Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman iniKlasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Beberapa rumpun bahasa dimasukkan sebagai cabang dari dua rumpun bahasa yang berbeda. Untuk lebih lanjutnya, silakan lihat pembagian dari sub-rumpun Melayu-Sumbawa dan Kalimantan Utara Raya
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Halaman bahasa acak
Bahasa Sunda Cirebon (BSC) adalah varietas bahasa Sunda yang dituturkan di wilayah bekas Keresidenan Cirebon.[2] Varietas bahasa yang dimaksud adalah sekumpulan dialek atau klaster dialek yang menyebar di wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, sebagian Kabupaten Cirebon, sebagian kecil Kota Cirebon, dan sebagian kecil Kabupaten Indramayu.[3][1] Bahasa Sunda Cirebon diperkirakan mempunyai penutur sekitar 60% dari seluruh penduduk yang menempati wilayah eks-Keresidenan Cirebon.[1] Bila merujuk pada data statistik pada tahun 2020, akumulasi dari jumlah penduduk di wilayah eks-Keresidenan Cirebon adalah 6.567.393, dengan demikian jumlah penutur bahasa Sunda Cirebon sekitar 3.940.436 jiwa.
Bahasa Sunda Cirebon hingga kini masih hidup dan digunakan sebagai alat komunikasi lisan dalam kegiatan sehari-hari dan kehidupan sosialbudaya sejak masa lampau.[4] Jarak yang cukup jauh antara wilayah penutur bahasa Sunda Cirebon dengan bahasa Sunda Priangan (bahasa Sunda baku) menyebabkan adanya kekhasan dalam bahasa Sunda Cirebon yang berbeda dengan bahasa Sunda baku, perbedaan tersebut terdapat dalam hal struktur bahasa, kosakata, maupun intonasi sehingga memunculkan adanya pola-pola tertentu dalam frasa, klausa, dan susunan kalimat.[5] Karena bahasa Sunda Cirebon memiliki wilayah penuturan yang cukup luas, fungsi dan kedudukannya memiliki makna yang penting.[2] Dari kenyataan yang ditempukan di lapangan, bahasa Sunda Cirebon digunakan sebagai penghubung antara anggota masyarakat dengan anggota aparatur pemerintahan, ataupun antaranggota masyarakat itu sendiri.[6]
Fonologi
Sistem bunyi bahasa Sunda Cirebon tidak berbeda dengan bahasa Sunda baku, sehingga jumlah fonemvokal maupun konsonan pada dua dialek tersebut sama-sama berjumlah 25 dengan fonem konsonan sebanyak 18 dan fonem vokal sebanyak 7.[7] Hal ini dijabarkan sebagai berikut.
Vokal
Vokal dalam bahasa Sunda Cirebon yang berjumlah 7 dapat diamati pada tabel di bawah ini.
[ɤ] adalah alofon [ɨ] seperti pada /bɨtɨŋ/ 'perut' [bɨtɨŋ] atau pun [bɤtɤŋ] dan /dɨi/ 'lagi' [dɨi] atau pun [dɤi].
[ɤ] juga adalah alofon [ɔ] seperti pada /naɔn/ 'apa' [naɔn] atau pun [naɤn].
[ɛ] adalah alofon [i] seperti pada /id͡ʒɔ/ 'hijau' [id͡ʒɔ] atau pun [ɛd͡ʒɔ].
Diftong [ui] dalam Bahasa Sunda Baku dialek menjadi [i] seperti pada [tului] 'selanjutnya' menjadi [tɔli].
Vokal di akhir dapat dikenakan bunyi hentian glotis seperti pada [əntɨʔ] 'tidak'.
Pada Bahasa Sunda Cirebon di Lelea, Indramayu, beberapa vokal yang dapat hadir di dalam kata di Bahasa Sunda Baku dapat tereduksi hingga hilang sama sekali seperti pada [salapan] di Bahasa Sunda Baku menjadi [slapan]; [ŋalakɔn] > [ŋlakɔn]; [parɛan] > [prɛan]; [t͡ʃarita] > [t͡ʃrita]; [sabaraha] > [səbraha].
/a/ dan /i/ pada suku kata awal di Bahasa Sunda Baku dapat tereduksi menjadi [ə] seperti pada [sad͡ʒalan] > [səd͡ʒalan]; [sapərti] > [səpərti]; [mimiti] > [məmiti].
/i/ di Bahasa Sunda Baku, selayaknya di Bahasa Sunda Banten, di Lelea, Indramayu, dapat menjadi /ɔ/ seperti [int͡ʃu] > [ɔnt͡ʃu]; [tilu] > [tɔlu]; [ninun] > [nɔnun]; [ditu] > [dɔtu]; [diuk] > [dɔuk]; [timu] > [tɔmu].
Fonem vokal
Untuk contoh-contoh tentang posisi fonem vokal, baik itu di awal, tengah, maupun akhir dapat dilihat pada tabel berikut.[8][9]
Fonem
Posisi
Awal
Tengah
Akhir
/i/
/i.aŋ/ 'pergi'
/si.riŋ/ 'sisi'
/gi.li/ 'jalan'
/ɛ/
/ɛ.tɛm/ 'ketam'
/ŋɛ.ɛs/ 'tidur'
/cə.wɛ.nɛ/ 'gadis'
/ə/
/ən.dog/ 'telur'
/də.rəp/ 'kuli penuai padi'
/u/
/u.duh/ 'empuk'
/bu.jut/ 'ayah dari kakek'
/ku.ru/ 'kurus'
/ɨ/
/ɨ.wɨh/ 'tak ada'
/pɨ.d͡ʒɨh/ 'hati-hati'
/hən.tɨ/ 'tidak'
/ɔ/
/ɔ.mɔŋ/ 'bicara'
/kɔ.lɔt/ 'tua'
/d͡ʒə.rɔ/ 'dalam'
/a/
/a.ja/ 'ada'
/ɲa.ʔah/ 'sayang'
/rə.ga/ 'harga'
Konsonan
Konsonan pada bahasa Sunda Cirebon yang berjumlah 18 dijabarkan pada tabel di bawah ini.
Dalam bidang morfologi, ditemukan banyak persamaan antara bahasa Sunda Cirebon dengan bahasa Sunda baku, meskipun juga ditemukan beberapa perbedaan yang cukup mencolok.[11] Bentukan linguistik yang dapat diamati di antaranya berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat.[12] Hal-hal ini dijelaskan pada bagian di bawah ini.
Morfem
Ada morfem bebas dan morfem terikat, morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan digunakan dalam tuturan bahasa sehari-hari. Contoh morfem bebas yaitu, kuring 'saya', indit 'pergi', dan gawé 'kerja'. Sementara itu, morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat digunakan dalam tuturan ketika sudah mengalami proses morfologi. Morfem terikat terdiri dari morfem terikat secara morfologis dan morfem terikat secara sintaksis.[13]
Morfem terikat secara morfologis (MIM) merupakan morfem yang akan memiliki arti jika sudah terikat dengan morfem bebas, misalnya di- yang terikat dengan gawé menjadi digawé 'bekerja', dipi- dalam dipigawé 'dikerjakan', -keun dalam gawékeun 'kerjakan', serta pi-/-eun dalam pigawéeun 'sesuatu yang akan dikerjakan'. Lazimnya, MIM ini dalam bahasa Sunda berupa afiks (imbuhan). Morfem terikat secara sintaksis (MIS) adalah morfem yang berpadu dengan morfem lain dalam sebuah kalimat yang terbentuk. Misalnya: di dalam untaian kalimat Di Bandung jeung Jakarta usum rambutan 'Di Bandung dan Jakarta musim rambutan', téh 'itu', keur 'untuk' dalam untaian kalimat Duit téh keur anak jeung pamajikan 'Uang itu untuk anak dan istri'.[14]
Kata
Terdapat empat macam kata, yaitu: kata tunggal atau sederhana, kata kompleks, kata ulang, dan kata majemuk. Kata tunggal adalah kata yang berupa morfem bebas, contohnya, jelema 'orang', bageur 'baik', dan leumpang 'berjalan'. Kata kompleks adalah kata yang berisi satu atau lebih bentuk-bentuk terikat, contohnya: pagawé 'pegawai', sinatria 'bersifat satria', pakéeun 'yang bakal dipakai', ngabaékeun 'mengabaikan', dan lak-lakdasar 'dicaci maki'. Kata ulang adalah kata yang dibentuk dengan reduplikasi, contohnya: dari kata dasar sépak 'sepak' dapat diproduksi turunan-turunannya seperti, sésépak 'menyepak-nyepak', sépak-sépak 'sepak-sepak', dan supak-sépak 'sepak-sepak'.[14]
Kata majemuk adalah sebuah kata dapat terdiri dari morfem awal yang ditambah dengan morfem asal (baik itu ditambahkan dengan imbuhan ataupun tidak). Ada enam macam kata majemuk, seperti yang dijabarkan di bawah ini.[15]
Kata majemuk yang dibentuk dari kata tunggal + kata tunggal, contohnya, panon poé 'matahari', dan panjang leungeun 'panjang tangan'.[14]
Kata majemuk yang dibentuk dari kata tunggal + kata kompleks, maupun sebaliknya, contohnya, asak kapoé 'matang terpaksa', paméran batik 'pameran batik'.[14]
Kata majemuk yang dibentuk dari kata tunggal + kata majemuk, maupun sebaliknya, contohnya, konci beusi 'kunci lemari besi', kuda rénggong Sumedang 'kuda renggong Sumedang'.[14]
Kata majemuk yang dibentuk dari kata kompleks + kata majemuk, maupun sebaliknya, contohnya, padukuhan urang désa 'pemukiman orang desa', lembur singkur paniisan 'kampung terpencil peristirahatan'.[14]
Kata majemuk yang dibentuk dari kata kompleks + kata kompleks, contohnya, paméran pertanian 'pameran pertanian', pimitohaeun dulur téré 'calon mertua saudara tiri'.[15]
Kata majemuk yang dibentuk dari kata majemuk + kata majemuk, contohnya, kulub endog hayam kampung 'telur rebus ayam kampung', sangu goréng béas Cianjur 'sangu goreng beras Cianjur'.[16]
Proses morfologis
Dalam bahasa Sunda, termasuk dalam hal ini bahasa Sunda Cirebon, terdapat empat macam proses morfologis, yaitu afiksasi, pengulangan, pemajemukan, dan nasalisasi.[16]
Afiksasi
Afiksasi ialah pembentukan kata dengan pengimbuhan, yang berarti penambahan afiks pada kata dasar, jika afiks ditambahkan pada awal kata, maka afiks tersebut disebut sebagai prefiks dan prosesnya dinamakan prefiksasi, jika pada tengah kata, maka afiks menjadi infiks yang dan prosesnya disebut infiksasi, dan jika pada akhir kata, maka afiks menjadi sufiks dan prosesnya disebut sufiksasi.[17]
Prefiksasi
Di bawah ini adalah tabel yang memperinci jenis-jenis prefiks beserta prefiksasinya.[18]
Prefiks
Prefiksasi
Prefiks
PrefiksasiPrefiksasi
pa-
paijek 'terinjak'
pagawé 'pegawai'
ma-
magawé 'bekerja'
pak-
pakséngok 'bersengok'
mang-
mangtaun-taun 'bertahun-tahun'
pang-
panganggit 'pengarang'
ti-
tilantar 'terlantar'
para-
parakuwu 'para kepala desa'
ting-
tinggarauh 'bersorak-sorai'
pari-
paribasa 'peribahasa'
di-
dipépér 'dipotong'
pating-
patingsaruit 'bersuit-suitan'
ka-
kahiji 'kesatu'
pra-
prajurit 'prajurit'
nga-
ngamuhit 'memuja'
pri-
pribumi 'pribumi'
sa-
sadongdang 'sedondang'
per-
pertelu 'pertiga'
sang-
sanghulu 'arah kepala sewaktu terlentang'
pi-
pisaur 'kata'
si-
sibeungeut 'cuci muka'
bala-
balakecrakan 'makan-makan'
silih-
silihéjék 'saling ejek'
bal(r)ang
barangsiar 'mencari'
Keseluruhan prefiks yang dijabarkan pada tabel di atas produktif digunakan dalam bahasa Sunda Cirebon, dengan pengecualian untuk prefiks ma- dan si- yang tidak produktif.[19]
Ada prefiks yang diciptakan dengan menggabungkan prefiks-prefiks yang telah ada pada awal kata.[19]
Prefiks-prefiks
Prefiksasi
pi- + ka-
pikalucueun 'menyebabkan lucu'
di- + pi-
dipiindung 'dianggap seperti ibu'
di- + per-
dipertelu 'dipertiga'
di- + pi- + ka+
dipikahayang 'dikehendaki'
sa- + ka-
sakainget 'seingatnya'
sa- + pa-(N)
sapamendak 'setemunya'
Sufiksasi
Di bawah ini dijabarkan contoh-contoh sufiks beserta proses sufiksasinya.[20]
Sufiks
Sufiksasi
-keun
nuhunkeun 'minta'
-na
cukupna 'cukupnya'
-an
kumpulan 'kumpulan'
-eun
paéheun 'kematian'
-a
ngaputa 'menjahit'
-ing
bakating 'karena'
-ning
kayaning 'seperti'
-i
ngaleuleuwihi 'melebihi'
Terdapat sufiks yang dibentuk dengan menggabungkan lebih dari satu sufiks yang telah ada untuk direkatkan di akhir kata.[21]
Sufiks-sufiks
Sufiksasi
-keun + -eun
bagikeuneun 'yang akan dibagikan'
-keun + -an + -na
(di)pentaskeunana 'dipentaskannya'
-an + -an
horénganan 'menyatakan keheranan'
-an + -an + -an
anak-anakanana 'anak-anaknya'
-an + -eun
kaputaneun 'yang akan dijahit'
-an + -i
nyakséni 'menyaksikan'
-eun + -an + -na
bacaeunana 'yang akan dibacanya'
Semua sufiks yang telah dijabarkan di atas produktif digunakan di seluruh wilayah penuturan bahasa Sunda Cirebon, walaupun begitu, ada beberapa sufiks yang hanya digunakan di wilayah Indramayu (wilayah penuturan bahasa Sunda Parean-Lelea), seperti sufiks -é pada asalé 'asalnya', -né pada artiné 'artinya', dan -a pada ngaputa 'menjahit'. Sufiks -eun dalam bahasa Sunda Cirebon diperlakukan seperti sufiks -keun dalam bahasa Sunda Priangan, seperti pada ngarosuleun 'merasulkan'.[22]
Simulfiksasi
Simulfiksasi adalah gabungan penambahan sufiks dan prefiks, yang berarti penambahan afiks pada awal kata dan akhir kata secara bersamaan.[23]
Prefiks
Sufiks
Simulfiksasi
Prefiks
Sufiks
Simulfiksasi
pi-
-eun
pibenereun 'yang akan benar'
di- + si-
-an
disibeungeutan 'dicuci muka'
pi-
-na
pisaurna 'katanya'
ka-
-an
kabuyutan 'bebuyutan'
pi-
-an
pileuleuyan 'selamat tinggal'
ka-
-an + an + -na
kahirupanana 'kehidupannya'
pi- + ka-
-eun
pikalucueun 'menyebabkan lucu'
nga-
-keun
ngaderepkeun 'memotong padi'
pa-
-an
paimahan 'perumahan'
nga-
-an
ngalétakan 'menjilati'
pa-
-na
pagawéna 'pegawainya'
nga-
-eun
ngadéngéeun 'dia mendengar'
pang-
-na
pangpinterna 'terpintar'
sa-
-na
sakuasana 'sekuasanya'
pang-(N)
-keun
pangnuhunkeun 'dimintakan'
sa-
-an
saturunan 'seturunan'
pang-(N)
-an + -keun
pangnulisankeun 'menyuruh ditulisi'
sa-
-eun
sahuapeun 'hanya sesuap'
di-
-an
diteundeunan 'disimpani'
sa-
-keun
salombangkeun 'selubangkan'
di-
-keun
disérénkeun 'diserahkan'
sang-
-keun
sanghareupkeun 'hadapkan'
di- + pang-(N)
-keun
dipangmacakeun 'dibacakan'
si-
-an
sibeungeutan 'dicucikan mukanya'
di- + sa-
-keun
disabeungkeutkeun 'diseikatkan'
silih-
-an
silihtulungan 'saling tolong'
di- + sang-
-keun
disanghareupkeun 'dihadapkan'
silih-
-keun
silihgoréngkeun 'saling ejek'
Beberapa prefiks seperti ba- dan pa- memiliki variasi be- dan pe- yang terutama digunakan di wilayah penuturan bahasa Sunda Indramayu (Parean-Lelea).[24]
Infiksasi
Infiks adalah afiks yang diletakkan di tengah-tengah kata. Berikut ini adalah contoh-contoh infiks beserta infiksasinya.[25]
Infiks
Infiksasi
-in-
pinangéran 'yang dianggap pangeran'
-um-
rumaos 'merasa'
-ar-
rareuneuh 'pada hamil'
-al-
laleumpang 'berjalan jamak'
Jika sebuah kata diawali dengan fonem vokal, maka beberapa infiks di atas akan berubah menjadi prefiks, seperti contohnya araruih (kata dasar: uih 'pulang') 'pulang' (jamak), alakur (kata dasar: akur 'akur') 'akur' (jamak), umendog (kata dasar: endog 'telur') 'menyerupai telur'.[25]
Ada beberapa infiks yang dapat digabungkan secara bersama-sama, sehingga membentuk infiks baru, seperti pada contoh berikut.[25]
Gabungan infiks
Infiksasi
-ar- + -ar-
araruih 'pulang' (jamak)
-al- + -al-
alaludur 'sakit' (jamak)
-ar- + -um-
arumendog 'seperti telur, menyerupai telur'
Infiks juga bisa direkatkan secara bersama-sama dengan prefiks dan sufiks, contohnya ada di bawah ini.[25]
digarawé
'bekerja' (jamak)
lalumpatan
'lari' (jamak)
digarsékeun
'dikerjakan' (jamak)
Nasalisasi
Nasalisasi atau penyengauan adalah proses berubahnya fonem konsonan awal kata dengan fonem konsonan sengau yang sama dasar ucapannya (homorgan).[25] Contoh-contoh penyengauan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.[26]
Fonem konsonan pada awal kata
Fonem konsonan sengau yang homorgan
Penyengauan
/p/
/m/
pelak → melak 'tanam'
/b/
/m/
beunang → meunang 'dapat'
/w/
/m/
wadon → madon 'main perempuan'
/d/
/n/
deuleu → neuleu 'melihat'
/t/
/n/
tongtak → nongtak 'menarik'
/t͡ʃ/
/ɲ/
candak → nyandak 'membawa'
/d͡ʒ/
/ɲ/
jieun → nyieun 'membuat'
/k/
/ŋ/
kuping → nguping 'mendengar'
/g/
/ŋ/
gebrak → ngebrakkeun 'membuka'
/s/
/n/
suhunkeun → nuhunkeun 'meminta'
/s/
/ɲ/
suhunkeun → nyuhunkeun 'meminta
Penyengauan pada kata-kata yang berawalan fonem vokal dilakukan dengan menambahkan fonem /ng/ atau /m/ pada awal kata tersebut.[27]
Fonem vokal pada awal kata
Fonem yang ditambahkan
Penyengauan
/i/
/ŋ/
ilari → ngilari 'mencari'
/i/
/m/
iang → miang 'berangkat'
/ɛ/
/ŋ/
éléh → ngéléhan 'mengalah'
/ə/
/ŋ/
ebab → ngebab 'memasalahkan'
/a/
/ŋ/
ayun → ngayun 'mengayun'
/u/
/ŋ/
ungsi → ngungsi 'pindah'
/ɨ/
/ŋ/
eureun → ngeureunkeun 'memberhentikan'
/ɔ/
/ŋ/
omong → ngomong 'berbicara'
Pengulangan
Pengulangan atau reduplikasi dalam bahasa Sunda Cirebon dapat dijabarkan di bawah ini.[28]
Cara pengulangan
Kata tunggal/morfem bebas
Proses pengulangan
Pengulangan suku kata pertama
kejek 'injak'
kekejek 'menginjak-injak'
Pengulangan seluruh kata tanpa perubahan fonem
ria 'ria'
ria-ria 'bersuka ria'
Pengulangan seluruh kata dengan perubahan fonem
tindak 'tindak'
tindak-tanduk 'tindak-tanduk'
purilit 'putar'
puralat-purilit 'putar-putar'
Pengulangan dapat direkatkan secara sekaligus dengan afiksasi, baik itu prefiksasi, sufiksasi, simulfiksasi, maupun infiksasi.[29]
Pengulangan
Gabungan pengulangan dengan afiksasi
babajingan 'bajing-bajing'
Pengulangan suku kata pertama dengan sufiks -an
dilelebah-lebah 'dikira-kira'
Pengulangan penuh kata dasar dan suku pertamanya, kemudian menambahkan sufiks di- pada bentukan akhir itu
digagandéngan 'dibisingi'
Pengulangan suku kata pertama dengan simulfiksasi di-...-an
dieurih-eurihkeun 'dipindahkan'
Pengulangan seluruh kata dengan simulfiksasi di-...-keun
serat-sinerat 'surat-surat'
Pengulangan seluruh kata dengan infiks -in-
pinangéran-pinangéran 'yang dianggap pangeran'
Pengulangan seluruhnya dengan infiks -in-
Pemajemukan
Pemajemukan dapat tercipta dari beberapa proses di bawah ini.[30]
Kata-kata
Pemajemukan
kata tunggal + kata tunggal
buku/taun 'ulang tahun'
kata tunggal + kata kompleks
rama/tuana 'kakek'
kata tunggal + kata ulang
hajat/mamaleman 'selamatan pada malam hari di akhir bulan puasa'
Pada bahasa Sunda Indramayu, kata "kita" memiliki makna yang lebih halus dibandingkan dengan kata "inya".
aing
aing, urang
abdi, kuring
aing, kami
uing
aing, kami, kola
urang, kuring, kami, nyong
saya
Pada bahasa Sunda Kuningan, kata "kami" memiliki makna yang lebih halus dibanding dengan "aing". Begitu juga dengan bahasa Sunda Indramayu, namun pada dialek Indramayu, ada kosakata yang lebih halus lagi dari kata "kami", yakni "kola".
^Puji Lestari, Miranti. 2009. Penelitian: Geofrafi Dailek Bahasa Daerah Di Kecamatan Binong Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat (Tinjauan Fonologis Sinkronis). Bandung: Universtias Pendidikan Indonesia
^Nurfaidah, Dedeh. 2008. Penelitian: "Basa Sunda Dialék Majalengka Di Kacamatan Sukahaji". Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia