rp 60.000 - 150.000.
Bandung merupakan kota pertama yang menghadirkan The Premiere di luar Jakarta. Dibuka pada tanggal 1 Mei 2009, The Premiere di Bandung terletak di Ciwalk XXI dengan harga Rp 50.000.
Mulai 2010, The Premiere juga ada di Surabaya, terletak di mal Grand City dan Lenmarc. Tahun 2011, The Premiere ketiga di Surabaya juga dibuka di Ciputra World, tahun 2015 The Premiere juga ada di Tunjungan Plaza 5 dan akhirnya tahun 2017 The Premiere juga ada di Pakuwon Mall. Tahun 2023, The Premiere juga ada di Galaxy Mall.
Tahun 2012, The Premiere pertama di Bali dibuka di Beachwalk.
Mal Jayapura, Lantai 4, Jl. Sam Ratulangi Apo, Bhayangkara, Jayapura
1
IMAX
IMAX pertama yang dibuka oleh 21 Cineplex dibuka di Gandaria City pada tanggal 4 Mei 2012 dengan film The Avengers sebagai film pertama yang diputar. Bioskop IMAX Gandaria City memiliki layar dengan luas 11 x 20 meter dengan kapasitas 391 kursi. Studio IMAX yang kedua dibuka setahun kemudian, berlokasi di Mal Kelapa Gading pada 24 April 2013 dengan film Iron Man 3. Bioskop IMAX Kelapa Gading memiliki layar yang lebih besar dari IMAX Gandaria City dan juga kapasitas tempat duduk yang lebih banyak, dengan 539 kursi. Hanya film-film Hollywood yang diputar di IMAX. Namun, pada tanggal 4 Agustus 2022, film Pengabdi Setan 2: Communion menjadi film Indonesia pertama yang diputar di IMAX.
Untuk melengkapi kenyamanan para penonton, pihak Cineplex 21 meluncurkan sistem mobile ticketing (m.tix) untuk pemesanan tiket melalui aplikasi di ponsel Android dan IOS serta situs web.
m.tix tersedia di semua bioskop Cinema XXI dan Cinema 21. Penonton dapat langsung menggunakan fasilitas ini di ponsel masing-masing tanpa harus mengantri di loket bioskop. Pembayaran dapat dilakukan dengan m.tix Point, Sakuku, Gopay, Livin' by Mandiri, serta pembayaran debit lainnya dengan biaya admin sebesar Rp3.500 per tiket.
Selain untuk pemesanan tiket, m.tix juga bisa digunakan untuk pemesanan makanan, minuman, serta camilan lewat layanan M-Food.
Selain dengan m.tix, Cineplex 21 juga bekerjasama dengan aplikasi Tix ID dalam penjualan tiket secara daring. Penonton yang ingin membeli melalui Tix ID dapat melakukan pembayaran dengan dompet digital Dana dan kartu debit yang telah ditautkan di dalam aplikasi dengan biaya admin sebesar Rp4.000 per tiket.