Peristiwa dan pengajaran di dalam pasal ini (dan seluruh pasal 13 sampai 17) terjadi di wilayah kota Yerusalem. Letak tepatnya tidak diberikan, tetapi Yohanes 18:1 menyatakan bahwa, "Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron." Karena Yohanes 14:31 diakhiri dengan "bangunlah, marilah kita pergi dari sini",[5]Cambridge Bible for Schools and Colleges berpendapat bahwa Yesus dan para murid-Nya telah "bangkit dari meja perjamuan dan bersiap-siap untuk berangkat, tetapi isi ketiga pasal selanjutnya (15-17) diucapkan sebelum mereka meninggalkan tempat itu".[6]
Injil Yohanes pasal 17 ini umumnya dikenal sebagai Doa Perpisahan atau Doa Imam Besar, karena merupakan doa syafaat untuk Gereja yang akan terbentuk.[7][8] Merupakan doa Yesus terpanjang dalam seluruh kitab-kitab Injil.[9] Sementara bagian-bagian awal Amanat Perpisahan itu ditujukan kepada para murid, bagian terahir ini diarahkan kepada Bapa, selagi "Yesus menengadah ke langit" dan berdoa.[7]
Doa ini bertempat pada waktu yang unik dalam pelayanan Yesus, yaitu pada akhir pemberian Amanat Perpisahan-Nya kepada para pengikut-Nya, dan menjelang permulaan Kesengsaraan-Nya.[9] Begitu doa berakhir, peristiwa-peristiwa kesengsaraan dan berakhirnya kehidupan Yesus di dunia ini mendekat dengan cepat.[9] Dalam doa ini, untuk terakhir kalinya Yesus memberikan laporan pelayanan-Nya di dunia kepada Sang Bapa dan melalui doa itu mengulangi ketergantungan-Nya sepenuhnya kepada Bapa.[9]
Pada awal doa, Yesus memohonkan kemuliaan-Nya kepada Bapa, karena tugas-Nya telah selesai, kemudian melanjutkan dengan doa syafaat untuk keberhasilan pekerjaan para murid-Nya dan komunitas para pengikut-Nya.[7]
Tema kunci doa ini adalah pemuliaan Sang Bapa. Dalam bagian pertama, Yesus berbicara dengan Bapa mengenai hubungan mereka, jadi secara tidak langsung mengulangi kepada murid-murid-Nya.[10] Kemudian, mengenang hakikat hubungan mereka, Yesus memohon kepada Bapa untuk memuliakan-Nya seperti Ia telah memuliakan Bapa selama pelayanan-Nya di dunia - merujuk kepada tema kehidupan kekal, yang dicatat dalam Yohanes 17:3:[10]
"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."
Doa Perpisahan ini terdiri dari lima permohonan sebagai berikut:[7]
17:1-5: Permohonan untuk pemuliaan berdasarkan selesainya pekerjaan-Nya
17:6-10: Permohonan untuk para murid-Nya
17:11-19: Permohonan untuk pemeliharaan dan pengudusan "milik-Nya" di dalam dunia
17:20-23: Permohonan untuk kesatuan "milik-Nya"
17:24-26: Permohonan untuk penyatuan "milik-Nya" dengan diri-Nya
Dua permohonan terakhir adalah untuk kesatuan, dengan ciri-ciri:
"Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:" - Yohanes 17:22
"Dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." - Yohanes 17:26
di mana permohonan yang terakhir ini adalah untuk kesatuan kekal Yesus dan para pengikut-Nya.[10]
Yesus berdoa kepada "Bapa-Nya" dalam pasal ini dengan menyebut Allah Bapa enam kali sebagai "Bapa"(bahasa Yunani: πατηρ, pater, Yohanes 17:1, 5, 21, 24), "Bapa yang kudus" (bahasa Yunani: πατηρ ἅγιε, pater hagie, Yohanes 17:11) dan "Bapa yang adil" (bahasa Yunani: πατηρ δικαιε, pater dikaie, Yohanes 17:25). Ini merupakan satu-satunya pemunculan dalam Perjanjian Baru di mana bentuk-bentuk vokatif αγιε dan δικαιε, digunakan untuk penyebutan langsung kepada Allah.[13]
Ayat 1
Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata:
"Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau." (TB)[14]
Doa Yesus yang terakhir untuk para murid-Nya menunjukkan keinginan-Nya yang mendalam bagi semua orang percaya, baik dahulu maupun sekarang. Doa ini juga merupakan suatu teladan yang diilhamkan Roh tentang bagaimana semua gembala sidang harus mendoakan jemaat mereka, dan bagaimana orang-tua harus mendoakan anak-anak mereka. Dengan berdoa untuk mereka yang berada di bawah pengawasan kita, perhatian terbesar haruslah:
(1) supaya mereka dapat mengenal Kristus dan Firman-Nya secara mendalam (ayat Yoh 17:2-3,17,19);
(2) supaya Allah melindungi mereka dari dunia, agar mereka tidak tersesat oleh tipu daya Iblis dan ajaran palsu (ayat Yoh 17:6,11,14-17);
(3) supaya mereka senantiasa memiliki sukacita penuh di dalam Kristus (ayat Yoh 17:13);
(4) supaya mereka kudus dalam pikiran, perbuatan, dan tabiat (lihat Yoh 17:17);
(5) supaya mereka menjadi satu dalam tujuan dan persekutuan sebagaimana halnya Yesus dengan Bapa (ayat Yoh 17:11,21-22);
(6) supaya mereka dapat menuntun orang lain kepada Kristus (ayat Yoh 17:21,23);
(7) supaya mereka dapat bertekun dalam iman dan akhirnya bersama dengan Kristus di sorga (ayat Yoh 17:24); dan
(8) supaya mereka senantiasa hidup di dalam kasih dan kehadiran Allah (ayat Yoh 17:26).[15]
Ayat 3
[Yesus menengadah ke langit dan berkata:] "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal YesusKristus yang telah Engkau utus." (TB)[16]
Ayat 11
[Yesus menengadah ke langit dan berkata:] "Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita."[17]
Ayat 20
[Yesus menengadah ke langit dan berkata:] "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;"[18]
[Yesus menengadah ke langit dan berkata:] "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."[19]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 9794159050.
^Halley, Henry H. Halley's Bible Handbook: an Abbreviated Bible Commentary. 23rd edition. Zondervan Publishing House. 1962.