Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur

Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur
Lambang Polda Nusa Tenggara Timur
SingkatanPolda NTT
Yurisdiksi hukumPROPAM POLRI
Markas besarJalan Jenderal Soeharto no. 3, Naikoten II, Kota Raja, Kota Kupang

Pejabat eksekutif
Situs web
www.tribratanewsntt.com

Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur atau Polda NTT (dulu bernama Komando Daerah Kepolisian (Komdak atau Kodak) XVII/NTT) adalah pelaksana tugas Kepolisian RI di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Polda Nusa Tenggara Timur karena tergolong polda tipe A, dipimpin oleh seorang kepala kepolisian daerah yang berpangkat bintang Dua atau (Inspektur Jenderal Polisi).

Pada 1974, Komdak XVI dan Komdak XVII/NTT dilebur di bawah Komdak XV/Bali.

Perisai melambangkan Polri sebagai pelindung, pengayom, pembimbing, dan pelayan masyarakat.

Lingkaran melambangkan persatuan dan kesatuan.

Kuda melambangkan kekuatan dan simbol hewan NTT.

Pita Warna Putih melambangkan kebersamaan, ketulusan, dan kesucian.

Catya Turangga Wirasakti melambangkan keperkasaan, dengan penuh kesaktian berbakti kepada nusa dan bangsa. Tiga Bidang dalam Lingkaran melambangkan danau Kelimutu sebagai simbol kejayaan NTT, juga melambangkan keberanian, kemakmuran, dan cinta kasih

Sejarah

Berita proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, tidak sampai ke NTT. Berita proklamasi secara jelas baru diketahui pada tanggal 11 September 1945. Namun, runtuhnya kekuasaan jepang di NTT tidak memberi kesempatan bagi tumbunya kekuatan militer di NTT, sebab pada saat itu pada bulan september NICA telah masuk NTT dan dengan cepat pemerintahan Belanda mengambil ahli kekuasaan dari pemerintahan jepang.

Dengan berakhirnya masa pendudukan militer Jepang, secara otomatis lembaga kepolisian bentukan Jepang pada saat itu – Keisatsutai (polisi) dan Tokubetsu Keisatsutai (poisi istimewa) dibubarkan. Selanjutnya pemerintah Belanda membentuk lembaga kepolisisan bernama Kepolisian Daerah untuk tiap – tiap Keresidenan. Untuk Keresidenan Timor dibentuklah Kepolisian Daerah Timor yang berkantor di Bakunase. Anggotanya terdiri dari para bekas KNIL dan hasil rekrut dari polisi Holandia di Irian dan dari sekolah polisi Sulawesi dan Sukabumi.

Pada masa pendudukan Belanda, sistim pemrintah di NTT dikembalikan pada struktur pemerintahan penjajahan Belanda sebelum Jepang masuk. Pada masa itu NTT hanya berbentuk Keresidenan yang bernama Keresidenan Timor. Keresidenan Timor membawahi tiga Afdeeling yaitu Afdeeling Timor dan kepulauannya (berkedudukan di Kupang), Afdeeling Flores (berkedudukan di Ende), Afdeeling Sumba (berkedudukan di Waingapu). Pusat keresidenan berada di Kupang berada di bawah pimpinan seorang Residen.

Berdasarkan ketetapan yang dirumuskan dalam suatu konferensi di Denpasar (24 Desember 1946), dibentukalah negara Indonesia Timur (NIT) pada tahun 1947 yang terdiri dari 14 daerah di Indonesia bagian Timur: Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Timor, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Minahasa, Sangihe – talaud, Maluku Utara, Maluku Selatan dan Irian barat.

Pada tahun 1947 dan 1948 Belanda melakukan serangan umum terhadapa wilayah RI. Tujuannya adlah merebut daerah – daerah yang masih dikuasai oleh RI. Serangan umum yang dilancarkan Belanda ini dikenal dengan nama Agresi militer I (21 Juli 1947) dan Agresi militer II (19 Desember 1948). Dua Agresi militer Belanda terhadap RI saat itu tidak membawa dampak apa – apa terhadap NIT khususnya terhadap kesatuan keopolisian di Keresidenan Timor. Pada masa itu, Keresidenan Timor dan seluruh wilayah NIT sudah berada di bawah pemerintahan

Masa Republik Indonesia Serikat

Pada tanggal 27 Desember 1949 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada masa itu Negara Indonesia Timur (NIT) menjadi bagian Republik Indonesia Serikat. Dengan adanya pemerintahan RIS di satu pihak dan pemerintahan Negara bagian di lain pihak, maka terdapat pula dua Lembaga Kepolisian yaitu Polisi Republik Indonesia Serikat dan Polisi Negara Bagian. Dan di Negara Indonesia Timur lembaga kepolisiannya adalah Polisi Negara Indonesia Timur. Pada masa RIS, Kepolisian Daerah Timor dibawahi oleh Jawatan Kepolisian Negara Indonesia Timor.

Kantor Polisi Komisariat Nusa Tenggara Timur (KP Kom Nusa Tenggara Timur/KP Kom NTT)

Setelah kembali menjadi NKRI, tahun 1950, Negara Indonesia Timur ditiadakan. Pada tahun 1951 Keresidenan Timor dan beberapa daerah lain yakni Bali, Lombok, Sumbawa, dan Sumba membentuk propinsi Sunda Kecil dengan lembaga Kepolisian Propinsi Sunda Kecil yang berkeduduksn di Singaraja Bali. Kepolisian Provinsi Sunda Kecil membawahi kepolisian daerah Bali, kepolisian daerah Lombok, keoplisian daerah Sumbawa dan Sumba, kepolisian daerah flores dan kepolisian daerah Timor. Dan sebagai Kepala Kepolisian Daerah Timor yang pertama dijabat oleh Komisaris Polisi Kelas II Titus Uly (1951-1952).

Pada tahun 1952, lembaga kepolisian diwilayah ini diubah menjadi Kantor Kepolisian Komisariat Nusa Tenggara Timur (KP Kom Nusa Tenggara Timur/KP Kom NTT). Sebagai pejabat pertama yang memimpin KP Kom NTT adalah Komisaris Polisi Kelas I Moerhadi Danu Wilogo (1952-1955). Belum lama Wilogo menjabat sebagai KP Kom NTT. Kepemimpinan NTT diteruskan oleh Komisaris Polisi Ida Bagus Mahadewa (1955-1957). Dan sejak tahun 1957 s.d 1961 KP Kom dijabat oleh Komisaris Besar Polisi W. Roesman.

Berkenaan dengan suhu politik Nasional yang saat itu sedang memanas, kebutuhan adanya kesatuan pemukul Mobil Brigade (Mobrig) (sekarang disebut Brigade Mobil (Brimob)) mulai dirasakan. Oleh karna itu pada tanggal 11 Juni 1951 dibentuklah 1 Peleton (saat itu satuan Peleton disebut Seksi) Mobrig cadangan Timor yang menginduk pada Kompi 5214 Denpasar. Peleton cadangan Timor ini dipimpin oleh Komandan Peleton (Danton yang bernama Inspektur Polisi Kelas II D. Endun (1951-1954).

Pada awal dibentuknya Peleton Mobrig ini terdiri dari 65 orang personil kedudukannya dikantor Kepolisian Daerah Timor Kupang. Baru pada tahun 1954 mulai dibangun markas Mobrig di Pasir Panjang. Pada saat pembangunan markas Mobrig ini, Peleton cadangan Timor di komandani oleh Inspektur Polisi Kelas II Abdul Rajak (1954-1960).

Pada tahun 1956, Peleton Mobrig pada saat itu sudah berganti nama dengan Peleton 5486, dikirim ke Aceh untuk melaksanakan operasi penumpasan DI/TII. Pada tahun 1958, sejalan dengan pembentukan provinsi NTT dan perubahan nama lembaga kepolisian di NTT, Peleton 5486 dikembangkan menjasi kesatuan setingkat kompi, yaitu Kompi 5486. Selanjutnya, tahun 1960 Kompi 5486 berubah menjadi Kompi B Yon 414. Sebagai komandan kompinya (Danki) adalah Inspektur Polisi Kelas II J. Sampe.

Antara tahun 1958 s.d 1961, KP Kom NTT belum memiliki Rumah Sakit. Pada saat itu pelayanan kesehatan untuk anggota Polri dilakukan dengan rawat jalan yang dilayani oleh sebuah poliklinik sederhana bertempat di Kesatrian Lasikode. Baru pada tanggal 3 Juli

1967 diresmikan sebuah bagunan Rumah Sakit yang diberi nama Rumah Sakit Bhayangkara (RSB). Gedung RSB yang hingga kini masih berdiri ini, dulunya adalah bekas gedung telekomunikasi. (berikut ini adalah nama-nama dokter yang pernah menjabat sebagai Kepala RSB: Komisaris Polisi Tingkat II Dr. Widodo Darmohusodo, Komisaris Polisi Dr. Hanjaya Tedjasudana, Komisaris Polisi Dr. I Gede Saputra, Ajun Komisaris Polisi Dr. Agus Mulyono, Ajun Komisaris Polisi Dr. Sugeng Prapto, Inspektur Polisi Satu Dr. Priyo Sunarto, Ajun Komisaris Polisi Dr. Hadi Sulistyanto, Komisaris Polisi Dr. Rusdianto). Sejak terbentuknya Polda NTT, RSB merupakan dinas kedokteran dan kesehatan (Dis Dokkes) yang dipimpin oleh seorang kepala atau Kadis Dokkes yaitu Ajun Komisaris Besar Polisi Dr. Agus Sriyono.

Untuk menanggulangi kebutuhan jumlah personil Polri NTT yang saat itu masih sangat sedikit, pada tahun 1960 di dirikanlah Sekolah Kepolisian yang berkedudukan di Kupang. Dalam masa perkembangannya, Sekolah Kepolisian di NTT ini mengalami beberapa kali perubahan nama. Pada awal berdirinya, Sekolah Polisi di NTT bernama Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Kupang. Tahun 1961 diubah namaya menjadi Sekola Angkatan Kepolisian (SAK). Tahun 1965 SAK diubah menjadi Depo Pendidikan dan Pelatihan-017 (Deplat–017). Tahun 1974, Depo Pendidikan dan Pelatihan-017 diubah menjadi Depo Pendidikan dan Pelatihan 15-3 (Dodiklat 15-3) Kupang. Tahun 1980 berubah lagi menjadi Depo Pendidikan dan Pelatihan 011-2 (Dodiklat 011-2) Kupang. Tahun 1985 (sampai sekarang) nama Depo Pendidikan dan Pelatihan 011-2 diubah lagi dan kembali menggunakan nama SPN Kupang. Sebagai Kepala atau Ka SPN terakhir, sekarang dijabat oleh Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Kurnia Suratno S. (berikut ini adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah Kepolisian Negara Kupang: Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Rej Sahelangi, Ajun Komisaris Besar Polisi R. Toekirman, Komisaris Besar Polisi Drs T.W.Daeng, Ajun Komisaris Besar Polisi Drs I Wayan Negara, Komisaris Polisi N.A. Sondakh, B.A., Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Koentjoro D, Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. R.Mardjatmo, Ajun Komisaris Besar Polisi P.L. Gasperz, Ajun Komisaris Besar Polisi Soegiman TD, Ajun Komisaris Besar Polisi D.U. Sitohang, Smik, Ajun Komisaris Besar Polisi FX. Ahmad, S.H., Ajun Komisaris Besar Polisi Samuel Lukas, Smik, Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Djoko Poerwono, dan terakhir Ajun Komisaris Besar Polisi Drs. Kurnia Suratno S).

Komando Daerah Kepolisian XVII/Nusa Tenggara Timur (Komdak XVII/Nusa Tenggara Timur/Komdak XVII/NTT

Pada tahun 1961 Kp Kom NTT diubah menjadi Komando Daerah Kepolisian atau Komdak XVII NTT. Sebagai Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) yang pertama dijabat oleh Komisaris Besar Polisi Drs. R. Ostenriyk Tjitrosunarjo (1961-1963). Selanjutnya jabatan PANGDAK dipegang oleh Komisaris Besar Polisi Drs. Goebada (1963-1965). Kepemimpinan Komdak XVII dilanjutkan oleh Komisaris Besar Polisi Drs R. Hardono (1965-1968) yang saat itu sekaligus menjabat sebagai Papelrada (Panglima Pengawas Pelaksana Pengendali Daerah). Jabatan Papelrada ini dijabat oleh Hardono sehubungan dengan terjadinya peristiwa G30S/PKI (1965).

Pada tahun 1967, Hardono digantikan oleh Kombes Pol. Drs Soehasono (1968-1972). Selanjutnyanpimpinan Komdak XVII NTT ditutup oleh Pangdak Komisaris Besar Polisi Drs. Husein Ganda Subrata (1972-1974).

Pada tahun 1961 Kompi Mobrig 5486, di bawah pimpinan Danki Inspektur Polisi Kelas II J.Sampe, dikirim ke Palopo – Sulawesi Selatan untuk melaksanakan operasi penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar. Pada tahun 1962 Mobrig (Mobile Brigade) diubah menjadi Brimob (Brigade Mobile).

Pada tahun 1965 s.d 1966 di bawah komando Pangdak Komisaris Besar Polisi Drs Hardono yang saat itu juga menjabat sebagai Papelrada Anggota Komdak XVII/NTT termasuk Kompi Brimob yang Dankinya saat itu adalah Ajun Komisaris Polisi P.L. Gasprez (1965-1974) turut aktif melaksakan operasi penumpasan terhadap pemberontakan G30S/PKI di NTT.

Komando Antar Resor Nusa Tenggara Timur (Komtarres Nusa Tenggara Timur/Komtarres NTT)

Pada tahun 1974 Komdak XVII/NTT dilebur lagi bersama dengan Komdak XVI Lombok kedalam Komdak XV Bali. Yang berkedudukan di Denpasar. Validasi tiga Komdak di NTT, NTB dan Bali menjadi satu yaitu Komdak XV ini diikuti dengan perubahan kesatuan dibawahnya yaitu Komdak XVII NTT yang diubah namanya menjadi Komtarres NTT (Komando Antar Resort NTT). Komtarres NTT dipimpin oleh pejabat yang disebit Dantarres. Dantarres pertama adalah Kolonel Polisi Leatemea (1974-1976).

Sejalan dengan perubahan Komdak XVII menjadi Komtarres NTT yang menginduk kepada Komdak XV/Bali, terjadi penyesuaian dalam tubuh Brimob. Kompi Brimob yang saat itu bernama Kompi B Yon 414 diubah namanya menjadi Kompi Dak XV-34 Kupang. Sebagai Dankinya dijabat oleh Kapten Polisi Utomo (1974-1977).

Pada masa menjelang Timor Timur berintegrasi masuk menjadi NKRI, jajaran Kepolisian Komtarres NTT, termasuk Kompi Dak XV – 34 Kupang ikut andil dalam mengamankan wilayah perbatasan Timor Timur – Timor Barat. (Berikut adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai Komandan Kompi Dak XV – 34 Kupang: Kapten Polisi Utomo, Letnan Satu Polisi Sudaryanto, Letnan Satu Polisi Khaidir Salim, Letnan Dua Polisi Beku Diaz, Letnan Satu Polisi I Made Ritik, Letnan Satu Polisi Irwanto, Letnan Satu Polisi Setiyo Budi, Letnan Satu Polisi Prio Munjinat, Letnan Satu Polisi Abdul Fitri, Letnan Satu Polisi Beni Rudy, dan Kapten Polisi Gerardus Bata Besu).

Komando Wilayah 012 Nusa Tenggara Timur (Komwil Nusa Tenggara Timur/Komwil NTT)

Perubahan bentuk dari Komtarres menjadi Kowil 112 NTT terjadi pada tahun 1976, yakni berkaitan dengan terjadinya perubahan dari Komdak XV/Bali yang berkedudukan di Denpasar berubah statusnya menjadi Polda Nusa Tenggara yang kedudukannya tetap di Denpasar. Pejabat yang memimpinnya disebut Danwil. Sebagai Danwil pertama adalah Kolonel Polisi Drs.FX.Judhomo (1976-1978). Kepemimpinan Kowil NTT selanjutnya dijabat oleh Kolonel Polisi FX. Soejodono (1978-1981) dan dari tahun 1981 s.d 1985, Kowil 112 NTT dipimpin oleh Kolonel Polisi Drs. Suherman.

Kepolisian Wilayah Nusa Tenggara Timur (Polwil Nusa Tenggara Timur/Polwil NTT

Pada tahun 1985, Komando Wilayah 112 Nusa Tenggara Timur (Komwil 112 NTT) diubah namanya menjadi Kepolisian Wilayah Nusa Tenggara Timur pejabat yang memimpinnya disebut Kapolwil. Selama masa orientasi Polwil (1985-1996) telah terjadi enam kali pergantian Kapolwil berikut adalah nama Kapolwil yang pernah menjabat Polda NTT setelah Muhamad Zein. Mereka adalah Kolonel Polisi Drs. Yusar Hasan (1986-1988), Kolonel Polisi Drs. FX. Sutopo (1988-1990), Kolonel Polisi Drs. I Made Dharta (1990-1992), Kolonel Polisi Drs.Feri Mailensun (1992-1994), Kolonel Polisi Drs. FX Luntungan (1994-1995) dan Kolonel Polisi Drs. Trimada Dhani (1995-1996).

Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (Polda Nusa Tenggara Timur/Polda NTT)

Pada tahun 1996, tepatnya tanggal 26 September, Kepolisian Daerah Nusa Tenggara (Polda Nusra) dilikuidasi menjadi empat Polda yaitu Polda Bali, Polda Nusa Tenggara Barat, Polda Nusa Tenggara Timur, dan Polda Timor Timur. Dengan adanya likuidasi Polda Nusra maka lembaga Kepolisian di NTT terjadi perubahan status dari Polwil menjadi Polda tipe C. Sebagai Kapolda pertama dijabat oleh mantan Kapolwil NTT yaitu Kolonel Polisi Drs. Trimada Dhani.

Trimada Dhani menjabat sebagai Kapolda NTT selama satu tahun yakni dari bulan September 1996 s.d Agustus 1997. Selanjutnya tongkat kepemimpinan Polda diteruska oleh Kolonel Polisi Drs. Sawal Hariyadi (Agustus 1997- April 1998), Kolonel Polisi Drs.Engkesman R. Hilep (April 1998-Februari 1999), dan terakhir dijabat oleh Kolonel Polisi Jusuf Sudradjat, S.Sos. (Februari 1999- Juni 2000).

Setahun setelah Timor Timur lepas dari NKRI (Agustus 1999), tepatnya pada bulan Oktober 2000 Polda yang saat itu bertipe ‘C’ dinaikan statusnya menjadi ‘B’. Sejalan dengan peningkatan status ini kepangkatan Kapolda dari Senior Superintendent menjadi Brigadir Jenderal Polisi. Dengan demikian Kapolda saat itu yaitu Senior Superintendent Jusuf Sudradjat yang saat itu berpangkat Senior Superintendent dinaikkan pangkatnya satu tingkat menjadi Brigadir Jenderal Polisi.

Belum genap setahun menjabat sebagai Kapolda NTT bertipe ‘B’ Jusuf Sudradjat digantikan oleh Brigadir Jenderal Polisi Drs. John Lalo, M.Sc. (Juni 2000 – Oktober 2000) selanjutnya tongkat kepemimpinan Polda NTT dipegang oleh Brigadir Jenderal Polisi Drs. Made M. Pastika (Oktober 2000 – Januari 2001. Kemudian dari bulan Januari 2001 tepatnya tanggal 23 Januari 2001 sampai sekarang kepemimpinan Polda NTT dijabat oleh Brigadir Jenderal Polisi Drs. Yakobus Jacki Uly.

Mengikuti perubahan yang terjadi, yaitu likuidasi Polda Nusra dan terbentuknya Polda NTT, pada tahun 1997 Kompi Brimob dikembangkan statusnya menjadi Satuan Brimob yang membawahi empat Kompi. Sebagai komandan yang satunya dijabat oleh Mayor Polisi Drs. Budi Astomo (1997 – 1998). Pada tahun 1998 s.d 1999, Sat Brimob dikomandani oleh PLH yakni Letnan Kolonel Polisi Drs. Ismail Ernawi (Kepala Dit Samapta). Selanjutnya Wakil Komandan Sat Brimob saat itu, Mayor Polisi Drs. Moch. Badrun naik menggantikan Ernawi. Setelah Moch Badrun, jabatan Dansat Brimob dipegang oleh Mayor Polisi Bimo Geru Dhahono (1999-2000).

Berkaitan dengan perubahan status Polda NTT dari tipe C ke tipe B pada tahun 2000 Sar Brimob dikembangkan menjadi 2 Batalyon (membawahi 10 kompi) yaitu Batalyon A berkedudukan di Kupang dan Batalyon B berkedudukan di Maumere. Sebagai Dansatnya adalah Superintendent Drs. FX. ABD Rakhman Baso.

Perubahan status lembaga kepolisian NTT dari Polwil menjadi Polda tipe C kemudian berkembang lagi menjadi tipe B didasarkan pada pertimbangan atas meningkatnya ancaman dan gangguan kamtibmas sebagai dampak ikutan dari laju pembangunan.

Untuk mengantisipasi permasalahan Kamtibmas di wilayah perairan Polda NTT, dibentuklah Satuan Polisi Air dan Udara pada bulan september 1997. Pada saat itu, Sat Polairud di bawah Direktorat Samapta Polda NTT. Dan sebagai Kepala Satuannya (Kasat) adalah Kapten Polisi Simon Pais. Kapolda NTT saat itu, Brigadir Jenderal Polisi Jusuf Sudradjat, S.Sos. meresmikan Markas Komando.

Polairud yang terletak di Pasir Panjang. Sebagai Dansatnya adalah Letnan Kolonel Polisi/Superintendent E.D. Kalumbang (Maret 2000 – Desember 2000). Kemudian sejak bulan April 2001 sampai sekarang, Komandan Sat Polairud dijabat Oleh Ajun Komisaris Besar Polisi Oktavianus Pah.

Perubahan status Polda dari tipe C menjadi tipe menjadi tipe B merupakan pekerjaan yang cukup berat mengingat sangat terbatasnya sumber daya yang ada. Dengan demikian, hal ini harus dilaksanakan secara bertahap untuk penuntasannya. Pembentukan Polda NTT sudah barang tentu akan menuntut berbagai kesiapan dan perencanaan yang akurat dan berlanjut, baik yang menyangkut aspek personil maupun aspek material dan fasilitas lainnya seperti kantor, perumahan, kendaraan, dan sarana komunikasi yang dapat menunjang pelaksanaan tugas – tugas Kepolisian.

Brigadir Jenderal Polisi Drs. Yakobus Jacki Uly diganti oleh Brigadir Jenderal Polisi Drs. Edward Aritonang, M.M yang menjabat Kapolda NTT sejak Tahun 2002 s/d 2005. Selanjutnya Brigadir Jenderal Polisi Drs R.B. Sadarum, SH hingga Tahun 2008 dan Brigadir Jenderal Polisi Drs. A. Bambang Suedi MM, MH (2008-2010). Pada tanggal 14 Februari 2010 Brigadir Jenderal Polisi Drs. A. Bambang Suedi MM, MH diganti oleh Brigadir Jenderal Polisi Drs. Yorry Yance Worang. Dengan motto “Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, Kapan lagi”, Kapolda NTT berupaya untuk mengubah pola pikir dan budaya personel Polri Polda NTT sehingga mempercepat tercapainya program Kapolri yakni partnership building karena “Bae sonde bae, Flobamora lebe bae“.

Pejabat

Kapolda

No Nama Pejabat Awal Menjabat Akhir Jabatan ket.
Kepala Polisi Daerah Timor (Kepala PD Timor) (1951–1952)
1
Komisaris Polisi Tingkat II
Titus Uly
1951
1952
Kepala Kantor Kepolisian Komisariat Nusa Tenggara Timur (Kepala KP Kom NTT) (1952–1961)
2
Komisaris Polisi Tingkat I
Moerhadi Danu Wilogo
1952
1955
3
Komisaris Polisi Tingkat II
Ida Bagus Mahadewa
1955
1957
4
Kombes. Pol.
W. Roesman
1957
1961
Panglima Komando Daerah Kepolisian XVII/Nusa Tenggara Timur (Pangdak XVII/NTT) (1961–1974)
5
Kombes. Pol.
Drs. R. Ostenriyk Tjitrosunarjo
1961
1963
6
Kombes. Pol.
Drs. Goerbada
1963
1965
7
Kombes. Pol.
Drs. R. Hardono
1965
1968
Papelrada (Panglima Pengawas Pelaksana Pengendali Daerah) NTT
8
Kombes. Pol.
Drs. Soehasono
1968
1972
9
Kombes. Pol.
Drs. Husein Ganda Subrata
1972
1974
Komandan Komando Antar Resort Nusa Tenggara Timur (Dantarres NTT) (1974–1976)
10
Kolonel Polisi
Leatemia
1974
1976
Komandan Komando Wilayah 112 Nusa Tenggara Timur (Danwil 122 NTT) (1976–1985)
11
Kolonel Polisi
Drs. FX. Judhomo
1976
1978
12
Kolonel Polisi
FX. Soejodono
1978
1981
13
Kolonel Polisi
Drs. Suherman
1981
1985
Kepala Kepolisian Wilayah Nusa Tenggara Timur (Kapolwil NTT) (1985–1996)
14
Kolonel Polisi
Drs. Yusar Hasan
1986
1988
15
Kolonel Polisi
Drs. FX. Sutopo
1988
1990
16
Kolonel Polisi
Drs. I Made Dharta
1990
1992
17
Kolonel Polisi
Drs. Feri Mailensun
1992
1994
18
Kolonel Polisi
Drs. FX. Luntungan
1994
1995
19
Kolonel Polisi
Drs. Trimada Dhani
1995
1996
Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur (Kapolda NTT) (1996–Sekarang)
20
Kolonel Polisi
Drs. Trimada Dhani
1996
1997
21
Kolonel Polisi
Drs. Sawal Hariyadi
1997
1998
22
Kolonel Polisi
Drs. Engkesman R. Hilep
1998
1999
23
Kolonel Polisi
Jusuf Sudrajat, S.Sos.
1999
2000
24
Brigjen. Pol.
Drs. John Lalo, M.Sc.
2000
2000
25
Brigjen. Pol.
Drs. Made Mangku Pastika, M.M.
2000
2001
26
Brigjen. Pol.
Drs. Yakobus Jacki Uly
2001
2002
27
Brigjen. Pol.
Drs. Edward Aritonang, M.M.
2002
2005
28
Brigjen. Pol.
Drs. R.B. Sadarum, S.H.
2005
2008
29
Brigjen. Pol.
Drs. Antonius Bambang Suedi, M.M., M.H.
2008
2010
30
Brigjen. Pol.
Drs. Yorry Yance Worang
2010
2011
31
Brigjen. Pol.
Ricky Herbert Parulian Sitohang
2011
2013
32
Brigjen. Pol.
Drs. I Ketut Untung Yoga Anna
2013
2014
33
Brigjen. Pol.
Endang Sunjaya
2014
2016
34
Brigjen. Pol.
E. Widyo Sunaryo
2016
2017
35
Irjen. Pol.
Drs. Agung Sabar Santoso, S.H., M.H.
2017
2018
36
Irjen. Pol.
Drs. Raja Erizman
2018
2019
37
Irjen. Pol.
Drs. H. Hamidin
2019
2020
38
Irjen. Pol.
Drs. H. Lotharia Latif, S.H., M.Hum.
2020
2021
39
Irjen. Pol.
Drs. Setyo Budiyanto, S.H., M.H.
2021
2022
40
Irjen. Pol.
Drs. Johanis Asadoma, S.I.K., M.Hum.
2021
2022
41
Irjen. Pol.
Drs. Daniel Tahi Monang Silitonga, S.H.
2022
petahana

Wakapolda

No Nama Pejabat Awal Menjabat Akhir Jabatan Ref.
1.
Kombes. Pol.
Drs. Eddy Harianto
Agustus 2010
30 Mei 2013
2.
Kombes. Pol.
Monang Manulang, S.H., M.M., M.H.
30 Mei 2013
27 Agustus 2014
3.
Brigjen. Pol.
Drs. Sumartono Jochanan, S.H., M.H.
27 Agustus 2014
20 Juli 2017
4.
Brigjen. Pol.
Drs. Victor Gustaaf Manoppo, M.H.
20 Juli 2017
14 Oktober 2018
5.
Brigjen. Pol.
Drs. Johanis Asadoma, S.I.K., M.Hum.
14 Oktober 2018
17 Juli 2020
6.
Brigjen. Pol.
Drs. Ama Kliment Dwikorjanto, M.Si.
17 Juli 2020
13 April 2022
7.
Brigjen. Pol.
Drs. Heri Sulistianto
13 April 2022
26 September 2023
8.
Brigjen. Pol.
Awi Setiyono, S.I.K., M.Hum.
26 September 2023
Petahana

Wilayah Hukum

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya