Kekristenan di Singapura dianut sekitar 17,5% dari keseluruhan populasi Singapura. Menurut sensus 2000, 4,8% dari penduduk yang berusia 15 tahun ke atas mengindentifikasikan diri sebagai Katolik, dan 9,8% sebagai 'Kristen lain'.[1]
Sejarah
Agama Kristen pertama kali tiba di Singapura dalam waktu setengah tahun setelah didirikannya Singapura modern pada 1819. Seorang misionaris yang bernama William Milne,[2] tiba pada 29 Mei1819 dan mulai bekerja di sana. Imam Katolik yang pertama tiba pada Desember 1821 dan menyelidiki kemungkinan dibukanya sebuah stasi misi, dan merayakan misa yang pertama.
Pemerintah kolonial mengambil sikap netral dan tidak ikut campur dalam urusan agama. Para misionaris mendirikan gereja dan pelayanan Kristen di pulau itu. Mereka juga mendirikan organisasi-organisasi sosial dan banyak sekolah misi yang sangat dihormati karena kualitas pendidikannya pada masa kini.
Para pemimpin gereja setempat pelan-pelan mengambil alih penyelenggaraan pelayanan mereka. Sekolah-sekolah teologi didirikan untuk menghasilkan generasi pemimpin masa depan, dan semakin banyak gereja dan organisasi Kristen yang didirikan, sehingga proporsi orang Kristen di Singapura semakin meningkat. Persentase orang Kristen di antara warga Singapura meningkat dari 12,7% pada 1990 menjadi 14,6% pada 2000.[3] sementara sensus terakhir pada the latest 2010 menunjukkan jumlah orang Kristen meningkat dari 14,6 % menjadi 17,5%.
[4]
Denominasi
Katolik Roma
Populasi Katolik Roma di Singapura umumnya terdiri dari orang-orang Eurasia, Tionghoa (termasuk Peranakan), Filipina dan keturunan India. Ada 31 paroki Katolik Roma di Singapura, masing-masing melayani sebuah distrik tertentu di negara itu.
Singapura mempunyai sebuah Keuskupan Agung Katolik Roma yang dipimpin oleh Uskup Agung William Goh, takhtanya di Katedral Good Shepherd. Misa di Singapura dirayakan dalam berbagai bahasa sehari-hari, termasuk bahasa Inggris, Mandarin, Hokkian, Tiociu, Tamil, Malayalam, Tagalog dan Korea (di Katedral Good Shepherd). Bahasa Melayu jarang sekali digunakan.
Orang-orang Katolik Roma peranakan umumnya terpusat di Gereja Holy Family di Katong; sementara Gereja St Joseph di Victoria Street menjadi sebuah pusat budaya bagi orang-orang Eurasia Portugis. Paroki-paroki Katolik Roma pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19 mula-mula didirikan mengikuti garis-garis budaya dan rasial oleh berbagai kelompok misi Katolik Roma dari Eropa.
Berbagai paroki Katolik Roma di Singapura aktif terlibat dalam pelayanan sosial seperti rumah-rumah penampungan, dapur umum, maupun kunjungan-kunjungan misi ke negara-negara seperti Indonesia dan Filipian. Ada juga Liga Medis Katolik dan berbagai kelompok lobi Katolik Roma yang berbasis di Gereja St Peter & Paul. Mereka juga saat ini mendukung pembentukan Komunitas Kristen Lingkungan (KKL) untuk menata dan mengumpulkan komunitas-komunitas Katolik Roma di lingkungan masing-masing.[5]
^Dept. of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Singapore (2001). Census of Population 2000: Statistical Release 2: Education, Language and Religion(PDF). Singapore: The Dept. Table 39 ("Resident Population Aged 15 Years and Over by Religion, Ethnic Group and Sex"). ISBN981-04-4459-1. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2010-11-13. Diakses tanggal 2011-12-10.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) .
^Song, Bobby E.K. 1980. In His Good Time: The Story of the Church in Singapore 1819-1978. Singapore: Graduates Christian Fellowship. 30.
^Sng, Bobby E.K. (2003). In His Good Time: The Story of the Church in Singapore 1819–2002 (edisi ke-3rd ed.). Singapore: Bible Society of Singapore. hlm. 337. ISBN981-220-286-2.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan (link)