Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate adalah Istana Kesultanan yang menjadi museum sejarah yang berdasarkan koleksi yang dipamerkan adalah benda-benda yang berasal dari Kesultanan Ternate dan dari sisa perang pada masa kedatangan orang-orang Eropa di Maluku dan Maluku Utara pada abad ke-15.[2]
Sejarah
Pada mulanya bangunan tempat museum berada adalah Kedaton Kerajaan Ternate yang dibangun pada tahun 1813. Kemudian, Kedaton ini diserahkan kepada pemerintah beserta 74 koleksi pada 28 Maret 1977 untuk dijadikan sebagai museum.[3]
Pada 30 Desember 2023, renovasi museum telah selesai dilaksanakan oleh Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah Maluku Utara dengan dana APBN Rp13 miliar.[4]
Bangunan
Bangunan museum ini berbentuk segi delapan dengan arsitektur asal Cina[5] dan menggambarkan singa sedang duduk dengan dua kaki depan menopang kepalanya. Bangunan terletak di atas Bukit Limau, menghadap ke laut dan membelakangi Gunung Gamalama.[6] Luas lahan Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate adalah 1,5 hektare, tetapi luas bangunannya hanya 1,5 km².
Bangunan utama museum bertingkat dua, menghadap ke timur dengan anjungan yang merupakan satu kesatuan yang bagian tengahnya ditopang oleh kolom-kolom besar. Menurut masyarakat sekitar, kolom-kolom tersebut berhubungan dengan letak naga yang dipancang di loteng bangunan. Bangunan depan merupakan bangunan utama dan di belakang ada bangunan terbuka. Di bagian depan merupakan taman dilengkapi pintu Ngara Ipas dan pagar. Di sisi utara terdapat sebuah kolam. Kedaton ini terletak di tengah Kota Ternate yang padat, berdekatan dengan Masjid Sultan.[3]
Koleksi utama museum ini adalah sebuah mahkota berumur 500 tahun yang dianggap sakral dan unik karena memiliki rambut yang tumbuh seperti rambut manusia. Hal ini menjadikan adanya upacara ritual istampa atau pemotongan rambut mahkota setiap setahun sekali di hari raya Iduladha.[5]
Selain itu, juga terdapat singgasana berwarna emas milik Sultan Ternate dan peralatan upacara serta peralatan acara kesultanan. Di bagian depan terdapat lapangan Sunyie Ici dan Sunyie Lamo yang digunakan untuk prosesi upacara adat.[2]
Museum ini dapat dikunjungi pada hari Selasa – Minggu dari jam 08.00-14.00 WIT. Sedangkan pada hari Senin dan hari libur nasional museum akan tutup.[8]
^Album Budaya (2012). Direktori Museum Indonesia(PDF). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jendral Kebudayaan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. hlm. 775.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Rusmiyati et al, (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II(PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 414. ISBN978-979-8250-67-5.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)