Huang Di
Kaisar Kuning (Hanzi: 黃帝; hanyu pinyin: huangdi; juga dibaca Huang-ti atau Hwang-ti) (2711-2597 SM, usia 114 tahun; berkuasa 2698-2598 SM) adalah seorang tokoh pemimpin dan diakui sebagai leluhur semua orang Tionghoa (terutama Huaxia[1]). Ia adalah salah satu raja pada masa Tiga Penguasa dan Lima Kaisar,[2] seorang pahlawan kultur (kebudayaan).[3][4] Kaisar Kuning bermarga Ji (姬) dan merupakan raja dari pemukiman marga Ji. Namun juga ada versi lain bahwa Kaisar Kuning bermarga Gongsun (公孫). Kaisar Kuning ada tercatat di dalam catatan sejarah Shiji (Hanzi: 史記) sebagai seorang pemimpin bermarga Gongsun, bernama Xuanyuan. Ia tinggal di Bukit Xuanyuan, di sekitar Kota Zhengzhou, Provinsi Henan sekarang. Tradisi mengatakan bahwa Huangdi memerintah dari tahun 2697 hingga 2597 SM[5] atau dari 2696 hingga 2598 SM.[6] Kultusnya meluas pada akhir masa Periode Negara Perang dan awal periode Han, di mana dia digambarkan sebagai pencetus bentuk negara berpusat (sentralisasi), pemimpin kosmis, dan pelindung seni esoterik. Dia dipercaya menemukan berbagai penemuan dan inovasi,[7] dan dianggap sebagai pemula kebudayaan China.[8] Nama dan GelarHuangdi (Hanzi: 黃帝; hanyu pinyin: Huángdì; Wade-Giles: Huang2-ti4; Kantonis: wong4 dai3), Kaisar Kuning, Yellow Emperor. Nama Marga Gongsun (Hanzi: 公孫; Hokkien: Kung-sun).[9] Nama pribadi Xuanyuan (軒轅; Hsuan-yuan).[9] Nama MargaHuangdi juga disebut sebagai Xuanyan-shi (sederhana:轩辕氏; tradisional: 軒轅氏; hanyu pinyin: Xuānyuán-shì) dan Youxiong-shi (有熊氏; Yǒuxióng-shì).[10] Pelajar bernama Huangfu Mi dari abad ketiga berkata bahwa Xuanyuan awalnya adalah nama bukit di mana Huangdi tinggal dan dia kemudian mengambil nama tersebut.[11] Liang Yusheng (梁玉繩; 1745–1819) dari Dinasti Qing berargumen bahwa justru bukit tersebut yang dinamakan berdasarkan nama Huangdi dibandingkan sebaliknya.[11] Seorang Sinologis (peneliti kebudayaan China) berkebangsaan Inggris bernama Herbert Allen Giles (1845–1935); Youxiong adalah nama yang diambil dari nama kepangeranan Huangdi berdasarkan keturunan; Giles juga menyebutkan sebuah sumber yang berkata bahwa Xuanyuan adalah nama dari desa tempat tinggal Huangdi.[6] William Nienhauser, penerjemah Shiji zaman modern, menjelaskan bahwa Huangdi awalnya merupakan pemimpin dari suku Youxiong, yang bermukim pada wilayah yang kini berada di dekat Xinzheng, Henan.[12] "Kaisar Kuning"Pada akhir Periode Negara Perang, Huangdi dimasukkan ke dalam lingkup kosmologikal dari Lima Fase (Wu Lao Tian Jun), di mana warna kuning mewakili bumi, naga, dan bagian tengah.[13] Hubungan warna-warna dengan berbagai dinasti disebutkan dalam Lüshi Chunqiu (ensiklopedi China kuno, akhir abad ketiga SM), di mana masa kekuasaan Huangdi dianggap diatur oleh bumi.[14] Catatan Sejarah dan LegendaSejarawan terkenal Sima Qian – dan sebagian besar catatan sejarah Tiongkok setelahnya – berpendapat Huangdi adalah tokoh yang benar-benar nyata di dalam sejarah dibandingkan tokoh-tokoh legenda sebelumnya seperti Fúxī, Nuwa, dan Kaisar Yan. Karyanya Catatan Sejarah Agung dimulai dengan namanya, kemudian dilanjutkan dengan tokoh-tokoh lainnya.[9][15] Berdasarkan sebagian besar sejarah Tiongkok, Huangdi dan kaum bijak purba lainnya dipercaya sebagai tokoh sejarah yang benar-benar nyata.[8] Keberadaan mereka mulai dipertanyakan pada tahun 1920-an oleh sejarahwan seperti Gu Jiegang, salah satu pendiri Yigupai di Tiongkok.[8] Di dalam usaha mereka untuk membuktikan bahwa tokoh-tokoh awal di dalam sejarah Tiongkok adalah mitologikal, Gu dan para pengikutnya berpendapat bahwa para bijak purba sebenarnya adalah dewata yang kemudian digambarkan sebagai manusia oleh para intelektual rasionalis dari Periode Negara Perang.[16] Yang Kuan, seorang anggota dari arus Historiografi yang sama, menegaskan bahwa Huangdi mulai disebut sebagai pemimpin pertama di Tiongkok semasa Periode Negara Perang akhir.[13] Yang kemudian berpendapat bahwa Huangdi adalah transformasi terakhir dari Shangdi, dewa tertinggi dari Shang.[17] Juga pada tahun 1920-an, seorang peneliti berkebangsaan Prancis Henri Maspero dan Marcel Granet menerbitkan studi kritis tentang cerita-cerita purba Bangsa Tionghoa.[18] Di dalam Danses et légendes de la Chine ancienne [["Tarian dan Legenda Tiongkok Kuno"], misalnya, Granet berargumen bahwa kisah-kisah tersebut merupakan "legenda yang disejarahkan" yang lebih banyak mengisahkan masa pada saat mereka menulisnya daripada masa yang mereka kisahkan.[19] Kebanyakan peneliti sekarang setuju bahwa Huangdi pada mulanya merupakan sesosok dewa yang ditransformasikan ke dalam tokoh manusia.[20] K.C. Chang memandang Huangdi dan para pahlawan kebudayaan lainnya sebagai "tokoh-tokoh religius kuno" yang dirasionalkan semasa periode Negara Perang akhir dan Dinasti Han.[8] Sejarahwan Tiongkok kuno yang bernama Mark Edward Lewis menyebutkan tentang sifat Kaisar Kuning yang "seperti dewa", di mana Roel Sterckx (profesor pada Universitas Cambridge) menyebut Huangdi seorang "pahlawan legendaris kebudayaan."[21] Asal MulaAsal mula legenda Huangdi tidaklah jelas, tetapi para sejarahwan mengajukan beberapa hipotesis mengenai hal tersebut. Yang Kuan (楊寬), seorang anggota Yigupai (1920-an–1940-an), berpendapat bahwa Huangdi berasal dari Shangdi, dewa tertinggi Dinasti Shang.[22] Pandangan Yang berdasarkan perubahan berikut: Shangdi 上帝 => Huang Shangdi 皇上帝 => Huangdi 皇帝 => Huangdi 黄帝, yang mana ia menegaskan bahwa huang 黄 ("kuning") adalah variasi tulisan (karakter) dari huang 皇 ("agung") atau dulunya digunakan untuk menuliskan huruf yang tabu (karena dianggap suci).[23] Sejarahwan Mark Edward Lewis setuju bahwa huang 黄 dan huang 皇 terkadang tertukar, tetapi tidak setuju dengan pendapat Yang, ia menyebutkan bahwa huang yang berarti "kuning" muncul terlebih dahulu.[24] Berdasarkan apa yang ia akui di dalam sebuah "novel etimologi" sepertinya huang 黄 secara pengucapan mirip wang 尪 ("syaman yang dibakar" di dalam ritual untuk memanggil hujan Shang), Lewis mengajukan bahwa "Huang" dalam gelar Kaisar Kuning mungkin asalnya berarti "syaman pemanggil hujan" atau "ritual memanggil hujan."[25] Menunjuk versi mitologi Huangdi pada akhir periode Negara Perang dan awal Han, ia berpendapat lebih lanjut bahwa tokoh Kaisar Kuning berasal dari ritual memanggil hujan di mana Huangdi mempresentasikan kekuatan hujan dan awan, di mana musuh mistiknya (Chi You atau Yandi) merupakan api dan paceklik.[26] Juga tidak setuju dengan hipotesis Yang Kuan, Sarah Allan menemukan bahwa tidak semestinya bahwa sebuah legenda populer seperti Huangdi memiliki karakter tabu.[17] Ia berpendapat bahwa "sejarah" pra-Shang, termasuk kisah Huangdi, "semuanya dapat dimengerti sebagai transformasi dan sistematisasi dari mitologi Shang."[27] Menurut pandangannya, Huangdi awalnya adalah "penguasa dunia bawah" yang tak bernama (atau "Mata Air Kuning"), kebalikan dari dewa langit Shang yaitu Shangdi.[17] Pada masa itu, penguasa Shang menuntut bahwa para leluhur mistik mereka yang diidentifikasikan dengan "kesepuluh matahari, burung-burung, timur, hidup, dan Tuan di Atas" (yaitu Shangdi), telah mengalahkan suku-suku yang lebih tua serta dihubungkan dengan "dunia bawah, naga-naga, barat."[28] Setelah Zhou menjatuhkan Shang pada abad kesebelas SM, para pemimpin Zhou menginterpretasi ulang legenda Shang bahwa masyarakat Shang telah memusnahkan sebuah dinasti asli yang dinamakan Dinasti Xia.[28] Pada masa Han –sebagaimana tertuang dalam karyaShiji milik Sima Qian– Huangdi yang merupakan penguasa dunia bawah, secara simbolik dihubungkan dengan Xia, menjadi pemimpin sejarah yang keturunannya dianggap sebagai pendiri Xia.[29] Huangdi pada Masa Pra-KekaisaranCatatan mengenai Huangdi mulai muncul di dalam naskah Tiongkok semenjak Periode Negara Perang. "Referensi paling tua" untuk Huangdi adalah inskripsi yang terdapat di atas bejana perunggu yang dibuat pada separuh pertama abad ke-4 SM oleh anggota keluarga kerajaan negara Qi.[30] Sebagaimana yang disebutkan Michael Puett, ini merupakan salah satu dari beberapa referensi untuk Kaisar Kuning dari abad keempat dan ketiga SM di dalam catatan penciptaan negara.[31] Unsur-Unsur dalam Legenda HuangdiTahun-Tahun AwalMenurut Huangfu Mi (215-282), Huangdi dilahirkan di Shou Qiu (Bukit Panjang Umur),[11] yang terletak di luar kota Qufu di Shandong. Mulanya, dia hidup bersama sukunya di wilayah barat daya dekat sebuah sungai historikal bernama Ji (diperkirakan adalah Sungai Fen di Shanxi[32]), kemudian bermigrasi ke Zhuolu di modern Hebei.[33] Ia menjadi petani dan menjinakkan 6 binatang liar spesial: beruang (熊), beruang cokelat (sederhana=罴, tradisional=羆), pí (貔) dan xiū (貅) yang selanjutnya dikombinasikan menjadi binatang mistik Pixiu, chū yang buas (貙), dan harimau (虎).[33] Berdasarkan ini, Ye Shuxian mengasosiasikan Kaisar Kuning dengan legenda beruang yang umum didengar di antara masyarakat Asia timur laut dan legenda tentang Dangun.[34] Huangdi dan Kaisar Yan merupakan pemimpin dari sebuah suku[33] atau gabungan dua suku[32] yang tinggal dekat Sungai Kuning, pada suatu zaman yang dirujuk buku-buku sejarah China modern sebagai masyarakat yuanshi atau primitif."[33] Kaisar Yan dihormati pada wilayah berbeda di sekitar Sungai Jiang (diperkirakan kini merupakan Sungai Wei).[32] Kedua kaisar hidup pada masa peperangan.[35] Kaisar Yan terbukti tidak mampu mengontrol kekacauan yang terjadi pada wilayahnya, Huangdi membangun pasukan untuk mengokohkan dominasinya terhadap berbagai kelompok yang berperangthe.[35] Catatan Kaki
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Yellow Emperor.
|