Wellington Koo
Koo Vi Kyuin (Hanzi: 顧維鈞; Pinyin: Gù Wéijūn; Wade–Giles: Ku Wei-chün; 29 Januari 1888 – 14 November 1985), lebih dikenal sebagai V. K. Wellington Koo, dulu adalah seorang negarawan asal Republik Tiongkok. Ia adalah salah satu perwakilan Republik Tiongkok di Konferensi Perdamaian Paris tahun 1919. Wellington Koo pernah menjadi duta besar untuk Prancis, Britania Raya, dan Amerika Serikat; berpartisipasi mendirikan Liga Bangsa-Bangsa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa; serta menjadi hakim di Mahkamah Internasional di Den Haag mulai tahun 1957 hingga 1967. Mulai bulan Oktober 1926 hingga Juni 1927, sembari menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Koo juga pernah menjabat sebagai pelaksana tugas Perdana Menteri dan pelaksana tugas Presiden Republik Tiongkok.[1] Koo adalah kepala negara Tiongkok pertama yang diketahui menggunakan nama Barat secara terbuka. Kelahiran dan karir (1888–1912)Lahir di Jiading, yang kini menjadi suburban Shanghai, pada tahun 1888, Koo lalu berkuliah di Universitas Saint John, Shanghai mulai tahun 1901 hingga 1904,[2] dan di Universitas Columbia, di mana ia menjadi anggota Philolexian Society, sebuah klub literasi dan debat, dan akhirnya lulus dengan gelar B.A. di bidang Ilmu Budaya (1908) dan gelar M.A. di bidang Ilmu Politik (1909). Pada tahun 1912, ia menerima gelar Ph.D. di bidang hukum internasional dan diplomasi dari Columbia.[1][3] Karir politikAwal mula (1912–1920)Kembali ke PekingKoo kenbali ke Peking pada tahun 1912. Ia lalu bekerja di pemerintah Republik Tiongkok sebagai Sekretaris Bahasa Inggris untuk Presiden Yuan Shikai. Pada tahun 1915, Koo ditunjuk sebagai Menteri Republik Tiongkok untuk Amerika Serikat dan Kuba. Pasca Perang Dunia IPada tahun 1919, ia menjadi anggota delegasi Tiongkok di Konferensi Perdamaian Paris, yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Lu Zhengxiang (Lou Tseng-Tsiang). Di hadapan negara-negara Barat dan Jepang, ia meminta Jepang mengembalikan Shandong ke Tiongkok. Ia juga meminta penghentian institusi imperialis seperti ekstrateritorialitas, kendali tarif, penjaga kedutaan, dan penyewaan. Negara-negara Barat pun menolak klaimnya, dan kemudian delegasi Tiongkok di Konferensi Perdamaian Paris menjadi satu-satunya negara yang tidak meneken Perjanjian Versailles. Koo juga terlibat dalam pembentukan Liga Bangsa-Bangsa sebagai perwakilan Tiongkok pertama untuk organisasi yang baru dibentuk tersebut. Mulai tahun 1922, Koo menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan. Ia lalu dua kali menjabat sebagai pelaksana tugas Perdana Menteri, yakni pada tahun 1924 dan 1926 selama kericuhan di Beijing di bawah pemerintahan Zhang Zuolin pada tahun 1926-7. Koo menjabat sebagai pelaksana tugas Perdana Menteri Republik Tiongkok mulai tanggal 1 Oktober 1926 dan juga menjabat sebagai pelaksana tugas Presiden. (Pada tanggal 12 Maret 1925, Sun Yat-sen meninggal di rumah Wellington Koo di Beijing, di mana ia dibawa ketika ia diketahui menderita kanker hati yang tidak dapat disembuhkan.)[4] Ia menjabat sebagai Perdana Menteri mulai bulan Januari hingga Juni 1927, saat ia mengundurkan diri setelah Zhang membentuk sebuah pemerintahan militer. Setelah Ekspedisi Utara menggulingkan pemerintahan di Beijing pada tahun 1928, ia sempat diincar untuk ditahan oleh pemerintahan nasionalis yang baru di Nanjing, tetapi melalui mediasi dari Chang Hsueh-liang (Zhang Xuelian), ia akhirnya berdamai dengan pemerintahan yang baru dan kembali menjadi diplomat. Ia pun mewakili Tiongkok di Liga Bangsa-Bangsa untuk memprotes invasi Jepang ke Manchuria. Ia lalu menjabat sebagai duta besar Tiongkok untuk Prancis pada tahun 1936–1940 hingga Prancis diduduki oleh Jerman. Setelah itu, ia menjadi duta besar Tiongkok untuk Court of St James's hingga tahun 1946. Pada tahun 1945, Koo menjadi salah satu delegasi pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia kemudian menjabat sebagai duta besar Tiongkok untuk Amerika Serikat dan fokus memelihara aliansi antara Republik Tiongkok dan Amerika Serikat, karena Kuomintang mulai kalah dengan Komunis dan harus mundur ke Taiwan.[5] Koo lalu pensiun dari tugas diplomatiknya pada tahun 1956.[6] Pada tahun yang sama, ia mulai menjadi hakim di Mahkamah Internasional di Den Haag,[7] dan kemudian menjabat sebagai Wakil Presiden Mahkamah Internasional mulai tahun 1964. Pada tahun 1967, ia pensiun dan pindah ke New York City, di mana ia tinggal hingga meninggal pada tahun 1985.[1] Kehidupan pribadiPada tahun 1908, Koo menikah dengan istri pertamanya, Chang Jun-e (Hanzi tradisional: 張潤娥; Hanzi sederhana: 张润娥; Pinyin: Zhāng Rùn'é). Mereka lalu bercerai sebelum tahun 1912.[8] Istri kedua Koo, Tang Pao-yueh "May" (唐寶玥; 唐宝玥; Táng Bǎoyuè; c. 1895–1918), adalah putri terakhir dari mantan perdana menteri Tiongkok, Tang Shaoyi serta sepupu pertama dari pelukis dan aktris Mai-Mai Sze.[9][10][11] Mereka menikah tidak lama setelah Koo kembali ke Tiongkok pada tahun 1912. May lalu meninggal di Amerika Serikat selama pandemi flu Spanyol tahun 1918.[12] Mereka memiliki dua anak, yakni Teh-chang Koo (1916–1998),[13] dan Patricia Koo (1918-2015).[14] Istri ketiga Koo adalah sosialita dan ikon mode Oei Hui-lan (1889–1992).[15][16][17] Mereka menikah di Brussels, Belgia, pada tahun 1921.[16][18] Oei Hui-lan sebelumnya pernah menikah dengan agen konsuler Britania Raya, Beauchamp Stoker, pada tahun 1909. Mereka memiliki satu anak, yakni Lionel, sebelum bercerai pada tahun 1920.[19][20][21] Dikagumi karena adaptasinya terhadap mode Manchu tradisional, yang ia pakai dengan celana renda dan kalung giok,[18] Oei Hui-lan adalah putri favorit dari taipan Peranakan, Majoor Oei Tiong Ham, dan pewaris keluarga terkemuka dari Cabang Atas atau bangsawan Tionghoa di Hindia Belanda.[22] Ia menulis dua memoar, yakni Hui-Lan Koo (Mrs. Wellington Koo): An Autobiography (ditulis bersama Mary Van Rensselaer Thayer, Dial Press, 1945)[23][24] dan No Feast Lasts Forever (ditulis bersama Isabella Taves, Quadrangle/The New York Times, 1975).[25] Koo memiliki dua anak dengan Oei Hui-lan, yakni Yu-chang Wellington Koo Jr. (1922–1975) dan Fu-chang Freeman Koo (1923–1977).[26][27] Pada tanggal 3 September 1959, Koo menikahi istri keempatnya, Yen Yu-yun (1905–2017),[28] janda dari Clarence Kuangson Young.[29][30] Ia memiliki tiga anak tiri dari pernikahannya dengan Yen Yu-yun, yakni Genevieve (istri dari fotografer dan sutradara film asal Amerika, Gordon Parks), Shirley, dan Frances Loretta Young.[12][31] KematianKoo meninggal setelah dua anaknya meninggal. Ia meninggal dikelilingi oleh keluarganya pada malam hari tanggal 14 November 1985, di usia 97 tahun. Wellington Koo meninggalkan istri keempatnya, 2 anak, 19 cucu, dan 2 cicit.[32] Karena meninggal lebih tua dari Kaisar Qianlong, Chiang Kai-shek, Deng Xiaoping, dan Jiang Zemin, Koo pun menjadi orang dengan umur terpanjang yang pernah memimpin Tiongkok. Walaupun begitu, istri ketiga dan keempatnya bahkan hidup lebih lama. Oei Hui-lan meninggal pada usia 103 tahun, sementara Juliana Koo meninggal pada usia 111 tahun.[33] ReferensiRujukan
Sumber
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Wellington Koo.
|