Mitsui Group (三井グループcode: ja is deprecated , Mitsui Gurūpu) adalah salah satu keiretsu terbesar di Jepang dan merupakan salah satu grup terbesar di dunia.
Didirikan oleh Mitsui Takatoshi (1622–1694) di Matsusaka, yang kini termasuk dalam Prefektur Mie. Dari tokonya, yang disebut Echigoya (越後屋), ayah Mitsui Takatoshi awalnya menjual miso dan menjalankan bisnis rumah gadai. Kemudian, keluarga ini membuka toko kedua di Edo (kini disebut Tokyo).
Takatoshi pindah ke Edo saat ia berusia 14 tahun, dan kemudian kakaknya ikut dengannya. Takatoshi kemudian dipulangkan ke Matsutaka oleh kakaknya, Pasca kematian kakaknya 24 tahun kemudian, ia pun mengambil alih toko keluarga tersebut. Takatoshi kemudian membuka cabang baru pada tahun 1673;[2] yakni sebuah gofukuya (toko kimono) besar di Nihonbashi, sebuah distrik di pusat kota Edo. Awal mula sejarah bisnis Mitsui ini dimulai pada era Enpō, yang merupakan sebuah nengō yang berarti "Kemakmuran Berkepanjangan".
Kemudian, divisi gofukuya dipisah dari Mitsui, dan kini disebut Mitsukoshi. Biasanya, gofukuya menyediakan produk sesuai pesanan, dengan cara mendatangi rumah pembeli (biasanya orang dengan jabatan tinggi atau orang yang sukses dalam berbisnis), lalu pesanan pun dibuat, dan kemudian pesanan baru diproduksi. Mitsui tidak menggunakan cara ini, mereka memproduksi barangnya terlebih dahulu, dan kemudian dipajang di toko. Untuk membeli produknya, tiap orang harus datang langsung ke toko, dan membayar dengan uang tunai. Pada saat itu, model bisnis seperti ini masih belum dikenal di Jepang. Bahkan saat toko ini mulai menjual barang kering ke Pemerintah Kota Edo, uang tunai masih belum banyak digunakan.
Pada saat yang hampir bersamaan, pemerintah Edo menjalin kesepakatan dengan Osaka. Osaka akan menjual tanaman dan bahan lain untuk membayar pajak buminya. Uang pun dikirim ke Edo—namun mengirim uang pada saat feudal Japan sangatlah berbahaya. Pada tahun 1683, keshogunan mengijinkan pendirian penukaran uang (ryōgaeten) di Edo.[3] "Toko penukaran uang" milik Mitsui pun memfasilitasi pengiriman uang dan memitigasi risiko dalam pengiriman uang ini.
Pembentukan zaibatsu Mitsui
Pasca Restorasi Meiji, Mitsui merupakan salah satu perusahaan yang dapat berkembang menjadi zaibatsu, karena mereka telah besar dan kaya pada awal berkembangnya industri modern ini. Perusahaan seperti Mitsui dan Sumitomo pun dipimpin oleh orang dari luar keluarga pemilik, seperti Minomura Rizaemon, yang pada akhirnya dapat meramalkan situasi politik dan ekonomi di masa depan, dengan menjalin pertemanan dengan pejabat pemerintah, politisi, maupun investor besar.[4]
Bisnis utama Mitsui pada awalnya adalah tekstil, keuangan, dan perdagangan. Tekstil dan keuangan merupakan bisnis yang diwariskan sejak Era Tokugawa. Mitsui kemudian melebarkan sayap ke bisnis pertambangan, karena pemilik asli tambang tersebut gagal membayar pinjaman yang telah diberikan oleh Mitsui, dan juga karena dapat membeli tambang secara murah dari pemerintah. Mitsui pun berhasil menjadi bisnis terbesar di Jepang sebelum pecahnya perang dunia. Diversifikasi juga dilakukan ke bisnis yang terkait dengan bisnis yang telah dijalani Mitsui, agar dapat menciptakan integrasi vertikal ataupun horizontal.[5]
Pada tanggal 1 Juli 1876, Mitsui Bank, bank swasta pertama di Jepang, didirikan dengan Takashi Masuda (1848–1938) sebagai presidennya. Mitsui Bank kemudian digabung dengan Taiyō-Kobe Bank pada pertengahan dekade 1980-an, dan resmi menjadi bagian dari Sakura Bank, yang kini menjadi bagian dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Selama awal abad ke-20, Mitsui merupakan salah satu zaibatsu terbesar, dengan berbisnis di sejumlah bidang.
Mitsui Bank resmi menjadi perusahaan induk dari zaibatsu Mitsui mulai tahun 1876. Pada tahun 1900, Mitsui & Co. dan Mitsui Mining juga turut bergabung ke dalam perusahaan induk ini.[6]
Kemudian, Mitsui juga berinvestasi pada transportasi laut untuk mendukung aktivitas perdagangannya dan juga mengangkut penumpang, pertama kali dengan mendirikan Osaka Shosen Kaisha (OSK) pada tahun 1878, yang kemudian digabung dengan Mitsui Steamship pada tahun 1964, untuk membentuk Mitsui OSK Lines ('MOL'), yang saat ini merupakan salah satu perusahaan kargo laut terbesar di dunia.
Saat Britania Raya menarik diri dari standar emas pada tahun 1931, selama puncak Depresi Besar, Mitsui Bank dan Mitsui & Co. diketahui telah berspekulasi di sekitar transaksi ini. Hal ini pun memicu kemarahan di Jepang dan menyebabkan pembunuhan seorang petinggi Mitsui, Takuma Dan.[6]
Perang Dunia II
Sebagai bagian dari rencana Jepang untuk mengeksploitasi Tiongkok, selama dekade 1930-an dan 1940-an, anak usaha tembakau Mitsui telah mulai memproduksi rokok spesial "Golden Bat" menggunakan merek dagang Timur Tengah. Rokok ini tidak boleh dijual di dalam negeri dan hanya boleh diekspor. Agen rahasia lokal Jepang di bawah kepemimpinan Jenderal Imperial Japanese Army, Kenji Doihara pun mengatur distribusi rokok ini di Tiongkok dan Manchuria. Rokok yang telah dicampur dengan sedikit opium dan heroin inipun menyebabkan jutaan konsumen menjadi kecanduan, sehingga perusahaan mendapat laba besar. Otak dari rencana ini adalah Doihara, yang kemudian divonis atas kejahatan perang di Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh, dan akhirnya divonis mati. Namun tidak ada sanksi yang dikenakan kepada perusahaan. Berdasarkan pengakuan yang dibacakan di depan sidang Kejahatan Perang Tokyo pada tahun 1948, pendapatan dari kebijakan narkotisasi di Tiongkok dan Manchukuo diperkirakan mencapai 20 juta hingga 30 juta yen per tahun, sementara otoritas lain menyatakan bahwa militer Jepang memperkirakan pendapatan dari kebijakan ini mencapai US$300 juta per tahun.[7][8]
Selama Perang Dunia II, Mitsui pun mempekerjakan tawanan perang asal Amerika Serikat sebagai tenaga kerja paksa, yang mana sejumlah tawanan juga disiksa oleh pegawai Mitsui.[9]
Perkembangan pasca perang sebagai keiretsu
Pada tahun 1947 dan 1948, Panglima Tertinggi Sekutu menekan pemerintah Jepang untuk membubarkan sepuluh zaibatsu terbesar, salah satunya Mitsui. Mitsui Group, pun dipecah menjadi sejumlah perusahaan independen, dan mereorganisasi diri sebagai perusahaan independen yang menjalin kerja sama pada dekade 1950-an. Pasca berakhirnya pendudukan Jepang, sejumlah perusahaan independen ini diperbolehkan untuk kembali bergabung Perusahaan induk di dalam keiretsu baru ini adalah Mitsui Bank dan Mitsui & Co..[6]
Dalam hal reorganisasi, Mitsui agak tertinggal dibandingkan kompetitor, seperti Mitsubishi dan Sumitomo Group. Mitsui Bank, yang seharusnya menjadi perusahaan induk dan penyedia modal untuk anak-anak perusahaannya mengecil akibat runtuhnya Imperial Bank pasca perang, yang menyebabkan berkurangnya ikatan di internal. Akhirnya banyak perusahaan yang dulu adalah bagian dari Mitsui Group menjadi perusahaan independen, seperti Toshiba, Toyota Motors, dan Suntory. Bahkan Toyota Group terus berkembang menjadi sebuah konglomerat besar. Ishikawajima-Harima Heavy Industries kini juga dianggap sebagai bagian dari Mizuho Group. Sejumlah perusahaan di Sumitomo Mitsui Financial Group kini juga lebih dekat dengan Sumitomo Group daripada Mitsui Group. Akhir-akhir ini, juga muncul pertanda bahwa Mitsubishi UFJ Financial Group dan Mitsubishi Group akan mengambil alih bagian lain dari Sumitomo Mitsui Financial Group. Sementara Mitsukoshi bergabung dengan Isetan, yang berhubungan erat dengan Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, untuk membentuk Isetan Mitsukoshi Holdings pada bulan April 2008.
Hall, John Whitney. (1970). Japan: From Prehistory to Modern Times in Delacorte World History, Vol. XX. New York: Delacorte Press. ISBN0-297-00237-6
Shinjō, Hiroshi. (1962). History of the Yen: 100 Years of Japanese Money-economy. Kobe: Research Institute for Economics & Business Administration, Kōbe University.