Showa Denko K. K. (昭和電工株式会社code: ja is deprecated , Shōwa Denkō Kabushiki-gaisha, disingkat SDK) adalah sebuah produsen bahan kimia dan bahan industri asal Jepang yang didirikan pada tahun 1939 melalui penggabungan Nihon Electrical Industries dan Showa Fertilizers, yang sama-sama didirikan oleh Nobuteru Mori.
Sektor Petrokimia mendukung pertumbuhan bisnis dasar Showa Denko melalui produksi dan penjualan bahan kimia organik, olefin, dan polimer khusus.
SDK merupakan pemimpin pasar pada bidang etil asetat di Asia. Pabrik SDK di Oita memasok bahan dasar untuk membuat turunan asetil, resin sintetis, karet sintetis, dan monomer stiren ke SDK maupun perusahaan kimia lain.
Produk inovatif SDK salah satunya adalah film dan lembaran yang transparan dan tahan panas, yang dapat digunakan untuk tampilan fleksibel, seperti kertas elektronik dan OLED.
Sektor Kimia
Awalnya fokus pada gas industri untuk keperluan umum, gas medis, dan bahan kimia industri, SDK kini menyediakan berbagai macam produk, termasuk bahan kimia dan gas dengan kemurnian tinggi untuk industri semikonduktor. Dengan bergesernya industri semikonduktor ke negera lain di Asia, SDK pun mendirikan pabrik gas khusus di Shanghai dan Singapura.
Perusahaan ini juga menawarkan berbagai macam teknologi dan produk untuk berbagai bidang, termasuk bahan aditif makanan, bahan aditif pakan, bahan kosmetik, intermediate medis dan pertanian, bahan fungsi optis, bahan perekaman informasi, bahan polimerik fungsional, bahan komposit khusus, dan peralatan kromatografi cair (Shodex).
SDK baru-baru ini meluncurkan inisiatif lingkungan untuk mengurangi limbah dan mendorong daur ulang bahan kimia. Pada tahun 2016, Showa Denko mengakuisisi GMM Nonstick Coatings, salah satu perusahaan pelapisan non-lengket terbesar di dunia yang didirikan pada tahun 2007 oleh Ravin Gandhi. Klien perusahaan tersebut di Amerika Serikat antara lain KitchenAid dan Calphalon,[4] selain sejumlah klien di luar Amerika Serikat.[5]
Sektor Elektronik
Sektor Elektronik meliputi produksi semikonduktor majemuk, logam paduan magnet tanah jarang, kapasitor aluminum padat, dan cakram keras.
Bisnis semikonduktor majemuk berkaitan dengan proses pertumbuhan kristal, dan menyediakan berbagai macam produk, antara lain cip LED ekstra terang dan cip LED biru.
Bisnis kapasitor aluminum padat berkaitan dengan produksi polimer konduktif, sebuah kombinasi antara bahan aluminum anorganik dengan polimer organik. Produknya menawarkan ketahanan panas dan kapasitansi yang tinggi.
Sektor Elektronik juga memproduksi cakram keras berbasis aluminum dan kaca, serta substrat aluminum untuk cakram keras. Pada bulan September 2008, SDK mengumumkan konsolidasi bisnis produksi media cakram keras dengan mendirikan sebuah perusahaan patungan bersama Hoya Corporation pada bulan Januari 2009. Sebanyak 75% saham perusahaan patungan tersebut akan dipegang oleh SDK, sementara sisanya dipegang oleh HOYA. Kemudian perusahaan patungan tersebut dibubarkan pada bulan Maret 2009, karena menurunnya bisnis cakram keras global secara drastis.
Sektor Anorganik
Sektor Anorganik terdiri dari Divisi Keramika, Divisi Karbon, dan Departemen Karbon Murni.
Divisi Keramik
Produk keramik SDK digunakan di berbagai bidang, termasuk produksi bahan kimia, produksi bahan tahan panas, keramik, produksi kertas, plastik dan elektronik. Produk utamanya meliputi alumina hidroksida, alumina, dan alumina dengan kemurnian tinggi. SDK juga memproduksi butiran abrasif alumina menyatu, silikon karbida, dan boron nitrida.
Divisi Karbon
SDK memproduksi elektroda grafit tiruan, sebuah bahan yang diperlukan untuk daur ulang baja. Produk lain meliputi agen karburisasi murni untuk pengecoran besi.
Departemen Karbon Murni
Selain karbon nanofiber VGCF dan bahan baterai bahan bakar yang telah dipasarkan, SDK juga fokus pada riset dan pengembangan produk karbon berfungsionalitas tinggi, termasuk bahan baterai, bahan elektronik, dan bahan untuk solusi energi altenatif.
Sektor Aluminium
SDK memproduksi penukar panas, kaleng minuman, dan produk fabrikasi bernilai tambah tinggi lain berbahan aluminum (termasuk produk hasil penggulungan, ekstrusi, dan penempaan).
Pada dekade 1980-an, Showa Denko mengaplikasikan rekayasa genetik untuk bakteri yang mereka gunakan pada proses fermentasi untuk memproduksi triptofan, sehingga bakteri tersebut dapat lebih efisien.[6] Pada waktu yang sama, mereka juga mengubah teknik yang digunakan untuk memurnikan triptofan.[7]:327–328 Sejumlah studi epidemiologis[6][8][9] berhasil melacak wabah Sindrom Eosinofilia-Mialgia (EMS) hingga ke L-tryptophan yang dipasok oleh Showa Denko.[10] Diperkirakan bahwa satu atau lebih jejak kotoran yang dihasilkan selama produksi triptofan bertanggung jawab atas mewabahnya EMS.[11][12] Fakta bahwa fasilitas milik Showa Denko menggunakan bakteri yang direkayasa genetik untuk memproduksi L-triptofan menimbulkan spekulasi bahwa rekayasa genetik bertanggung jawab atas jejak kotoran tersebut.[13] Walaupun begitu, metodologi yang digunakan pada studi epidemiologis awal juga telah dikritik.[14][15] Sebuah penjelasan alternatif terhadap mewabahnya EMS pada tahun 1989 adalah bahwa dosis besar triptofan memproduksi metabolit yang menghambat degradasi normal dari histamin dan histamin berlebih lah yang diperkirakan menyebabkan EMS.[16] Saat hubungan antara EMS dan triptofan Showa Denko telah ditemukan, analisis kimia terhadap triptofan dilakukan oleh periset di Mayo Clinic, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, Centers for Disease Control (CDC), dan Japanese National Institute of Hygienic Sciences untuk menentukan apakah ada kontaminan terasosiasi dengan EMS.[17] Showa Denko dikabarkan menghancurkan stok bakteri GM setelah kasus EMS mulai mengemuka.[18] Pada tahun 2017, kontaminan terakhir dari enam kontaminan yang terasosiasi dengan wabah penyakit EMS tahun 1989, yang diberi nama Peak AAA, telah berhasil diidentifikasi dengan menggunakan spektroskop massa beresolusi tinggi.[19]
^ abSlutsker L, Hoesly FC, Miller L, Williams LP, Watson JC, Fleming DW (1990). "Eosinophilia-myalgia syndrome associated with exposure to tryptophan from a single manufacturer". JAMA. 264 (2): 213–7. doi:10.1001/jama.264.2.213. PMID2355442.
^Edward A Belongia, MD. Toxic Tryptophan? Investigating the Eosinophila Myalgia Syndrome in Minnesota. Chapter 26 in Cases in Field Epidemiology: A Global Perspective. Ed Mark Dworkin. Jones & Bartlett Learning, 2011
^Back EE, Henning KJ, Kallenbach LR, Brix KA, Gunn RA, Melius JM (1993). "Risk factors for developing eosinophilia myalgia syndrome among L-tryptophan users in New York". J. Rheumatol. 20 (4): 666–72. PMID8496862.
^Kilbourne EM, Philen RM, Kamb ML, Falk H (1996). "Tryptophan produced by Showa Denko and epidemic eosinophilia-myalgia syndrome". The Journal of Rheumatology. Supplement. 46: 81–8; discussion 89–91. PMID8895184.
^Mayeno AN, Lin F, Foote CS, Loegering DA, Ames MM, Hedberg CW, Gleich GJ (1990). "Characterization of "peak E," a novel amino acid associated with eosinophilia-myalgia syndrome". Science. 250 (4988): 1707–8. Bibcode:1990Sci...250.1707M. doi:10.1126/science.2270484. PMID2270484.
^Ito J, Hosaki Y, Torigoe Y, Sakimoto K (1992). "Identification of substances formed by decomposition of peak E substance in tryptophan". Food Chem. Toxicol. 30 (1): 71–81. doi:10.1016/0278-6915(92)90139-C. PMID1544609.
^Mayeno AN, Gleich GJ (September 1994). "Eosinophilia-myalgia syndrome and tryptophan production: a cautionary tale". Trends Biotechnol. 12 (9): 346–52. doi:10.1016/0167-7799(94)90035-3. PMID7765187.
^Shapiro S (1996). "Epidemiologic studies of the association of L-tryptophan with the eosinophilia-myalgia syndrome: a critique". The Journal of Rheumatology. Supplement. 46: 44–58; discussion 58–9. PMID8895181.
^Horwitz RI, Daniels SR (1996). "Bias or biology: evaluating the epidemiologic studies of L-tryptophan and the eosinophilia-myalgia syndrome". The Journal of Rheumatology. Supplement. 46: 60–72. PMID8895182.
^Smith MJ, Garrett RH (2005). "A heretofore undisclosed crux of eosinophilia-myalgia syndrome: compromised histamine degradation". Inflamm. Res. 54 (11): 435–50. doi:10.1007/s00011-005-1380-7. PMID16307217.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Mayeno, A.; Gleich, G. J. (1994). "Eosinophilia-myalgia syndrome and tryptophan production: A cautionary tale". Trends in Biotechnology. 12 (9): 346–352. doi:10.1016/0167-7799(94)90035-3. PMID7765187.
^Felicity Goodyear-Smith (2001). "Health and safety issues pertaining to genetically modified foods". Australian and New Zealand Journal of Public Health. 25 (4): 371–375. doi:10.1111/j.1467-842X.2001.tb00597.x. PMID11529622.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Klaus Klarskov & Al. (2017). "Structure determination of disease associated peak AAA from l-Tryptophan implicated in the eosinophilia-myalgia syndrome". Toxicology Letters. 282 (5): 71–80. doi:10.1016/j.toxlet.2017.10.012. PMID29037509.