km 0+530 lintas Segitiga Mesigit–Surabaya Pasarturi[1]
Jumlah peron
4 (satu peron sisi yang tinggi, satu peron pulau yang cukup tinggi, dan dua peron pulau yang agak tinggi)
Jumlah jalur
8:
jalur 2: sepur lurus jalur ganda dari arah Semarang
jalur 3: sepur lurus jalur ganda ke arah Semarang sekaligus sepur raya jalur tunggal dari dan ke arah Surabaya Gubeng atau Sidotopo maupun dari dan ke arah Kalimas
Stasiun Surabaya Pasarturi (SBI), juga dikenal sebagai Stasiun Pasar Turi, merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di perbatasan antara Kelurahan Gundih dan Tembok Dukuh, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, Jawa Timur; termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi VIII Surabaya dan KAI Commuter pada ketinggian +1 meter dengan jarak 720 km arah timur dari Jakarta Gambir serta salah satu dari dua stasiun kereta api utama di Kota Surabaya. Stasiun Pasarturi juga sebagai stasiun kereta api keberangkatan utama kereta api antarkota dari Kota Surabaya, terutama bagi lintas utara Pulau Jawa.
Stasiun ini melayani layanan kereta api antarkota menghubungkan Surabaya dengan Semarang dan Jakarta di jalur utara Jawa serta kereta api lokal dan komuter menuju berbagai tujuan di Jawa Timur bagian utara. Stasiun kereta api utama lainnya adalah Stasiun Surabaya Gubeng yang berfokus untuk keberangkatan kereta api antarkota di lintas selatan Pulau Jawa; sedangkan Stasiun Surabaya Kota hanya diperuntukkan bagi layanan kereta api lokal serta komuter menuju Jawa Timur bagian tengah dan selatan beserta kereta api Sri Tanjung.
Stasiun ini mempertemukan jalur utama utara Jawa dari Jakarta dengan jalur percabangan menuju Surabaya Gubeng melalui Segitiga Mesigit di lintas timur Jawa meskipun beberapa kereta api antarkota basis jalur utara meneruskan perjalanan menuju tujuan lainnya di Jawa Timur selain Surabaya. Di halaman depan stasiun ini terdapat monumen lokomotif uapB1239 milik SJS/OJS.
Sejarah
Berbeda dengan stasiun-stasiun lainnya di Surabaya yang dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) dan Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJSM), Stasiun Surabaya Pasarturi dibangun oleh perusahaan kereta api swasta pertama di Hindia Belanda, yaitu Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Setelah mendapat keuntungan pada 1890-an, NIS mengajukan konsesi pembangunan jalur baru. Pada 1 September 1897, perusahaan ini mendapat konsesi izin pembangunan jalur kereta api baru lintas Gundih–Gambringan–Bojonegoro–Surabaya.[3] Supaya dapat menampung penumpang dari Gresik, maka dilakukan pembangunan jalur cabang menuju Gresik. Selain itu, jalur kereta api lintas Babat hingga Merakurak juga dibangun.[4]
Stasiun beserta jalur kereta api lintas Lamongan–Surabaya mulai beroperasi sejak 1 April 1900. Kemudian pada 15 Oktober 1900, jalur kereta api ruas Gundih–Kradenan selesai dibangun dan pembangunannya dilanjutkan hingga Bojonegoro. Jalur ini selesai dibangun secara keseluruhan pada 1 Februari 1903.[5]
Nama "Surabaya Pasarturi" diberikan sejak Djawatan Kereta Api mulai mendata stasiun-stasiun di Indonesia pada 1950-an. Stasiun ini diberi nama "Pasar Turi" karena terdapat sebuah pasar dengan nama yang sama.
Bangunan dan tata letak
Stasiun Surabaya Pasarturi memiliki delapan jalur kereta api. Awalnya, jalur 2 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Semarang–Jakarta, sedangkan jalur 3 merupakan sepur raya dari dan ke arah Surabaya Gubeng/Sidotopo/Kalimas. Setelah jalur ganda pada segmen mulai stasiun ini hingga Stasiun Kandangan resmi dioperasikan pada 3 September 2014,[6] jalur 2 difungsikan sebagai sepur lurus jalur ganda dari arah Jakarta-Semarang saja dan jalur 3 difungsikan sebagai sepur lurus jalur ganda ke arah sebaliknya.
Sejak Juli 2014, sistem persinyalan mekanik di stasiun ini telah diganti dengan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri.[7]
Stasiun ini dilengkapi dengan depo lokomotif di sebelah selatan dan depo kereta di sebelah barat. Ke arah utara stasiun ini, terdapat jalur kereta api di bawah bangunan pusat grosir sebelum percabangan di utara perlintasan sebidang Jalan Dupak—ke arah barat menuju Kalimas dan ke arah timur menuju Sidotopo sekaligus jalur pintas menuju Surabaya Gubeng.[8]
Saat ini lintas jalur pada stasiun ini sudah berupa jalur ganda. Dengan adanya jalur ganda tersebut, perjalanan dari Surabaya (Pasar Turi) menuju Jakarta melalui jalur lintas utara Jawa dapat ditempuh selama 8 hingga 12 jam, sedangkan perjalanan menuju Semarang dapat ditempuh selama 3,5 hingga 4,5 jam.
Pada tahun 2019, dilakukan pemanjangan dan penambahan kanopi pada peron sisi stasiun ini untuk mendukung pelayanan kereta api penumpang rangkaian panjang.
Stasiun ini merupakan bagian dari segitiga pembalik yang digunakan untuk memutar lokomotif; hanya digunakan jika turntable yang ada di dipo lokomotif sedang tidak bisa difungsikan.
Selain melayani kereta api antarkota, lokal dan komuter, Stasiun Surabaya Pasarturi juga dijadikan tempat parkir untuk kereta api Jayakarta yang semula parkir di Stasiun Surabaya Kota.
Lagu "Surabaja" seperti pada bel kedatangan Stasiun Surabaya Pasarturi per tahun 2020.
Bermasalah memainkan berkas ini? Lihat bantuan media.
Stasiun ini memiliki melodi penyambutan kereta api bergaya keroncong berjudul "Soerabaja" dengan Sundari Soekotjo sebagai penyanyi—dipopulerkan pertama kali oleh grup musik bergenre rock and roll asal Surabaya, Dara Puspita—per tahun 2020. Melodi ini juga digunakan untuk menyambut kedatangan kereta api di Stasiun Surabaya Gubeng per Mei 2021. Pada awalnya, melodi yang digunakan berupa musik instrumental dengan lagu yang sama. Lagu "Surabaja" diciptakan oleh Adjie Rachman dengan mengutip inspirasi dari kelompok teater Bintang Soerabaja serta muncul dalam album studio debut Dara Puspita Jang Pertama.[10] Sekarang lagu "Soerabaja" menjadi bel penyambutan kereta api semua stasiun terminus kereta api antarkota di Kota Surabaya.
Insiden
Pada tanggal 9 Mei 2005 dua rangkainan kereta Kereta api Argo Bromo Anggrek terbakar di emplasemen Stasiun Surabaya Pasarturi. Tidak ada korban jiwa akibat kebakaran itu. Api diduga akibat hubungan pendek arus listrik di kereta makan dan kemudian merembet ke rangkaian kereta kelas eksekutif yang berada di belakangnya.[11]
Pada 3 Oktober 2015, sebuah gerbong kontainer anjlok di petak Surabaya Pasarturi–Mesigit. Satu orang tewas tertimpa reruntuhan bangunan akibat anjloknya gerbong kontainer, serta perjalanan kereta petikemas dari dan ke Kalimas tersendat.[12][13]
Pada 20 April 2021, pukul 19.20 WIB, plafon pada ruang tunggu kelas ekonomi Stasiun Pasar Turi runtuh dan menimpa kursi tunggu. Mengingat situasi yang masih sepi, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Akibat dari kejadian tersebut, ruang tunggu kelas ekonomi Stasiun Pasar Turi ditutup. Dugaan sementara, plafon Stasiun Pasar Turi runtuh karena faktor usia.[14][15]
Layanan kereta api
Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 1 September 2024.
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).