Pasukan Gerak Khas (bahasa Melayu: Pasukan Gerakan Khas) atau Pasgeras merupakan sebuah satuan khusus Kepolisian Kerajaan Malaysia (Bahasa Melayu: Polis Diraja Malaysia, PDRM), satuan gabungan antara batalyon Komando Khusus 69 dan Unit Tindak Khas. Pasukan khusus berbaret maroon dan perang pasir ini dilatih khusus dalam menghadapi kegiatan teror, penyanderaan dan tindakan kriminal khusus lainnya di Malaysia.
Pasukan Gerak Khas dirancang khusus sebagai unit elite yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris dan kejahatan kriminal mulai dari ancaman perampokan bersenapan hingga penyanderaan. Kekuatan personel unit khusus ini adalah rahsia diperkirakan efektif beroperasi pada Oktober 1997 dan terdiri dari ahli investigasi, ahli pelaksana C4-I, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu. Tiap personel PGK ini memiliki spesialisasi dalam operasi sekaligus di tiga matra, yakni di darat, laut, dan udara.
Tugas
Peran satuan Pasukan Gerak Khas meliputi:
Pengumpulan intelijen khusus dalam misi pengintaian dan operasi penanggulangan.
Mendukung pasukan khusus Angkatan Bersama Malaysia lainnya, infanteri atau unit RDF dalam operasi menanggulangi-teror di dalam negara.
Melaksanakan operasi khusus untuk mendukung Divisi Pengawasan Khusus PDRM dalam memerangi organisasi subversif atau aktivitas teroris.
Penegakan hukum dalam tugas menumpasi aktivitas kriminal bersenapan di dalam negara.
Operasi penanggulangan-teror di luar Malaysia, seperti Operasi Astute di Timor Leste.
Tugas SAR di dalam dan luar Malaysia, seperti tsunami di Acheh, Indonesia.
Tugas perlindungan terbuka melindungi Yang DiPertuan Agung, raja-raja Malaysia, menteri dan VVIP ternama serta diplomat.
Pada tanggal 20 Oktober1997, batalyon Komando Khusus 69 (ringkasnya VAT 69) dan Unit Tindak Khas PDRM dilikuidasi dan digabungkan menjadi Pasukan Gerak Khas (PGK), diresmikan oleh Kepala Kepolisian Malaysia (Bahasa Melayu:Ketua Polis Negara), Inspektur Jenderal Tan Sri (pensiun) Rahim Noor. Namun, nama Pasukan Gerak Khas ini dikekalkan dan kedua-dua detasemen terpisah semula pada tahun 2004 menjadi unit separatis dan diberinya jolokan baru. Unit Tindak Khas disebut Pasukan Gerak Khas A dan Pasukan Gerak Khas B merupakan jolokannya kepada Komando Khusus 69.
Pusat operasinya bermarkas di Mabes PDRM Bukit Aman (Bahasa Melayu:Ibu Pejabat Polis DiRaja Malaysia Bukit Aman), di wilayah Kuala Lumpur dan dikepalai oleh Wakil Direktur Keselamatan dan Ketertiban Dalam Negeri. Satuan ini berada di bawah Komando yang berpangkat Senior Assisten Commissioner II dan kini bertanggung jawab untuk Divisi Keselamatan dan Ketertiban Dalam Negeri (KDN/KA).
Berikutan saat terjadinya peristiwa 11 September 2001, kesatuan ini diterjunkan dalam operasi antiteror bagi memerangi organisasi subversif atau aktivitas teroris masuk ke negara ini.[1] Bagi mencapai keberhasilan operasi (khususnya operasi anti-teror), keahlian 1 peleton PGK berkekuatan 6 hingga 10 personel dan dikepalai oleh Inspektur hingga Superintendant terdiri daripada ahli senapan serbu (riflemen) atau ahli CQB, pakar bahan peledak, komunikasi dan perobatan. Di samping itu, satuan ini juga bergabung dengan pasukan khusus Angkatan Tentara Malaysia (Bahasa Indonesia:Angkatan Bersama Malaysia) seperti 10 PARA, Grup Gerak Khas, PASKAL dan PASKAU bagi memastikan keamanan dan kedamaian Malaysia terjamin.
Perannya
Unit Tindak Khas memiliki fungsi setara korps SWAT Amerika Serikat ini ditugasi menangani aktivitas kriminal bersenapan di pekan dan perkotaan dan juga untuk peran perlindungan terbuka.[2] UTK dibentuk selepas kasus sandera di bangunan AIA Kuala Lumpur oleh JRA (Japanese Red Army, Tentara Merah Jepang) pada Agustus1975. Manakala Komando Khusus 69 (karena dibentuk pada tahun 1969) asalnya adalah batalyon khusus Field Force atau Pasukan Polis Hutan (PPH, kini Pasukan Gerakan Am) melaksanakan operasi militer di tengah hutan bersama pasukan khusus AB Malaysia untuk menanggulangi insurgensi komunis pada tahun 1969 dan sukses dalam memadamkan aksi-aksi separatis komunis. Setelah redanya teroris komunis pada tahun 1989, VAT 69 mengalami masalah dengan keberadaannya. Dilatih khusus oleh Special Air Service, prajurit Komando Khusus 69 kini memiliki spesialisasi dalam intelijen tempur.
Ahli penembak jitu dan ahli penjinak bahan peledak (Jihandak) satuan ini pernah mendapat pelatihan khusus dari satuan elite asing Special Air Service (Australia, Selandia Baru dan Inggris), Pasukan Patroli Perbatasan (Border Patrol Police) Kepolisian Kerajaan Thailand dan beberapa unit-unit khusus Amerika Serikat seperti US Navy SEALs, FBI, Special Weapons and Tactics (SWAT) serta satuan elite lainnya. UTK diberi baret maroon dan Komando Khusus 69 dianugerah baret perang pasir, yaitu baret kebanggaan yang dianugerah oleh instruktur dari Britania’s SAS (Special Air Service).
Pasukan Gerak Khas banyak melakukan latihan bersama dengan pasukan khusus Special Air Service dari AD Britania Raya, Australia dan Selandia Baru, Brigade Mobil dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, Special Tactic And Rescue Kepolisian Republik Singapura, FBI HRT, Green Beret AD Amerika Serikat dan Komando Pasukan Operasi Khusus Pasifik Amerika Serikat (US Special Operations Command Pacific, USSOCPAC).
Para siswa PGK dilatih khusus mengikuti tingkat master seperti:
CQB (Close Quarter Battle) atau CQC (Close Quarter Combat),
Teknik tempur pasukan khusus (Gayung Halilintar, khususnya kepada Komando Khusus 69),
Menjinak perangkap,
Latihan demolisi bawah air,
Selam tempur,
Tempur bermobil,
Lintas udara,
Terjun payung dan latihan lainnya.
Pada tangggal 10 Desember2003, Kepala Kepolisian Malaysia Inspektur Jenderal Tan Sri (pensiun) Mohd Bakri bin Omar telah meresmikan program pelatihan gabungan antara USSOCPAC dengan satuan ini serta paramiliter PDRM - Pasukan Gerak Umum di Sekolah Latihan Pasukan Gerakan Am (SLPGA), Ulu Kinta, Perak. Diakhir pelatihan, hanya 42 - 194 yang lulus dalam seleksi pasukan ini termasuk seorang personel wanita, Kopral/W Mazlinda Md Nor. Bagi seleksi pemilihan anggota Komando Khusus 69 pada bulan Mei hingga September 2006, hanya 44 - 91 personel ampu menyelesaikan kursus tersebut.
Berikutnya adalah daftar pangkat dan otoritas yang dipakai oleh satuan ini sepertinya satuan kepolisian biasa.
Komando=Assisten Commisioner (ACP) kepada Deputy Commissioner (DCP).
Kepala Batalyon=Assisten Superintendent (ASP) kepada Superintendent (Supt).
Kepala Kompi=Inspektur Polisi kepada Inspektur Kepala (Bahasa Inggris:Chief Inspector)
Kepala Skuad/Kepala Peleton=Sersan kepada Sub Inspektur.
Perlengkapan
Sesuai kualifikasinya sebagai satuan khusus PDRM, Pasukan Gerak Khas dibekali dengan persenjataan dan perlengkapan bantuan untuk mendukung operasi anti-teror dan kriminal. Disedianya daftar persenjataan dan perlengkapan PGK. Satuan pasukan anti-teror PDRM ini dilengkapi dengan persenjataan khusus buatan Amerika dan Eropa, di dalamnya terdapat pistol, shotgun, senapan submesin, senapan serbu, karabin, senapan penembak jitu, senapan mesin, dan pelontar granat.
Pistol semi-otomatis merupakan pistol yang popular dalam mana-mana satuan pasukan khusus. Di dalam satuan ini terdapat, pistol khusus seperti Glock 17, 18 dan 19, H&K Mark 23 dan USP Compact, Sig Sauer P2022 dan pistol siri STI (di dalamnya terdapat STI Tactical 5.0, STI Grandmaster dan STI Lawman M1911A1).
Senapan submesin khusus pilihan PGK yaitu Heckler & KochMP5-A5, MP5-N, MP5K-A4, MP5-SD3, MP7A1 dan UMP yang menggunakan kapasitas peluru 9 mm (UMP 9 merupakan sistem senapan submesin yang paling banyak dimiliki oleh tim-tim Respons Krisis di semua jajaran kesatuan PDRM selain satuan khusus PGK dalam situasi memerangi segala gangguan krisis.).
Shotgun yang diguna oleh satuan ini yaitu Benelli M3 Super 90, SPAS-12, Remington M870 dan M1100 dan Mossberg 590.
Senapan serbu dan karabin PGK seperti karabin Colt M4A1 yang dilengkapi dengan perlengkapan khusus SOPMOD Block I, H&K 416 Commando dan karabin H&K G36C buatan Jerman dan Steyr AUG A2 yang diguna oleh Komsus 69. Karabin Colt M4A1, H&K 416 dan G36C diguna oleh tim khusus PDRM jika terdapat operasi yang membutuhkan polisi menggunakan senapan jarak jauh. Senapan penembak jitu seperti Accuracy-International PM, H&K PSG-1A1 dan Remington M700 diguna oleh ahli penembak jitu atau penembak runduk. Senapan mesin khusus seperti FN Minimi dan M60E2 dan senapan pelontar granat yaitu H&K AG-36, M79 dan M203 juga diguna oleh PGK.
Kendaraan Tempur
Untuk meningkatkan mobilitasnya, satuan khusus ini memiliki kendaraan lapis baja Commando V-150D dan GKN Sankey AT105 yang dilengkapi dengan senapan mesin M60E2 oleh Pasukan Gerak Umum sebagai kendaraan tempur didarat khususnya di kawasan perkotaan dan hutan serta mengubahsuai mobil polisi (Bahasa Inggris:Mobile Patrol Vehicle, MPV), trak, van dan bas sebagai mobil taktis. Bagi pertempuran maritim pula, unit ini dibekali dengan bot tempur, jet ski dan Marine Subskimmer (bot selam mini) untuk pengoperasian amfibi dan diperairan.
Sementara bagi kebutuhan operasi melalui udara, Pasukan Gerak Khas menggunakan pesawat angkut khusus jenis C-130 Hercules yang dipinjamkan daripada Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (TUDM) dan pesawat udara milik Unit Udara PDRM sendiri seperti Cessna 206G, Cessna 208 Caravan 1 dan Pilatus Porter PC-6 bagi pengoperasian unit payung terjun dan HALO/HAHO serta helikopter jenis E-Squirrel AS-355 F2/AS-355N bagi tugas pengintaian, rappelling dan abseiling. Semua perlengkapan yang dimiliki, termasuk materi persenjataan, perlengkapan bantuan, latihan, logistis dan mobil-mobil angkut dan taktis Pasukan Gerak Khas PDRM ini sama persis dengan apa yang dimiliki oleh satuan khusus antiteroris Amerika Serikat dan Angkatan Tentara Malaysia.
Daftar Komando PGK
Pasukan Gerak Khas dikepalai oleh seorang Komando berpangkat Senior Assisten Commissioner II atau SAC II. Di bawah tersedianya daftar Komando bagi pasukan khusus PDRM itu.
yang merupakan Deputi Direktur bagian Keselamatan Dalam Negeri/Ketenteraman Awam (KDN/KA)
Kawasan yang ditugasi
Pusat operasi Pasukan Gerak Khas ini berpusat di Mabes PDRM Bukit Aman dan terbahagi kepada 2 kawasan yang ditugasi oleh 2 detasemen PGK ini. Sila lihat data kawasan yang diberi.
Pada malam 16 Juli2008 - Pasukan Gerak Khas Anti-teror Mabes PDRM Bukit Aman yang mengenakan balaclava (tutup kepala) menangkap pemimpin oposisi Malaysia, Dato' Sri Anwar Ibrahim karena tuduhan menyodomi asisten pribadi Anwar, Mohd Saiful Bukhari Azlan. Tuduhan itu mengulang hal yang sama pada 1998 ketika ia menjabat sebagai deputi perdana menteri sekaligus menteri keuangan. Anwar ditangkap pasukan khusus itu dan dimasukkan ke dalam mobil berkaca gelap dan dibawa ke markas polisi Kuala Lumpur.[3] Harian The Star di Malaysia, menurut Direktur Divisi Kriminal Tindak Pidana Polisi, Komisaris Besar Polisi Dato Bakri Zinin, mengatakan, penangkapan pemimpin oposisi itu tidak dilakukan oleh satuan khusus anti-teror itu, tapi dilakukan oleh satuan SWAT divisi itu yang digelar Unit Tindak Cepat.[4]
Kecelakaan di Genting Sempah
Juli, 2007 - Pasukan Gerak Khas Mabes PDRM bergabung dengan pasukan khusus 10 Bripa (Brigade Para), Resimen 22 Gerak Khas Angkatan Darat Malaysia dan PASKAU TUDM bersama angkatan laut Amerika Serikat, Pasukan Gerak Umum PDRM, Renjer Perhutanan, Kantor Pertahanan Sipil (JPA3) serta warga sipil dikirim dalam tugas SAR 6 personel helikopter Sikorsky S-61 Nuri Angkatan Udara Malaysia (TUDM) yang mengalami kecelakaan di Genting Sempah, Pahang pada 13 Juli lalu. Tetapi, keenam-enam personel AU telah tewas dalam kecelakaan sebelum pesawat udara itu ditemukan oleh unit-unit SAR.
Ops Subuh
3 hari kemudian selepas insiden pencurian senjata pada 20 Juli tahun 2000, satu operasi dinamai Ops Subuh dirancang. Satu detasemen PGK B dikepalai oleh Assisten Superintendent of Police (ASP) Abd Razak bin Mohd Yusuf bersama detasemen Angkatan Tentara Malaysia pimpinan, Letnan Jenderal Zaini bin Mohamad Said dikirim ke Bukit Jenalek, Sauk, Perak untuk bertemu dengan kepala militan Al Ma'unah, Mohamad Amin bin Mohamad Razali. Kumpulan ini berhasil membawa lari 95 pucuk M16, dua senapan serbu Steyr, empat senapan mesin serba guna (GPMG), lima pelontar granat, 26 bayonet, dan amunisi di pos militer Kuala Rui, Perak serta menyandera 4 orang yaitu 2 anggota kepolisian, seorang personel khusus Angkatan Darat Malaysia dan 1 warga sipil. Al-Ma'unah merancang bagi memerangi kerajaan demokratis Malaysia, khususnya Yang di-Pertuan Agong dan menggantinya dengan sebuah negara Islam.
Mohamad Amin berserta pengikutnya diseru meletak senjata dan menyerah diri kepada kerajaan Malaysia. Akan tetapi, sebelum percubaan meletakkan senjata berhasil, Amin dikabarkan mengacukan senapan serbu M16/203 ke arah Zaini hingga Zaini beraksi menepis senapan tersebut menyebabkan tercetusnya tembakan dari senapan Amin dan bermulanya insiden baku tembak dihutan antar pengikut Al Ma'unah dengan pasukan khusus tentara dan polisi. Peristiwa berdarah ini menjadi saksi 2 korban tewas tragis dari 4 sandera sebelum kumpulan itu menyerahkan diri yaitu seorang personel Pengawasan Khusus PDRM, Kopral Detektif Sanghadevan, Truper Matthew anak Medan dari korps Grup Gerak Khas AD Malaysia diseksa hingga mati oleh kelompok militan tersebut dan jasad kedua-duanya dimakamkan bersama,[5] manakala 2 lagi sandera yaitu seorang anggota kepolisian, Sersan Mohd Shah Ahmad dan warga sipil, Jaafar Puteh terselamat. Abdul Halim Ali @ Ahmad, 1 anggota sekte Al Ma'unah tewas dalam baku tembak tersebut dan 29 ahli kumpulannya menyerah.[6] Mohamad Amin, Zahit Muslim, Jemari Jusoh dan Jamaludin Darus divonis hukuman gantung sampai mati dan 16 pengikutnya dihukum penjara seumur hidup.[7][8] 10 anggota lain kelompok tersebut yaitu Megat Mohamed Hanafi Ilias, Muhamad Nukhshah Bandi Che Mansor, Riduan Berahim, Azlan Abdul Ghani, Shahidi Ali dan Khairul Anuar Mohamed Ariffin dipenjara 10 tahun oleh Pengadilan Tinggi selepas mengaku salah atas penderhakaannya ke atas Yang di-Pertuan Agong di perbicaraan Senin bagi permohonan keringanan hukuman.[9] Letnan Jenderal (Pensiun) Zaini Mohamad Said dan ASP Abd Razak Yusuf dianugerahi pingat Seri Pahlawan Gagah Perkasa atas keberanian kedua-duanya dalam peristiwa tersebut.
Ops Api Sawit 2
12 September2002 - Mat Komando alias Ahmad Mohd. Arshad, 37, merupakan bos kelompok penjahat “Geng 13” yang amat diburu pihak berwajib sebagai perampok nomor wahid dalam Malaysia karena terlibat dalam 52 rangkaian kejahatan perampokan bank berjumlah RM2.5 miliar (Rp 7092.525 miliar) di kawasan terpencil, di samping perampokan terhadap saudagar kelapa sawit, penukar uang, rumah gadai, dan individu meloloskan diri di Kampung Hujung Keton, Pendang, Kedah.
Hasil informasi dari intelijen dan warga sipil, 10 polisi dari Pasukan Gerak Khas Anti-teror Mabes PDRM dan paramiliter Pasukan Gerak Umum menyerbu bangsal persembunyian buronan penjahat Mat Komando.
Menyedari kedatangan polisi setelah dibagi amaran "POLIS! Jangan lari...!!!" (Bahasa Indonesia: "POLISI! Jangan kabur...!!!"), Mat Komando memulai tembakan. Dalam operasi besar dan penting pihak kepolisian yang dinamai Operasi Api Sawit 2 pada subuh 12 September 2002, menjadi akhir episode petualangan buronan nomor satu tersebut setelah ia ditembak mati pada bagian kepala dan rusuk kirinya. Polisi menyita 1 pucuk pistol Colt .45 serta 3 butir peluru, 1 pucuk pistol S&W .22 serta 2 butir peluru, 2 selongsong peluru dan uang berjumlah RM70 (Rp 198590.7). Kepala Kepolisian Negara Malaysia ketika itu, Tan Sri Norian Mai menyatakan tewasnya penjahat buronan nomor satu itu menjadi keberhasilan besar polisi berikutan tewasnya empat lagi ahli Geng 13 dalam peristiwa tembak-menembak antar polisi dan sejumlah 9 buronan ditangkap dalam operasi dengan sandi Operasi Api Sawit 2 itu.[10]
Ops Api Laras
27 Desember2002 - Pasukan Gerak Khas terlibat dalam operasi penangkapan Geng M16, kelompok penjahat yang masuk dalam daftar buronan nomor satu polisi yang terlibat dalam perampokan terhadap Bank of Tokyo pada tahun 1985 di samping 16 perampokan terhadap rangkaian kedai emas dan rumah gadai menyebabkan kerugian berjumlah RM21.28 miliar (Rp 60,301.10 miliar). Diberitakan, ahlinya adalah warga Tiongkok dan dilatih oleh ahlinya yang diduga kuat merupakan otak di belakang kelompok itu, Elvis Keh Jiang Long alias Ah Po, seorang mantan AD Singapura.
Tembak menembak antar polisi dan Geng M16 di Taman Rekreasi Hutan Galla, Mantin, Negeri Sembilan menewaskan dua Geng M16 termasuk bos kelompoknya Sum Wing Chang alias Sunny Chai dan orang kanannya Hew Yau dan rakannya Chang Kew Yin berhasil lolos dari penyergapan itu. Seorang polisi luka-luka dalam peristiwa itu.
Dari lokasi kejadian, polisi menyita sejumlah barang bukti, seperti 1 pucuk senjata M16, 2 butir peluru, 1 pucuk pistol Colt .45 serta 16 butir peluru, 1 pucuk pistol Smith & Wesson, serta sejumlah amunisi dan selongsong peluru dalam mobil Proton Waja. Tanggal 28 Desember, Chang akhirnya tewas dalam baku tembak antar polisi di Jalan Keris, Taman Sri Tebrau, Johor Bahru dan menyita 1 pucuk pistol Norinco buatan China serta 3 butir peluru. Kepala Divisi Kriminal Tindak Pidana Mabes PDRM Bukit Aman, Komisaris Besar Polisi Datuk Salleh Mat Som (pensiun) menyatakan kini kepolisian Malaysia masih mencari kelompok Geng M16 yang lolos dari penyergapan termasuk mengirimkan personelnya ke Singapura dan Thailand untuk menumpasi Ah Po dan juga meminta bantuan dari Kepolisian Australia untuk mencari dan memburu Hew Soon Loong @ Hong Kong Chai, yang diduga melarikan diri ke negara itu.[11]
Geng Steyr tewas
18 Januari2000 - Pasukan Gerak Khas terlibat dalam operasi menumpasi Geng Steyr, kelompok penjahat yang dikepalai oleh seorang mantan pasukan khusus bernama Mohd Hizan Jaafar bersama 5 lagi ahlinya selepas melakukan perampokan sebuah bank di Sri Serdang, Selangor dengan mempersenjatai diri dengan senapan serbu Steyr. Dalam operasi penangkapan ini, dua anggota kelompok termasuk Mohd Hizan dan Abu Hasan tewas di Kampung Melayu Majidee dan dua lagi pengikutnya tewas di Plaza Tol Kempas, Johor Bahru dalam peristiwa tembak-menembak antar polisi dan berhasil menyita 4 pucuk senapan serbu Steyr, 1 pucuk pistol Smith & Wesson .22, 1 laras shotgun Remington, 85 butir peluru 5.56 mm, tiga butir peluru .22, sejumlah selongsong peluru dan uang berjumlah RM291,000 (Rp 825569910). Polisi turut melakukan operasi sandi memburu dua lagi tersangka penjahat lainnya.[12]
Penentangan Reformasi
Pada malamnya tanggal 20 September1998, anggota tim anti-teroris Pasukan Gerak Khas Mabes PDRM Bukit Aman dikepalai Inspektur Kedua Mazlan melakukan penyergapan ke atas kediaman mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato' Sri Anwar Ibrahim yang menyebabkan terberkasnya dia setelah 18 hari dipecat dari kabinet dan memulakan gerakan reformasi ke atas Dato' Sri Dr Mahathir Mohamad bersama 100, 000 orang di Kuala Lumpur dan juga dituduh karena kasus korupsi dan sodomi. 6 tahun kemudiannya yakni 2004, dia dibebaskan oleh Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi yang kini menjabat jabatan Perdana Menteri Malaysia yang ke-5.
Operasi-operasi lainnya
Pada tahun 1998, Pasukan Gerak Khas bersama Grup Gerak Khas Angkatan Darat Malaysia mengambil bagian dalam tugas khusus Sukan Komanwel 1998 di Stadium Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur pada tanggal 11 hingga 21 September 1998. Antara tugasi satuan elite ini ialah keselamatan khusus dan bersedia bagi operasi pembebasan sandera dan menjinak bahan peledak (jika berlakunya gangguan dan kekacauan dari teroris). Nah, hasilnya tugas keselamatan pada hari bersejarah tersebut berhasil dilaksanakan tanpa gangguan.
PGK terlibat dalam operasi pembebasan sandera yang ditawan pemberontak militan Abu Sayaff di Pulau Sipadan dan Ligitan, Sabah dan bergabung dengan paramiliter PGA, Angkatan Tentera Malaysia serta tentara Filipina.
Para personel PGK turut mengambil bagian dalam tugas perlindungan terbuka melindungi kepala-kepala negara Islam sedunia sempena persidangan Organisasi Konferensi Islam (OIC) di Putrajaya pada 16 hingga 17 hb Oktober 2003.
Pasukan Gerak Khas juga telah berkecimpung di level internasional dengan pengiriman satuannya dalam Operasi Astute di Timor Leste bersama satuan elite AD Malaysia, yaitu 10 Para dan Grup Gerak Khas dan bergabung dengan pasukan perdamaian PBB yang dikepalai oleh Australia.
Pada tahun 2005, PGK telah ditugasi sebagai perlindungan terbuka melindungi mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad semasa dia mengadakan lawatan ke negeri Johor.
Para personel PGK B juga turut dikerahkan ke Aceh dalam tugas search and rescue 700 personel Brimob POLRI yang hilang semasa bencana tsunami.
Isu dan berita yang terkait dengan Pasukan Gerak Khas
Tanggal Oktober 2006, 1 perwira dan dua personel Pasukan Gerak Khas Anti-teror PDRM ditahan karena tersangka bersubahat dengan Abdul Razak Baginda dalam kasus pembunuhan seorang wanita kelahiran Mongolia, Altantuya Shaaribuudimana jasadnya diledakkan dengan bom C4 pada Oktober 2006 di Shah Alam, Malaysia. Dua orang personel yang dicurigai terlibat dalam pembunuhan ini adalah Inspektur Pertama Azilah Hadri dan Kopral Sirul Azhar Umar, manakala seorang lagi personel polisi, Prajurit Dua Fatimah Abdul Wahap yang bertugas di gedung persenjataan Pasukan Gerak Khas dibebaskan karena tidak terlibat dalam kasus ini. Razak, Azilah dan Sirul dihadapkan ke pengadilan karena kasus pembunuhan kejam ini. April 2009, perbicaraan ke atas tiga warga yang dicurigai telah selesai, Razak Baginda dibebaskan dan Azilah serta Sirul dihukum vonis gantung sampai mati.