≤ 5 tahun, dapat diperbarui. Parlemen Singapura harus dibubarkan setiap ≤ 5 tahun oleh Perdana Menteri. Pemimpin partai mayoritas di parlemen akan menjadi Perdana Menteri.
Perdana Menteri Republik Singapura[a] adalah kepala pemerintahanRepublik Singapura, dan tokoh politik paling kuat di negara tersebut. Presiden Singapura menunjuk Perdana Menteri sebagai Anggota Parlemen (MP) yang kemungkinan besar akan memegang kepercayaan mayoritas anggota parlemen. Dalam praktiknya, Perdana Menteri biasanya adalah pemimpin partai mayoritas di parlemen.
Di bawah Konstitusi Singapura, kekuasaan eksekutif berada di tangan Presiden. Namun, Konstitusi juga memberikan hak untuk mengawasi jalannya pemerintah kepada Kabinet. Presiden hampir selalu terikat untuk bertindak atas persetujuan Kabinet atau menteri mana pun yang bertindak di bawah otoritas Kabinet. Dengan demikian, sebenarnya hampir seluruh tugas pemerintah dilakukan oleh Perdana Menteri dan Kabinet.
Lee Kuan Yew adalah perdana menteri pertama Singapura dari tahun 1959 hingga 1990. Kemudian Lee digantikan oleh Goh Chok Tong dan dianugerahi gelar Menteri Senior di Jabatan Perdana Menteri. Goh pensiun pada 12 Agustus 2004 dan digantikan oleh putra Lee, Lee Hsien Loong. Goh kemudian diangkat sebagai Menteri Senior. Lee dan Goh mengundurkan diri dari Kabinet pada 2011 tetapi mereka berdua tetap menjabat sebagai anggota Parlemen hingga sekarang.[1]
Perdana Menteri Singapura pertama dan termuda ketika terpilih pada usia 35 tahun. Ia adalah Perdana Menteri Singapura dengan masa jabatan terlama. Di masa ia menjabat, ia berhasil membawa Singapura dari yang awalnya hanyalah seonggok Jajahan mahkota Inggris menjadi negara Dunia Pertama. Dengan bantuan menteri pertahanannya (yaitu Goh Keng Swee), ia memperkenalkan skema Wajib Militer (bahasa Inggris: National Service). Dia memperkenalkan kebijakan anak Stop-At-Two pada tahun 1960-an, karena takut ekspansi penduduk Singapura yang berlebihan. Pada 1980-an, ia memperkenalkan Skema Ibu Lulusan untuk melawan dampak kebijakan sebelumnya. Kebijakan sebelumnya pun segera ditarik. Dia memimpin PAP hingga 8 kali kemenangan pemilu berturut-turut. Selama masa jabatannya, Singapura tumbuh menjadi negara paling makmur di Asia Tenggara.[2]
Perdana Menteri Singapura ketiga. Dia memperkenalkan lima hari kerja untuk pegawai negeri sipil, dengan harapan meningkatkan tingkat kelahiran. Salah satu pencapaian utamanya adalah mengusulkan pembangunan 2 Resort Terpadu (IR) di Singapura. Singapura menjadi tuan rumah Olimpiade Remaja Musim Panas pada tahun 2010. Ia mempromosikan penghapusan peringkat sekolah agar semua sekolah setara. Pada tahun 2013, ia memimpin penanganan krisis kabut asap terburuk dan epidemi Dengue terburuk di Singapura. Pada tahun 2020, ia memimpin penanganan Pandemi koronavirus di Singapura. Sebelum diangkat sebagai PM, ia menjabat Wakil Perdana Menteri (1991–2004), Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Industri.
Perdana Menteri Singapura keempat. Dia diangkat setelah Perdana Menteri sebelumnya Lee Hsien Loong mengundurkan diri dan dia adalah Menteri Keuangan pada kabinet tersebut sejak 2021. Sebelumnya ia juga menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri (2022-2024)