Bias atau prasikap[1] adalah sebuah penyajian bahan yang dipenuhi prasangka. Ia juga berarti kesalahan yang konsisten dalam memperkirakan sebuah nilai.[2] Bias juga diartikan bobot yang tidak proporsional mendukung atau menentang ide atau hal yang biasanya dilakukan dengan cara berpikiran tertutup, merugikan, atau tidak adil. Bias dapat dikaitkan pada ketidaksukaan atau kesukaan, saling bertentangan atau saling mendukung seseorang atau suatu gagasan.[3] Bias dapat pula berupa bawaan atau dipelajari. Orang dapat mengembangkan bias untuk atau terhadap individu, kelompok, atau keyakinan.[4]
Dalam proses bias dapat mengembangkan persepsi atau sikap terhadap kategori orang tanpa kesadaran yang dimiliki. Dengan kata lain, sebagian besar cara dalam memproses suatu informasi terjadi di luar kesadaran indvidu sehingga dapat terjadi bias. Penyortiran atau pengurutan adalah salah satu cara dalam istilah kognitif untuk menghemat sumber daya kognitif, seperti penyortiran konsep ke dalam kategori atau daftar antar konsep.[5][6]
Definisi
Secara etimologi
Menurut KBBI, kata bias (bi-as) berarti simpangan. Dalam ilmu fisika, berarti belokan arah dari garis tempuhan karena menembus benda bening yang lain (seperti cahaya yang menembus kaca, bayangan yang berada dalam air).[7][8] Kamus Psikologi APA mengartikan bias adalah keberpihakan berbentuk sebuah kecenderungan dalam menentang sesuatu.[9] Menurut Oxford Dictionary, bias diartikan prasangka yang mendukung atau menentang satu hal, orang, atau kelompok dibandingkan dengan yang lain, biasanya dengan metode yang dianggap tidak adil.[3]
Secara istilah, bias adalah kecenderungan atau penyimpangan dari kebenaran dalam pengumpulan data, analisis data, interpretasi dan publikasi yang dapat menimbulkan kesimpulan yang salah.[10] Kondisi tersebut secara perlahan akan mempengaruhi penilaian dan keputusan seorang individu saat hendak memutuskan sesuatu hal.[11]
Bidang sains dan teknik
Dalam bidang sains dan teknik, bias adalah kesalahan sistematis. Bias statistik dihasilkan dari pengambilan sampel populasi yang tidak adil, atau dari proses estimasi yang rerata tidak memberikan hasil yang akurat.[12]
Bias kognitif dapat secara langsung mempengaruhi seseorang saat memutuskan pilihan.[11] Sebuah bias kognitif adalah kesalahan dalam berpikir, menilai, mengingat, atau proses kognitif yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan.[13] Dapat pula diartikan sebuah pola penyimpangan dari standar dalam penilaian yang kesimpulannya dapat dibuat secara tidak masuk akal.[14] Orang-orang menciptakan "realitas sosial subjektif" dari persepsi mereka sendiri. Ini adalah konstruksi realitas sosial dibandingkan tujuannya sebagai input yang menentukan perilaku dalam dunia sosial yang kompleks.[15] Karena itu, bias kognitif bisa menyebabkan penyimpangan persepsi, pertimbangan yang tidak tepat, penafsiran yang tidak logis, atau bentuk irasionalitas lainnya.[16][17][18] Akan tetapi sebagian bias kognitif bisa dibuat menjadi adaptif, dan bisa menyebabkan keberhasilan dalam situasi yang tepat.[19] Selain itu, bias kognitif bisa membantu memilih pilihan yang lebih cepat ketika kecepatan lebih penting dari ketepatan.[20] Bias kognitif juga mampu membantu dalam keterbatasan kemampuan manusia memproses informasi,[21] atau menyatakan bahwa individu, terutama ketika berada di bawah tekanan waktu atau dihadapkan dengan situasi yang luar biasa kompleks akan berusaha untuk menyederhanakan proses kognitif.[22] Menurut Howard J. Ross (2014) dalam bukunya yang berjudul “Everyday Bias”, mengatakan orang tidak tahu mereka memiliki bias, selama dua puluh tahun terakhir ini, psikolog, ilmuwan kognitif, ahli saraf, dan ilmuwan sosial telah mengamati insiden yang tak terhitung jumlahnya dan terlibat dalam ratusan tes yang tidak dapat disangkal menunjukkan dinamika manusia yang berkisar dari yang penasaran hingga yang tragis.[23] Misalnya, setelah pasien dirawat, mereka akan berinteraksi dengan dokter atau profesional kesehatan lainnya untuk kemudian menentukan situasi mereka, yakni adanya perbedaan penanganan antarpasien dengan penyakit yang sama untuk jenis kelamin, ras, atau orientasi seksual yang berbeda[24] Bias kognitif dikategorikan kedalam 9 jenis yakni Bias Aktor-Pengamat, Bias Penahan/Jangkar, Bias Penuh Perhatian, Bias Ketersediaan Heuristik, Bias Konfirmasi, Bias Konsensus Palsu, Bias Kekukuhan Fungsional, Efek Halo, Efek Dunning-Kruger.[25]
Bias Aktor-Pengamat
Bias Aktor-Pengamat (Observer-Actor Bias) adalah bias kognitif berupa harapan, keyakinan, atau preferensi pribadi apa pun dari seorang peneliti yang secara tidak sengaja memengaruhi pencatatan selama studi pengamatan.[26]Observer-Actor Bias juga adalah bias yang dibuat seseorang ketika membentuk atribusi tentang perilaku orang lain atau diri mereka sendiri tergantung pada apakah mereka seorang aktor atau pengamat dalam suatu situasi.[27]
Bias Penahan/Jangkar
Bias Penahan (Anchoring Bias) adalah bias kognitif dengan kecenderungan yang membentuk persepsi atau membuat penilaian kuantitatif di bawah kondisi ketidakpastian, agar memberikan bobot yang berlebihan pada nilai awal atau jangkar dengan didasarkan pada informasi pertama yang diterima atau penilaian awal seseorang dan tidak cukup mengubah jangkar dalam keterangan informasi setelahnya.[28]Anchoring Bias juga dapat diartikan bias yang terjadi ketika seseorang berperilaku terlalu bergantung pada informasi pertama yang didapat atau dipelajari.[25]
Bias Penuh Perhatian
Bias Penuh Perhatian (Attentional Bias) adalah bias yang kecenderungannya fokus perhatian individu pada saat tertentu yang mungkin meliputi internal (yaitu, memperhatikan isyarat kognitif, emosional, atau rasa sakit) atau eksternal (yaitu, memperhatikan isyarat lingkungan).[29] Bias perhatian juga adalah kecenderungan untuk memprioritaskan pemrosesan jenis-jenis rangsangan tertentu atas orang lain. Pada saat tertentu,indra individu dapat merasakan rangsangan yang tak terhitung jumlahnya di lingkungan terdekat.[30]
Bias Ketersediaan Heuristik
Bias Ketersediaan Heuristik (Availability Heuristic Bias) adalah bias kognitif dengan strategi umum untuk membuat penilaian keterkaitan terhadap kemungkinan terjadinya yang mana penilaian individu didasarkan pada arti penting informasi yang disimpan dalam ingatannya tentang jenis peristiwa tertentu.[31]Availability Heuristic Bias juga diartikan sebagai bias kognitif yang terjadi ketika seseorang berperilaku hanya didasarkan pada informasi yang telah disediakan di memori saja[32] dan mengabaikan informasi penting lainnya. Heuristik ketersediaan terkadang berguna, akan tetapi dapat menyebabkan masalah dan kesalahan.[33] Contohnya, ketika diminta untuk mengevaluasi frekuensi relatif penggunaan kokain di aktor Hollywood, orang dapat menilai betapa mudahnya untuk mengambil contoh pengguna narkoba selebriti - ketersediaan dukungan heuristik sangat proses pengambilan memori yang efisien.[34] Contoh lainnya, peristiwa seperti kecelakaan pesawat sering kali diliput dengan jelas dalam berita sehingga lebih mudah diingat dan dibayangkan. Akibatnya, mereka tampaknya lebih mungkin terjadi daripada yang sebenarnya.[35]
Bias Konfirmasi
Bias Konfirmasi (Confirmation Bias) adalah kecenderungan orang untuk mendukung suatu informasi.[36] Informasi yang ditegaskan ialah dicari, ditafsirkan, dan diingat sedemikian rupa sehingga secara sistematis menghambat kemungkinan bahwa hipotesis dapat ditolak.[37] Bias konfirmasi adalah kecenderungan untuk mencari, menafsirkan, mendukung, dan mengingat informasi dengan cara yang menegaskan keyakinan atau hipotesis seseorang dengan memberikan sedikit perhatian yang tidak proporsional pada informasi yang bertentangan.[38] Selain itu, bias konfirmasi atau confirmation bias dapat diartikan sebagai kecenderungan kita untuk menangkap informasi yang menurut kita relevan, sekalipun informasi itu tidak nyata.[39] Contohnya, manusia paling sering setuju dengan beberapa yang sependapat dengannya dikarenakan efeknya lebih kuat untuk masalah yang bermuatan emosional dan untuk keyakinan yang mengakar kuat tanpa menafsirkan bukti yang tidak jelas sebagai pendukung posisi mereka yang ada.[36] Bias konfirmasi berkontribusi pada terlalu percaya diri dalam keyakinan pribadi sehingga dapat mempertahankan atau memperkuat keyakinan dalam menghadapi bukti yang bertentangan. Keputusan yang buruk karena bias ini telah ditemukan dalam konteks politik dan organisasi.[40]
Bias Konsensus Palsu
Bias Konsensus Palsu (False Consensus Effect) adalah bias kognitif dengan kecenderungan untuk menganggap bahwa pendapat, keyakinan, atribut pada perilaku seseorang lebih banyak dibagikan daripada yang sebenarnya terjadi.[41] Dalam psikologi, efek konsensus palsu, juga dikenal sebagai bias konsensus yang menjadi penyebab orang dapat membuat pilihan dan penilaian perilaku mereka sendiri sebagai hal yang relatif umum dan sesuai dengan keadaan yang ada.[42] Dengan kata lain, mereka menganggap bahwa kualitas pribadi, karakteristik, keyakinan, dan tindakan mereka relatif tersebar luas di seluruh populasi umum.
Bias Kekukuhan Fungsional
Bias Kekukuhan Fungsional (Functional Fixedness) adalah bias kognitif dengan kecenderungan untuk memahami suatu objek hanya dalam hal penggunaan yang paling umum. Ketidakmampuan di mana untuk menyadari bahwa sesuatu yang diketahui memiliki kegunaan tertentu juga dapat digunakan untuk melakukan fungsi lain.[43] Misalnya, orang pada umunya menganggap kotak kardus sebagai tempat penyimpanan, sehingga tidak akan ada yang menghalangi mereka menggunakan kotak tersebut untuk digunakan meletakkan objek contohnya berupa buku.[44]
Efek Halo
Efek halo (Halo Effect) adalah bias kognitif dalam melakukan penilaian yang mana evaluasi umum (biasanya positif) dari seseorang, atau evaluasi seseorang pada dimensi tertentu, mempengaruhi penilaian orang tersebut pada dimensi spesifik lainnya.[45] Misalnya, seseorang yang umumnya disukai mungkin dinilai lebih cerdas, kompeten, dan jujur daripada dirinya yang sebenarnya. Seorang psikolog bernama Edward Thorndike pertama kali menciptakan istilah tersebut dalam makalah tahun 1920 berjudul "The Constant Error in Psychological Ratings". Dalam eksperimen yang dijelaskan dalam makalah tersebut, Thorndike meminta komandan militer untuk mengevaluasi berbagai kualitas prajurit bawahannya. Karakteristik ini mencakup hal-hal seperti kepemimpinan, penampilan fisik, kecerdasan, loyalitas, dan dependability .[46] Contoh lain, pada suatu penelitian di mana efek halo mungkin berperan dalam pengaturan pendidikan. Guru dapat berinteraksi dengan siswa secara berbeda berdasarkan persepsi daya tarik. Penelitian yang lebih lama dalam menemukan bahwa guru memiliki harapan yang lebih baik terhadap anak-anak yang mereka nilai lebih menarik.[47]
Efek Dunning-Kruger
Efek Dunning-Kruger (The Dunning-Kruger Effect) adalah bias kognitif di mana seseorang berperilaku keliru dalam menilai kemampuan yang dimiliki pada dirinya sendiri atau kecenderungan seseorang merasa bahwa kemampuan yang dimiliki jauh lebih tinggi dari yang sebenarnya.[48]
Sebuah konflik kepentingan (conflict of interest) adalah apabila seseorang atau sebuah organisasi yang memiliki kepentingan yang bersinggungan baik itu keuangan, pribadi, dan lain-lain yang memiliki berpotensi korupsi. Konflik tersebut tidak harus terdiri dari perbuatan yang buruk, konflik tersebut bisa ditemukan dan dipadamkan sebelum terjadi korupsi atau kemunculan korupsi. Menurut Kamus Psikologi APA, konflik kepentingan didefinisikan sebagai suatu keadaan ketidaksesuaian di antara berbagai kepentingan dan motivasi individu atau kelompok, terutama ketika minat dan tanggung jawab profesional tidak sesuai dengan motif dan tujuan pribadi.[49] Konflik kepentingan menurut Michael McDonald[50] diartikan sebagai suatu situasi seseorang yang meliputi petugas publik, seorang pegawai, atau seorang profesional, memiliki kepentingan privat atau pribadi dengan mempengaruhi tujuan dan pelaksanaan dari tugas-tugas kantornya atau organisasinya.[51] Sebuah konflik kepentingan adalah serangkaian situasi di mana pertimbangan profesional atau perilaku kepentingan utama secara tidak wajar dipengaruhi oleh risiko kepentingan sekunder.[52] Konflik ada bila keadaan dianggap memberikan bahaya bahwa pilihan bisa secara tidak semestinya dipengaruhi oleh kepentingan lain.[53] Konflik ini terjadi pada situasi di mana seseorang tidak dapat membuat keputusan yang adil karena mereka akan terpengaruh oleh hasilnya. Misalnya, Saya perlu menyatakan konflik kepentingan di sini - salah satu kandidat untuk pekerjaan itu adalah teman saya.[54]
Bentuk umum konflik kepentingan
Konflik kepentingan pribadi (personal conflict of interest), yaitu konflik kepentingan dengan keadaan di mana seorang individu yang dilindungi memiliki kepentingan keuangan, aktivitas pribadi, atau hubungan yang dapat mengganggu kemampuan orang lain untuk bertindak tidak memihak. Sehingga demi kepentingan terbaik, pemerintah memiliki keterkaitan dalam bekerja berdasarkan hal yang didalam kontrak.[55] Kepentingan pribadi juga merupakan segala sesuatu yang dapat berdampak pada individu, atau seseorang yang memiliki hubungan atau asosiasi dengan anggotanya. Kepentingan pribadi dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian. Kebijakan tersebut memberikan berbagai contoh kepentingan pribadi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan.
Selain konflik kepentingan pribadi, bentuk umum lainnya dibedakan menjadi 3 bagian yakni
Konflik kepentingan yang sebenarnya
Konflik kepentingan yang sebenarnya (actual conflict of interest), yaitu konflik kepentingan yang ada di antara tugas/ tanggung jawab resmi dan kepentingan pribadi.
Konflik kepentingan yang dirasakan
Konflik kepentingan yang dirasakan (perceived conflict of interest), yaitu konflik kepentingan yang dipandang bercampur dengan tugas/tanggung jawab resmi yang nyatanya menjadi suatu kasus atau bukan.
Konflik kepentingan berpotensi
Konflik kepentingan berpotensi (potential conflict of interest), yaitu kepentingan pribadi bercampur dengan tugas/ tanggung jawab resmi di masa mendatang.
Bentuk konflik kepentingan lainnya
Adapun beberapa bentuk konfik kepentingan dalam istilah lainya yakni:
Konflik kepentingan dalam istilah penyuapan
Suap adalah tindakan berupa pemberian uang, barang, atau imbalan dalam bentuk lain untuk mempengaruhi perilaku penerima. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), penyuapan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menyuap atau menyuapkan.[56] Suap sering kali dianggap secara prinsip, yaitu gratifikasi disebabkan perbedaan hanya terletak pada ada tidaknya kesepakatan, suap dapat terjadi dengan ada kesepakatan dan gratifikasi terjadi tanpa kesepakatan.[57] Dalam kamus hukum Black's Law Dictionary, penyuapan diartikan sebagai tindakan menawarkan, memberikan, menerima, atau meminta nilai dari suatu barang untuk mempengaruhi tindakan pegawai lembaga atau sejenisnya yang bertanggung jawab atas kebijakan umum atau peraturan hukum.[58] Ekspektasi kapan transaksi moneter tepat dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain.[59] Sumbangan kampanye politik dalam bentuk uang tunai dianggap sebagai tindak pidana suap di beberapa negara tapi di Amerika Serikat melonggarkan pembatasan dana kampanye dengan syarat harus mematuhi undang-undang keuangan kampanye yang telah menjadi isu politik yang kontroversial sejak awal berdirinya.[60]
Konflik kepentingan dalam istilah kroniisme
Kedudukan yang ditentukan dari suatu pembahasan yang tercipta dari hubungan kekeluargaan tanpa komptensi teknis melainkan non-teknis, hal inilah yang disebit kroniisme (cronyism). Dapat diartikan suatu bias yang kejadian dapat diekspresikan dalam evaluasi orang lain, dalam alokasi sumber daya, dan dalam banyak cara lainnya atau praktik dengan kecenderungan memihak dalam penunjukan kedudukan dan kemudahan lain kepada teman atau rekan dekat, khususnya dalam bidang politik di antara para politisi dengan pihak pendukung.[61][62]
Statistik
Bias statistik merupakan kecenderungan sistematis dalam proses pengumpulan data dengan menghasilkan hasil tidak baik dan menyesatkan. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa cara, dalam cara sampel dipilih, atau dalam cara data dikumpulkan.[63] Ini adalah properti dari teknik statistik atau hasil di mana nilai yang diharapkan dari hasil berbeda dari parameter kuantitatif yang mendasari sebenarnya yang diperkirakan.
Bias perkiraan
Bias perkiraan adalah kecenderungan terjadi ketika ada perbedaan yang konsisten antara hasil aktual dan prakiraan yang dihasilkan sebelumnya dari jumlah tertentu. Bias ini dapat berupa perkiraan yang mungkin memiliki kecenderungan umum terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sifat normal dari perkiraan yang baik adalah bahwa perkiraan itu tidak bias.[64] Sebagai ukuran kuantitatif, "bias perkiraan " dapat ditentukan sebagai entitas dari probabilistik atau statistik dari kesalahan prakiraan. Misalnya, prakiraan yang tidak bias seperti median pada perhitungan nilai rata-rata aritmatika akan menjadi prakiraan yang setengah dari prakiraannya terlalu rendah dan setengahnya terlalu tinggi.
Bias pelaporan
Bias pelaporan didefinisikan kecenderungan yang muncul ketika penyebaran temuan penelitian dipengaruhi oleh sifat dan arah hasil. Bias ini, memiliki hasil positif yang signifikan secara statistik baik validitas internal dan validitas eksternal[65] yang menunjukkan ada bukti yang meyakinkan bahwa hasil yang secara statistik tidak signifikan dan tidak menguntungkan untuk intervensi eksperimental cenderung tidak dipublikasikan daripada hasil yang signifikan dalam statistik dan karenanya kurang mudah diidentifikasi dengan tinjauan sistematis.[66] Ketersediaan penelitian dapat dipengaruhi oleh sifat hasil yang dikenal bias pelaporan.[67] Intervensi yang dimaksudkan lebih mungkin untuk diterbitkan, lebih mungkin untuk diterbitkan dengan cepat, lebih mungkin untuk diterbitkan dalam bahasa Inggris, lebih mungkin untuk diterbitkan lebih dari sekali, lebih mungkin untuk diterbitkan dalam bahasa Inggris. jurnal berdampak tinggi dan, terkait dengan poin terakhir, lebih mungkin untuk dikutip oleh orang lain.[68] Data hasil yang tidak lengkap sehingga dapat menyebabkan tingkat kemungkinan perkiraan efek dari data menjadi bias.[69]
Misalnya, dalam suatu penelitian empiris di mana seorang penulis mungkin kurang melaporkan hasil eksperimen yang tidak diharapkan atau tidak diinginkan, menghubungkan hasil dengan kesalahan pengambilan sampel atau pengukuran, sementara lebih mempercayai hasil yang diharapkan atau diinginkan, meskipun ini mungkin tunduk pada sumber kesalahan yang sama. Dalam konteks ini, bias pelaporan pada akhirnya dapat mengarah pada status quo di mana banyak penyelidik menemukan dan membuang hasil yang sama untuk kemudian peneliti membenarkan bias pelaporan mereka sendiri dengan mengamati bahwa peneliti sebelumnya melaporkan hasil yang berbeda. Dengan demikian, setiap insiden bias pelaporan dapat membuat insiden di masa depan lebih mungkin terjadi.[70]
Sumber
Sumber-sumber bias dibagi dibagi beberapa yakni bias seleksi, bias Informasi dan confounding.[71]
Bias seleksi
Bias seleksi merupakan bias yang bersumber dari kesalahan dalam proses seleksi atau keikutsertaan individu maupun kelompok dalam suatu subyek penelitian. Misalnya, kesalahan dalam pemilihan sampel.[72][73]
Bias Informasi
Bias Informasi merupakan bias yang bersumber dari kesalahan dalam proses pengumpulan data (proses data tidak tepat).[71] Bias informasi mengacu pada bias yang timbul dari kesalahan pengukuran.[74] Misalnya, kesalahan saat pengukuran variabel menggunakan alat yang tidak dikalibrasi atau berupa kesalahan saat menilai variabel dikarenakan menggunakan kuesioner yang tidak cocok.
Confounding
Confounding (atau sering kali dikenal sebagai perancu) merupakan bias yang bersumber dari proses pencampuran efek pajanan utama terhadap efek dari dampak risiko luar lainnya atau adanya variabel pengganggu yang digunakan sebagai perancu pada saat analisis yang bahkan tidak menggunakan metode yang tidak diperhitungkan.[71] Efek pengacau (confounding) adalah distorsi berupa efek dalam memprediksi hubungan atau asosiasi antara faktor pajanan (exposure) dan hasil (outcome)[75] yang berperan sebagai modifikasi (faktor pengubah) determinan sehingga hubungan sebenarnya tidak tampak atau ditutupi oleh faktor lainnya yang hubungan terbukti secara signifikan. Misalnya, faktor pengubah dari umur, jenis kelamin, dan genetik lainnya.[76]
Arah
Arah bias dapat dikelompokkan menjadi 2 yakni over estimasi dan under estimasi.[77]
Taksiran terlalu tinggi
Taksiran terlalu tinggi (Over estimate) merupakan kesalahan hasil estimasi menjauhi nilai null atau nilai yang didapat dari hasil penelitian lebih tinggi atau dilebih-lebihkan dari hasil pandangan pengamat sebenarnya.[77] Dapat pula mencerminakan sebagai bias stabilitas dalam ingatan manusia yaitu, kegagalan untuk menghargai sejauh mana ingatan dapat berubah seiring waktu.[78]
Taksiran terlalu rendah
Taksiran terlalu rendah (Under estimate) merupakan kesalahan hasil estimasi mendekati nilai null atau nilai yang didapat dari hasil penelitian lebih rendah dari hasil sebenarnya di populasi.[77] Manusia sering kali melakukan kesalahan dengan meremehkan efek pengaruh eksternal pada memori, termasuk bagaimana informasi dipelajari dan bagaimana itu akan diuji.[78]
^Haselton, M. G., Nettle, D., & Andrews, P. W. (2005). The Evolution of Cognitive Bias(PDF) (dalam bahasa Inggris). Hoboken, NJ, US: John Wiley & Sons Inc. hlm. 724–746.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Tversky, A., & Kahneman, D. (1974). "Judgement under uncertainty: Heuristics and biases". Science (dalam bahasa Inggris). 185 (4157): 1124–1131. doi:10.1126/science.185.4157.1124. PMID17835457.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Haselton, M. G., Nettle, D., & Andrews, P. W. (2005). The evolution of cognitive bias. In D. M. Buss (Ed.), The Handbook of Evolutionary Psychology: Hoboken, NJ, US: John Wiley & Sons Inc. hlm. 724–746.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Pittman, Paul H.; Atwater, J. Brian (2019). APICS Dictionary(PDF) (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-16). Georgia: APICS International Standard. hlm. 74. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2021-12-16. Diakses tanggal 2021-12-16.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^NCI Dictionaries. "Selection Bias". cancer.gov. Diakses tanggal 2021-12-09.
^ScienceDirect. "Selection Bias". sciencedirect.com. Diakses tanggal 2021-12-09.
^Rothman, K.; Greenland, S.; Lash, T. (2008). Modern Epidemiology (edisi ke-3). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 137. ISBN978-0-7817-5564-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)