Ayunda Faza Maudya, lebih dikenal sebagai Maudy Ayunda (lahir 19 Desember 1994), adalah seorang aktris, model, aktivis, penulis, dan penyanyi-penulis lagu berkebangsaan Indonesia. Ia masuk dalam daftar Forbes Asia 30 Under 30 pada 2021 dan telah 13 kali dinominasikan Anugerah Musik Indonesia serta mendapatkan nominasi ganda Piala Citra pada FFI 2022.
Dalam karier musik, Maudy merilis album pertamanya pada tahun 2011, Panggil Aku... dengan singel hits-nya berjudul "Tiba Tiba Cinta Datang". Sejak saat itu, Maudy telah merilis tiga album: Panggil Aku... (2011), Moments (2015), dan Oxygen (2018), serta dua album mini: My Hidden Collection (2013) dan The Hidden Tapes: Vol. 1 (2021). Ia juga kerap mengisi soundtrack dalam film-film yang dibintanginya.
Kehidupan awal dan pendidikan
Maudy lahir dengan nama Ayunda Faza Maudya di Jakarta pada 19 Desember 1994.[1] Ia merupakan putri sulung dari pasangan orang tua Didit Jasmedi R. Irawan dan Muren Murdjoko.[2] Maudy memiliki seorang adik bernama Amanda Khairunnisa yang juga telah beberapa kali tampil sebagai aktris film.[3]
Maudy memiliki hobi membaca dari kecil, ia belajar membaca di usia 3 tahun. Maudy menempuh sekolah dasar di SD Al-Azhar hingga kelas dua lalu pindah ke Sekolah Interkultural Mentari hingga lulus SMP. Awalnya, ia memiliki kendala bahasa dan harus beradaptasi menggunakan bahasa Inggris di sekolah internasional, sedangkan saat itu ia hanya terbiasa dengan bahasa Indonesia dan Jawa.[4]
Setelah penampilan debutnya di film Untuk Rena, Maudy berhenti sejenak di dunia hiburan dan fokus pada pendidikannya. Maudy melanjutkan SMA di British School Jakarta. Saat itu, ia menjabat sebagai ketua OSIS.[5]
Pasca kelulusan sekolah menengah, Maudy diterima di Universitas Oxford, Inggris dan mengambil jurusan PPE (Philosophy, Politics and Economics). Ia memulai studi pada September 2013 dan lulus pada tahun 2016.[6] Pada tahun 2019, Maudy melanjutkan kuliah untuk gelar S2 dan berhasil diterima di dua universitas ternama dunia yaitu Universitas Harvard dan Universitas Stanford.[7] Ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Stanford dan lulus pada tahun 2021 dengan gelar ganda untuk jurusan bisnis (M.B.A.) dan pendidikan (M.A.).[8][9]
Karier
2005–2010: Awal karier
Debutnya dalam dunia hiburan tanah air diawali lewat film Untuk Rena yang dibintanginya bersama Surya Saputra pada tahun 2005. Dalam film produksi Miles Films tersebut, Maudy berperan sebagai Rena. Karena perannya di film tersebut, Maudy dianugerahkan penghargaan Aktris Utama Terpilih oleh Festival Film Jakarta 2006 di usianya yang baru menginjak 11 tahun.[10] Ia juga dinominasikan dalam MTV Indonesia Movie Awards 2006 untuk kategori Most Favorite Rising Star.[11] Selain mengawali karier sebagai aktris pada tahun 2005, ia juga merilis buku pertamanya yang berjudul A Forest of Fables. Buku tersebut berisi tujuh belas dongeng pendek tentang satwa-satwa di hutan. Seluruh hasil penjualan buku tersebut ia sumbangkan untuk korban Tsunami Aceh 2004.[12]
Pada tahun 2009, Maudy kembali mendapatkan peran di film produksi Miles Films yang merupakan sekuel film Laskar Pelangi berjudul Sang Pemimpi. Dalam film tersebut, ia berperan sebagai gadis Melayu bernama Zakiah Nurmala.[13] Di film tersebut, Maudy tidak hanya berperan sebagai Zakiah Nurmala, pujaan hati sang tokoh utama, Arai, tetapi juga ikut menyanyikan salah satu soundtrack-nya yang berjudul "Mengejar Mimpi". Sejak itu, namanya mulai diperhitungkan sebagai artis belia berbakat di Indonesia. Maudy juga terpilih sebagai finalis GADIS Sampul2009.[14]
Tidak hanya berkarya di seni peran, Maudy merilis album debutnya yang berjudul Panggil Aku... pada tahun 2011. Dalam album yang berisi 10 lagu ini, Maudy memasukkan salah satu lagu ciptaannya yang berjudul Tetap Bersama. Album tersebut dibantu beberapa musisi seperti Tohpati, Andi Rianto, dan Pasha. Salah satu singel yang berhasil menjadi hits adalah lagu berjudul "Tiba-tiba Cinta Datang".[19] Karier menyanyinya tidak berhenti sampai di situ. Dalam film terbarunya, Perahu Kertas, Maudy juga didapuk untuk mengisi soundtrack film yang berjudul sama, yaitu Perahu Kertas ciptaan Dewi Lestari.[20] Lagu tersebut berhasil membawanya sebagai pendatang baru di dunia musik. Ia dinominasikan dalam Anugerah Musik Indonesia 2013 untuk kategori Pendatang Baru Terbaik dan Karya Produksi Original Soundtrack Terbaik.[21] Maudy juga masuk dalam nominasi Anugerah Planet Muzik 2013 yang diadakan di Singapura sebagai Artis Wanita Terbaik dan Lagu Terbaik Indonesia untuk lagu "Perahu Kertas".[22]
Pada tahun 2013, Maudy menayangkan album mini dengan video musik di kanal youtubenya. Album tersebut diberi nama My Hidden Collection dan berisi 4 lagu yang ditulis dalam bahasa Inggris oleh Maudy sendiri.[23]
Pada Januari 2014, Maudy berduet dengan penyanyi yang bertempat tinggal di Amerika, David Choi dan mengeluarkan lagu berjudul "By My Side".[24] Lagu tersebut kemudian dimasukan ke album terbaru Maudy yang dirilis pada tahun 2014.[25] Lagu ini masuk nominasi Anugerah Musik Indonesia 2015 untuk Kolaborasi Pop Terbaik.[26]
2015–2017: Moments
Pada 1 April 2015, Maudy merilis album keduanya yang bertajuk Moments. Berbeda dari album sebelumnya, album ini memiliki lirik yang lebih dewasa dengan lagu-lagu yang memiliki cerita yang sedih. Album tersebut sukses terjual lebih dari 200 ribu kopi dan meraih seritfikasi Multi Platinum.[27] Album ini juga masuk dalam nominasi Album Pop Terbaik dan Album Terbaik di Anugerah Musik Indonesia 2015. Di tahun tersebut pula ia kembali bermain dalam film arahan Hanung Bramantyo berjudul 2014: Siapa di Atas Presiden. Film aksi yang direncakan tayang pada tahun 2014 itu disutradarai Hanung bersama Rahabi Mandra.[28] Pada Agustus 2015, Ia menjadi pengisi suara dalam film anime perang Battle of Surabaya karya Aryanto Yuniawan produksi STMIK Amikom dan MSV Pictures.[29] Di akhir tahun, Maudy merilis singel "Jakarta Ramai" yang liriknya ia tulis sendiri.[30] Pada tahun tersebut, ia kembali dinominasikan di Anugerah Planet Muzik 2015 untuk kategori Ikon Media Sosial.[31] Ia juga mememangkan Indonesian Choice Awards 2015 sebagai Female Singer of The Year.[32]
Tahun berikutnya, Maudy fokus pada kuliahnya di Inggris yang sudah memasuki semester akhir. Sepanjang tahun 2016, ia hanya merilis dua singel yaitu "Sekali Lagi" dan "How Far I'll Go" versi Indonesia yang merupakan soundtrack film DisneyMoana.[33]
Pada tahun 2017, Maudy memerankan seorang penulis buku bernama Trinity dalam film arahan Rizal Mantovani berjudul Trinity, The Nekad Traveler. Dalam film tersebut, ia kembali mengisi jalur suara dengan menyanyikan lagi berjudul “Satu Bintang di Langit Kelam”. Lagu tersebut diciptaan oleh Dewi Lestari dan dinyanyikan petama kali oleh trio Rida Sita Dewi di album pertamanya pada tahun 1995.[34] Maudy juga merilis singel “Kejar Mimpi” dan “Kutunggu Kabarmu” pada tahun tersebut.[35]
Pada tahun 2019, Maudy menerbitkan dua buku cerita anak-anak yang berjudul Kina's Story. Cerita dalam buku tersebut pertana kali ditulis saat ia berusia 10 tahun, lalu ia tulis kembali sehingga menghasilkan cerita baru.[40] Di tahun tersebut pula, Maudy dipercaya untuk memerankan Hasri Ainun Besari remaja dalam film Habibie & Ainun 3 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.[41] Film tersebut rilis tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25.[42] Selain memerankan Ainun remaja, Maudy juga mengisi jalur suara film tersebut dengan menyanyikan lagu "Kamu & Kenangan" ciptaan Melly Goeslaw.[43] Lagu tersebut berhasil dinominasikan dalam Anugerah Musik Indonesia 2019 untuk kategori Karya Produksi Original Soundtrack Terbaik dan Piala Maya 2019 untuk Lagu Tema Terpilih.[44] Maudy juga mendapatkan nominasi di Festival Film Bandung 2020 atas perannya dalam film tersebut.[45]
Maudy merilis singel "Goodbye" yang dirilis pada 5 September 2019. Maudy mengatakan, singel ini merupakan pesannya untuk berpamitan sebelum keberangkatan ke Amerika Serikat dalam melanjutkan pendidikan.[46]
Sepulangnya dari Universitas Stanford, Maudy bekerja sama dengan Kopi Kapal Api dan Redoxon mempersiapkan perilisan album mini The Hidden Tapes: Vol. 1 yang telah ia persiapkan sejak kuliah di Amerika Serikat. Menurutnya, ia sedang tak ingin tergesa-gesa untuk membuat satu album penuh melainkan ingin membuat karya yang jujur dan intim. Album mini berisi tiga lagu ini memiliki tiga cerita berbeda dengan sebuah kesamaan tentang personalitas perempuan yang digambarkan yaitu perempuan yang menerima, menegur, dan menguatkan. Ide ini datang dari pemikiran dan pertimbangan terkait kariernya di dunia musik setelah ia lulus kuliah.[49] Pada 16 Juli 2021, Maudy merilis lagu pertama yang menjadi trek ketiga album mini tersebut, berjudul "Don't Know Why". Lewat lagu yang liriknya membahas tentang perasaan mati rasa dalam sebuah hubungan itu, ia ingin mengingatkan kepada kaum perempuan untuk menentukan jalan hidup serta kisah cintanya sendiri.[50] Lagu kedua, "Not for Us" dirilis pada 20 Agustus dengan menampilkan sneak peek lewat TikTok-nya dua hari sebelum perilisan.[51] Singel ini menceritakan tentang seseorang yang sadar bahwa hubungannya dengan pasangan tidak dapat berlangsung selamanya. Ia menjelaskan bahwa lagu ini bukan tentang perempuan yang tidak berdaya ketika patah hati, melainkan mampu mengungkapkan perasaannya dan menggambarkan patah hati sebagai fakta. Ia mengharapkan "Not for Us" bisa relate dengan kehidupan banyak orang terutama kaum perempuan.[49] Lagu terakhir, "Heartless", dirilis pada 1 Oktober. Melalui lagu ini, Maudy ingin menyuarakan betapa perempuan begitu kuat dan berhak menjadi karakter utama dalam hidupnya. Perilisan lagu ketiga ini juga menandai dirilisnya album mini The Hidden Tapes: Vol. 1.[52] Pada 5 November, Maudy kembali bekerja sama dengan Dee Lestari, merilis singel berjudul "Awal Mula" dari jalur suara novel Rapijali karya Dee.[53]
Kehidupan pribadi
Maudy Ayunda menikah dengan Jesse Jiseok Choi, seorang pengusaha keturunan Korea berkebangsaan Amerika Serikat[54] yang ia temui ketika menempuh pendidikan magister di Sekolah Bisnis Pascasarjana Stanford.[55] Jesse menetap di Indonesia sejak akhir 2021 dan menjadi mualaf sejak Maret 2022. Akad nikah berlangsung pada 22 Mei 2022 di kediaman Maudy yang terletak di Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan.[54][56]
Aktivisme
Selain membangun karier di dunia hiburan, Maudy juga menaruh perhatian pada dunia sosial, politik, dan ekonomi Indonesia, khususnya yang memberikan dampak langsung terhadap kehidupan anak muda. Pada tahun 2015, ia mendampingi Perdana Menteri Inggris, David Cameron, saat mengunjungi Jakarta.[57][58]
Maudy terlibat dalam kampanye melawan perbudakan modern, yang meliputi kerja paksa, pernikahan, dan pekerjaan berbahaya. Pada Maret 2017, ia ditunjuk sebagai juru bicara melawan perbudakan modern di Istana Wakil Presiden. Melalui karyanya, ia mengenalkan kepada penggemarnya dengan realitas perbudakan modern, dan menggunakan platform media sosial untuk mempromosikan pesan tersebut.[59]
Maudy merupakan pembicara termuda di Forum Ekonomi Global 2015.[60] Pada tahun 2016 ia dipilih oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia sebagai Wanita Inspiratif Indonesia. Ia juga memenangkan BUBU Awards sebagai "Influencer Digital Terbaik" dan "Milenial Paling Berpengaruh" oleh Style Awards atas keterlibatan positifnya di media sosial dan kolaborasinya dengan CIMB Niaga dalam gerakan "Kejar Mimpi".[61][62] Ia juga terpilih dalam "30 Under 30" oleh Forbes Indonesia di kategori Art, Syle, and Entertainment pada tahun 2020 sebagai aktris yang inspirasional,[63] serta masuk dalam "30 Under 30" versi Forbes Asia pada kategori Entertainment & Sports. Maudy dianggap berpengaruh karena telah menghasilkan karya yang sukses dan juga memiliki perhatian besar terhadap dunia pendidikan dengan menjadi aktivis pendidikan.[64]
Pada Maret 2022, Maudy ditunjuk sebagai juru bicara pemerintah Indonesia untuk presidensi KTT G20 yang diselenggarakan di Bali pada November 2022.[65] Penunjukan ini kemudian menuai pro dan kontra dari beberapa pihak.[66] Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, Irfan Wahyudi kepada Bloomberg News menyatakan bahwa penunjukan Maudy sebagai juru bicara hanyalah sebuah gimik, bukan sebuah fungsi strategis.[67][68] Ia juga menyinggung kesombongan pemerintah dengan menunjuk orang-orang muda dari kalangan elit dan privilese ke jabatan politik.[67] Menurut Wasisto Raharjo Jati, peneliti di BRIN, penunjukan Maudy merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meredam kritik dari isu-isu kritis.[67] Berbagai kritik tersebut dibantah oleh Ketua Bidang Media dan Komunikasi Presidensi G20 yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Johnny G. Plate. Johnny menjelaskan bahwa penunjukan Maudy Ayunda sebagai juru bicara bertujuan untuk membuat komunikasi antara pemerintah dan masyarakat terkait G20 lebih intens.[68] Ia juga menilai Maudy adalah milenial yang tepat dengan latar belakang pendidikan filosofi politik dan ekonomi di Oxford serta pendidikan bisnis di Stanford, sehingga informasi terkait Presidensi G20 dapat menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas, terutama generasi milenial dan generasi Z.[68][69]
Maudy pertama kali dinominasikan dalam Anugerah Musik Indonesia pada AMI 2013 untuk kategori sebagai Pendatang Baru Terbaik dan Karya Produksi Original Soundtrack Terbaik.[21] Pada tahun tersebut pula ia dinominasikan untuk kategori Artis Wanita Terbaik dan Lagu Terbaik Indonesia di Anugerah Planet Muzik 2013.[22] Sejak tahun 2013 hingga kini, Maudy telah mendapatkan 13 nominasi Anugerah Musik Indonesia tanpa satu kemenanganpun. Sejak tahun 2015, Maudy juga rutin masuk nominasi Penyanyi Solo Wanita Terdahsyat di Dahsyatnya Awards. Pada tahun 2015, Maudy pertamakali dinominasikan dalam Indonesian Choice Awards untuk kategori Female Singer of The Year dan berhasil memenangkannya.[32] Tahun selanjutnya, ia kembali dinominasikan di kategori yang sama namun dikalahkan oleh Isyana Sarasvati.[71]
Pada Februari 2020, nama Maudy Ayunda masuk dalam daftar tahunan Forbes Indonesia edisi 30 Under 30 (30 anak muda Indonesia yang berprestasi dibawah usia 30) dalam kategori Art, Style & Entertainment.[72] Tahun selanjutnya, ia berhasil masuk dalam daftar 30 Under 30 versi Forbes Asia pada kategori Entertainment & Sports. Maudy dianggap berpengaruh karena telah menghasilkan karya yang sukses dan juga memiliki perhatian besar terhadap dunia pendidikan dengan menjadi aktivis pendidikan.[64]
^Maudy Ayunda (9 November 2014). "Profile Maudy Ayunda". Maudy Ayunda (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Juli 2019. Diakses tanggal 16 November 2020.