Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam pasal ini terjadi satu hari setelah selesainya perayaan Pondok Daun, berdasarkan Yohanes 7:37, yaitu sekitar 6 bulan sebelum masa sengsara-Nya yang jatuh pada hari-hari perayaan Paskah Yahudi pada tahun berikutnya.
Kalimat ini merupakan sambungan dan sekaligus perbandingan dengan ayat sebelumnya Yohanes 7:53. Di ayat tersebut tertulis bahwa orang-orang "pulang, masing-masing ke rumahnya," dan di ayat ini dilanjutkan "tetapi Yesus" tidak mempunyai tempat untuk "meletakkan kepala-Nya" (lihat Lukas 9:58) dan melewatkan malam hari itu di Bukit Zaitun.[4]Bukit Zaitun adalah bukit yang terletak di sebelah timur Yerusalem, dipisahkan dari kota itu oleh lembah Kidron.[5] Jaraknya tidak sampai "seperjalanan Sabat"[6] dari Yerusalem.[7]
Ayat 2
Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.[8]
"Seluruh rakyat datang": berhubung hari raya Pondok Daun baru selesai sehari sebelumnya (lihat Yohanes 7:37), banyak pengunjung masih berada di Yerusalem. Mereka tertarik pada munculnya seorang rabbi terkenal, yaitu YesusKristus, maka dengan segera mereka berkumpul di sekitar-Nya.[4]
"Ia duduk": Pada zaman kuno, guru-guru Israel duduk bila mengajar. Yesus Kristus mengambil posisi seorang guru yang otoritatif dan mengajar orang-orang yang berkumpul.[4]
Ayat 5
"Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"[9]
Referensi silang: Imamat 20:10; Ulangan 22:22; Ayub 31:11
Hukum mengenai perzinahan tertulis dalam kumpulan kitab Taurat terutama dalam Kitab Imamat dan Kitab Ulangan. Dalam kedua kitab tersebut tertulis bahwa: "pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu."[10]
Ayat 7
Dan ketika mereka [ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi] terus-menerus bertanya kepada-Nya [Yesus], Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."[11]
Kata-kata ini tidak boleh dipergunakan sebagai peluang untuk tidak menghukum dosa di dalam gereja, atau menganggap remeh dosa sesama orang Kristen. Sikap semacam itu memutarbalikkan ajaran Alkitab terhadap dosa antara umat Allah.
1) Kelakuan gereja terhadap orang berdosa di luar gereja yang belum berkesempatan untuk menanggapi kasih karunia Allah dalam Kristus, dan kelakuannya terhadap mereka di dalam gereja yang berbuat dosa dan tidak menaati Kristus, sangat berbeda.
Jawabnya [perempuan itu]: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."[13]
Ayat 12
Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."[14]
Merujuk kepada peranan Mesias yang disebutkan dalam Kitab Yesaya pasal 49 sebagai "terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke ujung bumi"[15]
Ayat 31-32
Maka kata-Nya [Yesus] kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."[16]
Ayat 36
[Kata Yesus:] "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."[17]
Ayat 58
Kata Yesus kepada mereka [orang-orang Yahudi]: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."[18]
Hieronimus (atau disebut Jerome) melaporkan bahwa pericope adulterae ditemukan pada tempat biasanya di "banyak naskah Yunani dan Latin" di Roma dan di Latin Barat pada akhir abad ke-4. Ini didukung oleh beberapa bapa gereja dari abad ke-4 dan ke-5 M; termasuk Ambrose, dan Augustinus. Augustinus menulis bahwa nas ini rupanya secara tidak lazim sengaja dihilangkan pada sejumlah naskah dengan tujuan untuk menghindari kesan bahwa Kristus mengizinkan perzinahan:
"Orang-orang tertentu yang imannya kurang, atau bahkan musuh-musuh iman yang benar, takut, aku rasa, jangan-jangan istri-istri mereka harus diberi pengampunan dalam berbuat dosa, membuang dari naskah-naskah mereka tindakan Tuhan mengampuni perempuan yang berzinah, seakan-akan Ia yang berkata, Jangan berbuat dosa lagi, telah memberi izin untuk berbuat dosa."[20]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
^"Pericope Adulteræ" dieja "peˈrikope aˈdulterai" dalam Latin klasik.
^"Sed hoc videlicet infidelium sensus exhorret, ita ut nonnulli modicae fidei vel potius inimici verae fidei, credo, metuentes peccandi impunitatem dari mulieribus suis, illud, quod de adulterae indulgentia Dominus fecit, auferrent de codicibus suis, quasi permissionem peccandi tribuerit qui dixit: Iam deinceps noli peccare, aut ideo non debuerit mulier a medico Deo illius peccati remissione sanari, ne offenderentur insani." Augustine, De Adulterinis Conjugiis 2:6–7.
Dikutip dalam Wieland Willker, A Textual Commentary on the Greek GospelsDiarsipkan 2011-04-09 di Wayback Machine., Vol. 4b, p. 10.