Psikofobia[1] adalah bentuk diskriminasi atau penindasan terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa atau yang mengalami kelemahan kognitif. Diskriminasi dan penindasan ini berasal dari berbagai faktor, salah satunya adalah stereotipe mengenai neurodiversity. Psikofobia terjadi terhadap orang yang menyandang autisme, kesulitan belajar, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), gangguan janin akibat alkohol, bipolar, skizofrenia, gangguan kepribadian, gagap, gerenyet, disabilitas intelektual, dan kelemahan kognitif lainnya.
Psikofobia tidak hanya membahas bagaimana kalangan umum melakukan ketidakadilan terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa atau kelemahan kognitif, tetapi juga bagaimana ahli tenaga kesehatan jiwa, sistem hukum, dan lembaga lainnya melakukan ketidakadilan terhadap orang tersebut.
Referensi
Bacaan lebih lanjut
- Large, Matthew; Ryan, Christopher (November 2012). "Sanism, stigma and the belief in dangerousness". Australian & New Zealand Journal of Psychiatry. 46 (11): 1099–1100. doi:10.1177/0004867412440193. PMID 23104928.
- Parry, John Weston (26 September 2013). Mental Disability, Violence, and Future Dangerousness: Myths Behind the Presumption of Guilt. Rowman & Littlefield. ISBN 978-1-4422-2405-6.
- Risser, Pat (14 May 2008). Overcoming the Language of Oppression: Promoting Cultural Change with Words. 4th Annual Clinical Forum on Mental Health: Turning Knowledge into Practice. (North Dakota Department of Human Services).
- Wienera, Diane; Ribeiro, Rebecca; Warner, Kurt (22 July 2009). "Mentalism, disability rights and modern eugenics in a 'brave new world'". Disability & Society. 24 (5): 599–610. doi:10.1080/09687590903010974.
- Wolframe, PhebeAnn M. (2013). "The Madwoman in the Academy, or, Revealing the Invisible Straightjacket: Theorizing and Teaching Saneism and Sane Privilege". Disability Studies Quarterly. 33 (1).