Kota Padang Panjang
SejarahSatu-satunya kota yang memiliki ikatan sejarah pendidikan dan keagamaan yang popular di Sumatera Barat dari dahulu hingga sekarang adalah Kota Padang Panjang. Namun, sebelum kota itu dikenal, di awal abad ke-19 sebagai sentra penyebaran dakwah agama Islam di Ranah Minang ini, Kota Padang Panjang ternyata sedikit memiliki sejarah yang agak kelam. Disebut demikian, karena pernah terjadi peperangan antar kaum yang disulut oleh perkara jual beli di Pakan Jumat nan Usang antara kaum Nan IV Koto yang terhimpun dari Gunung, Paninjauan, Jaho, dan Tambangan melawan kaum Nan V Koto yang meliputi Singgalang, Air Angek, Pandai Sikek, Koto Laweh, dan Panyalaian.[8] Kota Padang Panjang sekarang dahulunya adalah satu kawasan padang ilalang yang luas, yang kerap disebut sebagai Tangah Padang Nan Panjang. Batasannya dari Gantiang hingga Bukit Tui sekarang. Tidak ada rumah dan sawah sama sekali. Mungkin seperti sabana padang ilalang yang luas dan datar. Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah hamparan ilalang yang bergoyang. Waktu peperangan itu, nama “Tangah Padang Nan Panjang” ditambah dengan “Sari Mananti”. Jadi, namanya kian panjang, “Tangah Padang Nan Panjang Sari Mananti”. Adapun hamparan padang ilalang itu adalah kepunyaan orang Gunung, kaum Nan IV Koto. Daerah Gunung, sebagai sebuah daerah tentu punya batas wilayah tertentu, dimana sebelah timur berbatasan dengan Batipuh. Sebelah barat dengan Batang Anai, sebelah Selatan dengan Ambacang Rombok, dan sebelah utara dengan Kubu Induk Ayam (Panyalaian).[8] Kaum V Koto, dalam peperangan tersebut dikomandoi oleh dua orang pandekar yang gagah dan berani, yakni Akik Bagindo Rajo (orang Singgalang) dan Rasul Andung Bagindo Ali (orang Aia Angek). Sedangkan yang menjadi panglima perang dari Kaum Nan IV Koto, dipimpin oleh Tuanku Bandaro (orang Gunung) dan Datuk Bungsu (orang Paninjauan). Karena perselisihan perkara jual beli itu, pecahlah tragedi perang antar kaum dan antar kampung. Peperangan itu tidaklah seimbang mengingat, jumlah pasukan kaum Nan V Koto amatlah banyak. Berbeda pada pasukan kaum Nan IV Koto. Karena tidaklah seimbang, alhasil, mereka nyaris kalah, dan kedua panglima Kaum Nan IV Koto, Tuanku Bandaro dan Datuk Bungsu hampir dapat ditawan oleh pasukan Nan V Koto. Karena perang begitu kejam, Tuanku Bandaro dan Datuk Bungsu dibunuh di Bandar Jum’ah tepatnya 1 Desember 1790 M. Lokasinya, sekarang, adalah di Simpang Bak Air simpang ke Paninjauan.[8] Kaum Nan IV Koto, pun mundur karena kekalahan hampir diambang mata dan kedua panglima mereka telah tewas. Sebaliknya seorang panglima pasukan dari Singgalang yang bernama Sitampuh Raja di laut suku Pisang, bako dari Datuk Tumanggung bekas penghulu Singgalang berlari dengan kencang menyerbu pasukan Nan IV Koto. Saking bernafsu mengejar pasukan Nan IV Koto yang hampir kalah, kakinya tersorong (tersaruk/terjepit) di rongga batu di daerah Bukit Kepanasan. Lama-kelamaan, Bukit Kepanasan berubah nama menjadi Bukit Tersorong dan akhirnya, menjadi Bukit Surungan dikemudian hari.[8] Sebelum benar-benar kalah, pasukan Nan V Koto yang merasa sedang berada diatas angin, sedangkan pasukan Kaum Nan IV Koto hampir binasa, datanglah Tuanku Pamansiangan orang Koto Laweh-ulama ternama tetapi sejarahnya kurang dikenal dikemudian hari- mencemplungkan diri ke tengah peperangan yang sedang berkecamuk itu. Ia memarahi kedua belah pihak. Ia nasehati kedua kaum yang ternyata masih memiliki hubungan keluarga antara satu sama lain. Timbul rasa insyaf kedua belah pihak, walau korban telah berjatuhan. Perdamaian pun digagas berkat campur tangan ulama besar ini.[8] Sejak itulah, Kubu Induk Ayam, Pakan Jumat Nan Usang serta Bukit Surungan ditetapkan menjadi Kubu oleh orang Nan V Koto yang sekarang dihuni oleh orang Nan VI Koto karena belakangan bertambah satu, yakni Koto Baru. Disebut kubu, karena berfungsi sebagai pengintai sekiranya musuh datang atau melanggar Negeri V Koto. Orang yang bertugas menjaga itulah yang akan melaporkan kepada kaum Nan V Koto. Yang mula-mula menjaga Kubu Bukit Surungan itu sebelum dihuni oleh seseorang, ialah dihuni oleh ninik Gunung dari Koto Laweh. Selama 26 tahun kubu tadi dijaga olehnya, kemudian dilanjutkan oleh orang Aia Angek yang bergelar Angku Ukun. Selanjutnya, kubu tadi, diupayakan oleh orang Nan VII Laras, dengan menjadikan Tengah Padang Nan Panjang Sari Mananti” sebagai medan perdamaian orang Nan Tujuh Laras setelah pecah perang Regent Batipuh melawan Gubernement. Nama yang panjang itu dipersingkat menjadi sebutan “Padang Panjang”.[8] Seorang Laras VI Koto, yang bernama Tuanku Nan Elok, dari Koto Laweh meminta kepada pemerintah kolonial, agar sebagian kota Padang Panjang dijadikan hak milik orang Nan VI Koto. Permintaan itupun disetujui. Maka sejak Batang Bakarek sampai Air Putih, terus Padang Sarai (daerah Kampong Teleng) dan Batang Anai kepunyaan orang Nan VI Koto. Sedangkan Tabu Baraia (Kandang Aia Tabek kepunyaan Orang Nan VI Koto) jatuh menjadi kepunyaan orang Nan IV Koto, sebagai ganti kepemilikan. Tapi sayangnya, orang Nan IV Koto Baru sadar, kalau hal itu telah merugikan daerah mereka karena wilayahnya kian kecil dan tidak mendapatkan apa-apa. Tapi apa lacurnya, nasi telah jadi bubur. Yang berlalu tidak bisa disesali lagi.[8] Tuanku Nan Elok berjanji akan meramaikan Padang Panjang dengan membuat sawah dan ladang. Mengaliri air dengan membuat bandar (selokan air) dari Panyalaian ke Padang Panjang. Bandar air yang besar itu (bandar gadang) sekarang adalah jalur yang dipakai oleh rel Kereta Api sekarang. Sejak adanya Bandar Gadang tadi, sawah pun bertebaran dimana-mana. Seperti di jalan hendak ke Lubuk Mata Kucing, mungkin areal daerah belakang Perguruan Diniyyah Puteri sampai ke terminal Bukit Surungan sekarang. Kemudian sawah di Kampung Manggis dan lainnya.[8] Yang tidak bisa dijadikan sawah adalah bagian Silaing dan Padang Sarai karena tidak ada tempat untuk mengaliri air. Maka bermufakatlah Tuanku Nan Elok laras VI Koto dengan Tuan Lie Saij untuk membuat bandar dari Lubuk Mata Kucing ke Silaing dengan pengerjaannya dilakukan oleh kaum Nan VI Koto. Karena air berlebihan di Silaing, maka Tuan Lie Saij membuat kebun rumput banto-untuk makanan kuda kompeni Belanda, dan ia pun membayar sewanya kepada kaum Nan VI Koto. Sejak usaha Tuan Lie Saij berhasil maka beramai-ramailah penduduk Padang Panjang membuat usaha serupa, yakni bercocok tanam padi sawah dan berkebun rumput banto.[8] Usaha yang dilakukan Tuanku Nan Elok, yang lain adalah membuat bandar air baru sejak dari simpang ke Paninjauan (Bak Aia sekarang), terus ke Kampung China, Kampung Nias dan jalan ke Sungai Andok. Rupanya, Tuan Sikolos, tertarik pula untuk melakukan seperti yang diperbuat oleh Tuan Lie Saij, sejak adanya Bandar air yang dibangun oleh Tuanku Nan Elok VI Koto. Maka disewa pula sebidang tanah kepada Tuanku Nan Elok Laras VI Koto. Ini dilakukan sejak aliran air yang kian lancar ke Kampung Nias. Akhirnya, timbulllah nama daerah itu menjadi Kebun Sikolos.[8] Itulah kemudian yang menjadi cikal bakal kota yang dikenal saat ini. Kawasan kota ini sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Tuan Gadang di Batipuh. Pada masa Perang Padri kawasan ini diminta Belanda sebagai salah satu pos pertahanan dan sekaligus batu loncatan untuk menundukan kaum Padri yang masih menguasai kawasan Luhak Agam. Selanjutnya Belanda membuka jalur jalan baru dari kota ini menuju Kota Padang karena lebih mudah dibandingkan melalui kawasan Kubung XIII di kabupaten Solok sekarang. Di masa selanjutnya, wilayah VI Koto dan IV Koto kemudian bergabung membentuk wilayah X Koto yang saat itu Nagari Gunung masih termasuk di dalamnya. X Koto pada era kolonial Belanda dijadikan sebagai wilayah onderafdeeling yang merupakan bagian dari Afdeeling Batipoeh en X Koto, hingga kemudian turun status menjadi bagian dari wilayah Onderafdeeling Batipoeh yang ini merupakan bagian dari Afdeeling Batipoeh en Pariaman setelah adanya perubahan stuktur wilayah administratif. Pada era kolonial Belanda ini, Padang Panjang dijadikan sebagai daerah yang mengkoordinir wilayah X Koto. Pasca kemerdekaan Indonesia, Padang Panjang merupakan bagian dari Tanah Datar yang saat itu berstatus sebagai luhak setelah terakhir diterapkan di masa Kerajaan Pagaruyung hingga dianeksasi oleh Hindia Belanda setelah kemenangannya pada momen Perang Paderi. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan sementara Kota Padang, setelah Kota Padang dikuasai Belanda pada masa agresi militer Belanda sekitar tahun 1947.[9] Kemudian, Padang Panjang terbentuk sebagai wilayah otonom setingkat kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota kecil dalam lingkungan daerah provinsi Sumatra Tengah pada tanggal 23 Maret 1956. Kawasan ini pada mulanya terdiri dari Nagari Bukit Surungan dan juga Nagari Lareh Panjang (yang berdasarkan informasi yang minim, wilayah ini dahulunya pernah disebut sebagai Nagari Balai-Balai, entah itu penamaan resmi atau mungkin penamaan awam). Hingga kemudian Nagari Gunung yang ada di wilayah X Koto turut bergabung dan membentuk wilayah Padang Panjang yang dikenal saat ini. GeografiKota ini juga disebut kota dingin. Kota ini berada di daerah ketinggian yang terletak antara 650 sampai 850 meter di atas permukaan laut, berada pada kawasan pegunungan yang berhawa sejuk dengan suhu udara maksimum 26.1 °C dan minimum 21.8 °C, serta berhawa dingin dengan suhu udara yang pada umumnya minimum 17 °C, dengan curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata 3.295 mm/tahun. Di bagian utara dan agak ke barat berjejer tiga gunung: Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek.[10] Secara topografi kota ini berada pada dataran tinggi yang bergelombang, di mana sekitar 20,17 % dari keseluruhan wilayahnya merupakan kawasan relatif landai (kemiringan di bawah 15 %), sedangkan selebihnya merupakan kawasan miring, curam dan perbukitan, serta sering terjadi longsor akibat struktur tanah yang labil dan curah hujan yang cukup tinggi. Namun pada kawasan yang landai di kota ini merupakan tanah jenis andosol yang subur dan sangat baik untuk pertanian.
PemerintahanKota ini sebagai pemerintah daerah terbentuk berdasarkan Undang-undang nomor 8 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota kecil dalam lingkungan daerah provinsi Sumatra Tengah pada tanggal 23 Maret 1956. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang nomor 1 tahun 1957, status kota ini sejajar dengan daerah kabupaten dan kota lainnya di Indonesia. Berdasarkan keputusan DPRD Peralihan Kota Praja nomor 12/K/DPRD-PP/57 tanggal 25 September 1957, maka kota Padang Panjang dibagi menjadi 4 wilayah administrasi, yakni Resort Gunung, Resort Lareh Nan Panjang, Resort Pasar dan Resort Bukit Surungan. Kemudian, berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 istilah kota praja diganti menjadi kotamadya dan berdasarkan peraturan menteri nomor 44 tahun 1980 dan peraturan pemerintah nomor 16 tahun 1982 tentang susunan dan tata kerja pemerintahan kelurahan, maka resort diganti menjadi kecamatan dan jorong diganti menjadi kelurahan dan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 13 tahun 1982 kota Padang Panjang dibagi atas dua kecamatan dengan 16 kelurahan. Saat Padang Panjang berstatus kota praja hingga berubah status menjadi kotamadya dari tahun 1957 sampai pada tahun 1982, wilayah administrasi yang terdiri dari 4 resort ini terdiri dari beberapa jorong yakni : 1. Resort Bukit Surungan : a. Jorong Bukit Surungan. b. Jorong Kampung Manggis. c. Jorong Silaing Atas. d. Jorong Silaing Bawah. 2. Resort Pasar : a. Jorong Pasar Usang. b. Jorong Pasar Baru. c. Jorong Balai-Balai. d. Jorong Tanah Hitam. 3. Resort Lareh Nan Panjang : a. Jorong Guguk Malintang. b. Jorong Tanah Pak Lambik. c. Jorong Koto Panjang. d. Jorong Koto Katik. 4. Resort Gunung : a. Jorong Ngalau. b. Jorong Ekor Lubuk. c. Jorong Sigando. d. Jorong Ganting. Lalu kemudian saat Padang Panjang masih berstatus kotamadya hingga berubah status menjadi kota dari tahun 1982 sampai sekarang ini, wilayah administrasi yang terdiri dari 2 kecamatan ini terdiri dari beberapa kelurahan yakni : 1. Kecamatan Padang Panjang Barat : a. Kelurahan Bukit Surungan. b. Kelurahan Pasar Usang. c. Kelurahan Pasar Baru. d. Kelurahan Balai-Balai. e. Kelurahan Tanah Hitam. f. Kelurahan Kampung Manggis. g. Kelurahan Silaing Atas. h. Kelurahan Silaing Bawah. 2. Kecamatan Padang Panjang Timur : a. Kelurahan Guguk Malintang. b. Kelurahan Tanah Pak Lambik. c. Kelurahan Koto Panjang. d. Kelurahan Koto Katik. e. Kelurahan Ngalau. f. Kelurahan Ekor Lubuk. g. Kelurahan Sigando. h. Kelurahan Ganting. Kemudian, berdasarkan peraturan daerah kota Padang Panjang nomor 17 tahun 2004 maka ditetapkan hari jadi kota Padang Panjang pada tanggal 1 Desember 1790.[11] Daftar Wali Kota
Dewan PerwakilanBerikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Padang Panjang dalam tiga periode terakhir.
Pada Pemilu Legislatif 2009, DPRD kota Padang Panjang adalah sebanyak 20 orang dan tersusun dari perwakilan sepuluh partai.[23] KecamatanKota Padang Panjang memiliki 2 kecamatan dan 16 kelurahan. Luas wilayahnya mencapai 23,00 km² dan penduduk 53.094 jiwa (2017) dengan sebaran 2.308 jiwa/km².[24][25] Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Padang Panjang, adalah sebagai berikut:
PendudukMenurut hasil proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk 2010, pada tahun 2019 Kota Padang Panjang memiliki jumlah penduduk sebanyak 52.994.[26] Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, terdapat juga etnis Jawa, Batak dan Tionghoa. PendidikanDi kota ini berdiri sekolah agama Islam yang terkenal Sumatra Thawalib, yang merupakan kelanjutan dari sekolah agama yang bernama Surau Djembatan Besi yang didirikan oleh Syekh Abdullah pada masa peralihan abad ke-20.[27] Perguruan Diniyah Putri dan Pesantren Terpadu Serambi Mekkah. Selain itu juga terdapat pula Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.
PerhubunganKota Padang Panjang merupakan kota yang berada pada jalur silang[29] dan terhubung dengan jalur lintas Sumatra. Menjadikan kota ini berada pada posisi yang cukup strategis karena terletak pada lintasan regional antara Kota Padang dengan Kota Bukittinggi, juga dengan Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok dan Kota Solok. Kota ini juga merupakan pertemuan jalur kereta api dari kota Bukittinggi dengan dari Kabupaten Solok yang akan menuju Kota Padang atau sebaliknya, percabangan jalur kereta api ini terdapat pada Stasiun Padang Panjang. Sementara untuk melayani transportasi angkutan dalam kota, terdapat mikrolet dan bendi (kereta kuda). Pada kota ini juga terdapat terminal angkutan darat yang bernama Terminal Bukit Surungan. Saat ini, Pemerintah Kota Padang Panjang tengah mempersiapkan pengaktifan kembali jalur kereta api sepanjang 68,3 kilometer yang mengubungkan Padang Panjang dengan Padang.[30][31] KesehatanUntuk meningkatkan layanan kesehatan pada masyarakatnya pemerintah kota Padang Panjang telah membangun sebuah rumah sakit umum daerah tipe C[32] yang berdiri di atas tanah seluas 5 ha pada kawasan perbukitan dalam kota ini. Sejak tahun 2009, Pemerintah Kota Padang Panjang telah melarang bentuk iklan rokok luar ruangan dan kegiatan merokok di tempat umum. Tertuang dalam Perda Nomor 8 Tahun 2009, pemerintah mengatur secara spesifik kawasan bebas asap rokok dan kawasan tertib rokok.[33] PerekonomianKota Padang Panjang[34] termasuk kota yang biasa-biasa saja tanpa memiliki potensi daerah yang signifikan.[35] Namun dengan posisi strategis sebagai kota persingahan, pemerintah kota Padang Panjang menitik beratkan sektor perdagangan dan jasa dalam meningkatkan pendapatan perkapitanya. Pertumbuhan ekonomi kota Padang Panjang berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, untuk tahun 2009 tercatat sebesar 6,32 % meningkat sedikit dibandingkan pada tahun 2008 yang hanya 6,27 %.[36] Sementara karena keterbatasan bentangan alam, luas lahan pertanian yang telah dikelola oleh masyarakat baru mencapai 690 ha,[37] maka sejak tahun 2009 pemerintah kota Padang Panjang telah mempersiapkan kota ini untuk dapat menjadi salah satu pusat industri kulit nasional, dalam mendorong meningkatkan perekonomian masyarakatnya.[38] PariwisataPada kota ini terdapat Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) yang terletak berdampingan dengan objek wisata Perkampungan Minangkabau (Minang Village) yang menyediakan berbagai informasi dan dokumentasi tentang sejarah dan budaya Minangkabau baik berupa buku-buku, mikrofilm, foto dan sebagainya. Selain itu pada kota ini juga terdapat kawasan rekreasi keluarga yang dikenal dengan Mifan yang terdiri dari taman air dengan wahana kolam ombak, kolam arus, kolam renang khusus wanita, kolam renang khusus anak-anak, ember tumpah dan slide tower.[39] Saat ini Pemkot Padang Panjang berencana untuk membangunan kereta gantung dari kawasan Lembah Anai hingga ke lokasi Mifan di kawasan Silaing Bawah.[40] KulinerMakanan Khas Kota Padang PanjangDi antara berbagai kuliner khas Minangkabau yang bisa ditemui di Sumatera Barat, terdapat di antaranya yaitu makanan khas Kota Padang Panjang yakni : Dari segi bahasa, nama makanan ini berarti perkedel jagung. Berbeda dengan perkedel yang umumnya dikenal dengan bahan dasarnya adalah kentang. Paragede (pergedel) jaguang merupakan makanan yang dibuat dari jagung, terigu, dan telur ayam.[41] Selain jagung, bahan lain yang dibutuhkan termasuk tepung terigu sebagai pengikat, telur untuk memberikan tekstur lembut, dan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, daun bawang, serta cabai untuk memberikan aroma dan rasa yang khas.[42] Makanan ini bisa ditemui juga di luar Kota Padang Panjang. Bentuknya seperti gembung tapi tidak bundar seperti perkedel, namun di luar Kota Padang Panjang terkadang ada yang bentuknya gepeng sehingga ada yang menganggap ini adalah bakwan jagung karena bentuknya yang tidak original. Paragede jaguang memiliki cita rasa perpaduan gurih, pedas, dan manis, sehingga terkadang disebut juga sebagai "pergedel jagung manis" karena ada unsur rasa manisnya dari penggunaan jagungnya sebagai bahan dasar. Pergedel jagung manis Padang Panjang rasanya sangat khas, karena menggunakan bahan-bahan yang masih segar.[43]
Sate darek adalah jenis 'sate padang' yang diketahui berasal dari Padang Panjang,[44] sehingga ini juga disebut sebagai sate padang panjang. Sate ini merupakan salah satu jenis varian dari 'sate padang' (istilah padang ini merupakan sebutan umum bagi orang luar Sumatera Barat). Termasuk salah satunya yaitu sate padang panjang ini, ada beberapa varian yang tersebar di berbagai daerah di Sumatera Barat. Masing-masing punya racikan bumbu, teknik masak, dan cerita yang berbeda. Beberapa di antaranya adalah: (1) sate danguang-danguang, (2) sate kacang danguang-danguang, (3) sate padang panjang, (4) sate batusangkar, dan (5) sate pariaman.[45] Sate khas Padang Panjang atau satai darek memiliki kuah satai berwarna kuning. Daging sapi yang digunakan adalah bagian dada dan iga. Kuah kuning pada sate padang panjang ini karena ada campuran kunyit. Rasa sate padang panjang ini cenderung gurih namun ada rasa pedasnya.[46] Kata kapik ini berarti kepit, dimana dalam proses penyajiannya buah pisang yang merupakan bahan utama lalu dikepit dengan penjepit hingga pipih dan melebar. Pisang kapik ini mudah ditemui di kota-kota yang ada di Sumatera Barat, seperti Bukittinggi, Padang Panjang, dan pastinya Padang. Pisang yang sering digunakan adalah pisang kepok, pisang batu dan pisang gabu. Buah pisang yang akan di bakar dikupas terlebih dahulu lalu diletakkan di atas panggangan. Rasanya ada yang kurang jika anda berkunjung ke Sumatera Barat, tetapi tidak mencicipi pisang kapik ini. Karena rasanya sangat manis dan enak juga gurih, dijamin cocok di lidah semua orang. Pisang kapik ini biasanya diberi tambahan topping yaitu luo, demi menambah cita rasa. Luo atau kelapa yang dimasak dengan gula merah, rasanya gurih dan manis yang akan menambah cita rasa dari jajanan tradisional yang satu ini.[47]
Roti tenong adalah camilan khas yang berasal dari Kota Padang Panjang. Nama "tenong" memiliki beberapa versi asal-usul. Salah satu versinya menyebutkan bahwa nama ini berasal dari alat tradisional berbahan rotan yang digunakan untuk meniriskan minyak setelah roti digoreng. Versi lain mengaitkan nama "tenong" dengan seorang pedagang yang dahulu menjual kudapan ini, sehingga camilan tersebut dikenal dengan namanya. Roti tenong terbuat dari roti tawar yang sering disebut juga sebagai roti bantal. Potongan roti ini dilumuri adonan telur, lalu digoreng hingga kecokelatan dan renyah. Setelah matang, roti ditaburi keju parut dan cokelat yang melimpah, menciptakan perpaduan rasa manis dan gurih yang khas. Secara tampilan, roti tenong mungkin sekilas menyerupai roti bakar. Namun, tekstur renyah dan cara penyajiannya yang khas membuat roti ini memiliki cita rasa yang autentik.[48] Makanan-makanan tersebut bisa dijumpai di kawasan Pasar Pusat Padang Panjang dan sekitarnya, dan juga bisa ditemui di Pasar Kuliner Padang Panjang. Selain makanan khas Kota Padang Panjang, juga bisa terdapat kuliner lainnya yang menggugah selera yang juga menjadi daya tarik di Kota Padang Panjang ini. Pasar Kuliner Padang PanjangPadang Panjang adalah kota kecil yang terletak di antara Kota Padang dan Bukittinggi, kota ini menawarkan udara sejuk khas pegunungan yang sering diselimuti hujan. Tidak heran jika Padang Panjang mendapat julukan sebagai kota hujan di Sumatera Barat. Saat berkunjung ke Padang Panjang, perjalanan belum lengkap jika belum singgah di Pasar Kuliner yang berlokasi di Lapangan Kantin, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Balai-Balai. Kawasan kuliner ini buka setiap hari mulai pukul 16.00 hingga 03.00 WIB, menjadikannya tempat yang ideal untuk menikmati berbagai hidangan lezat, terutama di malam hari.[49] Apalagi saat malam hari biasanya udara bersuhu dingin, maka menikmati makanan/minuman hangat di Pasar Kuliner Padang Panjang adalah pilihan yang bagus untuk disarankan. Di sana tidak hanya menjual berbagai makanan khas Kota Padang Panjang saja, namun juga makanan dan minuman khas Provinsi Sumatera Barat yang umum seperti nasi ampera, bubua itam (bubur hitam), bubua putiah (bubur putih), bubua kampiun (bubur kampiun), dan teh talua, dan termasuk juga khas luar Kota Padang Panjang seperti cendol ampiang, sate danguang-danguang, sate pariaman, karupuak sanjai (keripik sanjai) dan martabak kubang; dan ada khas berbagai wilayah luar provinsi se-Indonesia seperti mie aceh, martabak bandung, pecel lele, ayam geprek, lumpia, tahu brontak, dan sate madura; dan juga makanan variasi khas luar negeri seperti roti cane, kebab (di Turkiye bernama döner) dan dimsum; serta makanan-makanan kekinian seperti roti lumer, donat, jamur krispi, dan lainnya. Resto Legendaris dan Bofet Sate TerkenalDi tengah pusat Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, terdapat sebuah resto legendaris yang masih ada sampai sekarang, dan resto legendaris tersebut bernama Resto Gumarang, yang berlokasi di dekat Terminal Angkot dan di samping Rumah Makan Gumarang, di sekitar kawasan Pasar Pusat Padang Panjang, Kelurahan Pasar Baru. Banyak tokoh dan penyohor Sumatera Barat yang telah singgah dan mencicipi menu masakan Minang di resto ini. Bagi para perantau yang pulang kampung ke Padang Panjang, tempat ini jadi salah satu yang wajib dikunjungi. Restoran ini bukan sekadar tempat makan, tetapi juga oase nostalgia bagi mereka yang ingin mengenang kembali masa lalu di tanah Minang.[50] Resto ini masih menjadi salah satu favorit bagi kalangan tua dan kalangan muda untuk mencicipi hidangan khas Minang sambil berkumpul dan bercengkrama bersama. Selain resto ini, juga terdapat bofet sate yang terkenal yaitu bofet Sate Mak Syukur. Pelanggan Sate Mak Syukur pun beragam mulai dari wisatawan, pejabat, hingga presiden.[51] Presiden ke-6 RI, Susilo B. Yudhoyono saat masih menjabat pernah mencicipi kelezatannya,[52] dan juga Wakil Presiden ke-12 RI, Jusuf Kalla,[53][54], hingga Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) pernah bersantap menikmati sate berbahan utama daging sapi tersebut.[55] Saat ini terdapat 4 bofet Sate Mak Syukur di Kota Padang Panjang, di antaranya 1 bofet di Kelurahan Silaing Bawah, 2 bofet di Kelurahan Pasar Baru, dan 1 bofet lainnya di Kelurahan Ngalau. Pers dan MediaRadio sebagai media penyebar informasi pembangunan dan hiburan bagi masyarakat di Kota Padang Panjang adalah Radio Bahana FM . Radio ini mulai operasi penyiaran pada 7 November 1975. Sebagai sarana informasi dan hiburan untuk masyarakat kota Padang Panjang. Sejak tahun 2000 Radio Bahana FM. berpindah dari frequensi AM 1422 Khz menjadi FM. 100.02 Mhz.[56] Kini terdapat beberapa stasiun pemancar radio di antaranya 98.6 Top FM,[57] yang sampai saat ini siarannya masih mengudara sejak lamanya. Adapun stasiun pemancar radio di Kota Padang Panjang yang dahulu sempat pernah beroperasi di antaranya yaitu Dian 97.8 FM yang pada dahulu siarannya pernah mengudara, dan juga PCA Radio 107.8 FM yang awalnya dibangun sebagai Pusat Informasi dan Mitigasi Gempa Bumi di Sumatera Barat yang bekerja sama langsung dengan Stasiun Geofisika Padang Panjang dan Radio PCA ini dibangun atas dana hibah dari Kerajaan Belanda. Dengan pemancar radio FM berkekuatan 1000 watt, Radio PCA ini dapat mengudara selama beberapa hari tanpa operator di dalam sebuah kontainer berukuran 20 kaki. Radio ini mengudara sejak 6 Maret 2008 untuk memberikan informasi pendidikan, agama, budaya serta pariwisata di Sumatera Barat. Peresmiannya diadakan di SMA N 1 Padang Panjang dan dihadiri oleh Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dan Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Mr. Nikolaus Van Dam.[58] Selain siaran radio, Kota Padang Panjang juga memiliki siaran TV lokal yaitu Irama Channel dan juga pemberitaannya bisa dilihat pada channel youtube-nya. Di samping itu, terdapat media pemberitaan milik Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Padang Panjang yang bisa diakses pada Facebook, Instagram, dan juga YouTube dengan nama channelnya yaitu Padang Panjang TV. Inovasi Padang Panjang TV ini hadir dari berbagai pertimbangan matang untuk mendukung dan mengakomodir kebutuhan informasi dan komunikasi publik dengan melakukan pemanfaatan media audio visual. Terlebih lagi di era digital saat ini, adalah keniscayaan untuk merambah dunia pertelevisian sebagai wadah konvergensi media dalam penyebaran informasi publik.Ide awalnya, melihat perilaku berinternet masyarakat yang kini lebih cenderung menjadikan kanal YouTube sebagai sumber informasi audio visual tentang apa saja, sesuai kebutuhan informasi yang mereka inginkan. Merujuk kepada hasil penelitian, sebagaimana dilansir dari survey "We Are Social", Januari 2021, YouTube kini menjadi platform media sosial yang paling banyak di akses pengguna internet usia 16-64 di Indonesia. Cakupannya 94%, mengalahkan platform lain seperti WhatsApp (87,7%), Instagram (86,6%), dan Facebook (85,5%). Sedangkan, hanya 63,6% yang mengakses Twitter, 52,4% Facebook Messenger, dan 44,3% LINE. Ini menjadi peluang terbuka bagi Kominfo Padang Panjang untuk memanfaatkan platform media sosial berbasis audio visual ini sebagai media publikasi.[59] Kota Padang Panjang juga memiliki layanan penyebaran informasi melalui videotron yang dikelola oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Padang Panjang. Pemerintah Kota Padang Panjang terus meningkatkan media informasi dan publikasi kepada masyarakat melalui vidiotron. Untuk Padang Panjang saat ini memiliki tiga titik videotron, yang berlokasi di simpang tiga PDAM dan Simpang Hasiba dekat SMK N 1 Padang Panjang. Sedangkan yang satu lagi terdiri dari delapan unit rangkaian dipajang di depan Kantor Walikota.[60] Galeri
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Padang Panjang. Wikiwisata memiliki panduan wisata Padang Panjang.
|