Upacara peletakan batu pertama pembangunan Museum Gedung Joang '45 bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan yaitu pada tanggal 10 November 1970. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Siti Johana Menara Saidah yang kemudian dilanjutkan oleh S.K. Trimurti dan Wali Kota Jakarta Pusat Eddy Djadjang Djajaatmadja.[1] Museum ini diresmikan pada tanggal 19 Agustus 1974 oleh Presiden Soeharto.[2]
Sejarah bangunan
Masa Pendudukan Belanda
Gedung yang dibangun pada sekitar tahun 1920-an yang saat ini dipergunakan sebagai Museum Joang 45 ini pada mulanya adalah hotel yang dikelola oleh keluarga “L.C. Schomper”, seorang berkebangsaan Belanda yang sudah lama tinggal di Batavia. Hotel ini diberi nama Hotel Schomper[3] sesuai nama pemiliknya. Hotel tersebut saat itu termasuk yang cukup baik dan terkenal di kawasan pinggiran Selatan Batavia, dengan bangunan utama yang berdiri megah di tengah dan diapit deretan bangunan kamar-kamar penginapan di sisi kiri dan kanannya untuk menginap para tamu.
Bangunan kamar penginapan yang tersisa saat ini tinggal beberapa yang ada di sisi utara gedung utama, saat ini dipergunakan sebagai ruang perpustakaan, ruang kreativitas anak (children room) dan kantor Wirawati Catur Panca.
Masa Pendudukan Jepang
Ketika Jepang masuk ke Indonesia (1942-1945) dan menguasai Batavia, hotel tersebut diambil alih oleh para pemuda Indonesia dan beralih fungsi sebagai kantor yang dikelola Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang) yang dikepalai oleh seorang Jepang, “Simizu”. Di kantor inilah kemudian diadakan program pendidikanpolitik yang dimulai pada tahun 1942 untuk mendidik pemuda-pemuda Indonesia dan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Jepang.
Koleksi
Di museum ini dapat dilihat jejak perjuangan kemerdekaan RI dengan koleksi benda-benda peninggalan para pejuang Indonesia. Di antaranya adalah mobil dinas resmi Presiden dan Wakil Presiden RI Pertama yang dikenal dengan mobil REP 1 dan REP 2, dan Mobil Peristiwa Pemboman di Cikini. Selain itu ada pula koleksi foto-foto dokumentasi, lukisan dan diorama[4] yang menggambarkan perjuangan sekitar tahun 1945-1950-an. Beberapa tokoh perjuangan ditampilkan pula dalam bentuk patung-patung dada.
Aktivitas
Museum Joang 45 terbuka untuk umum dalam aktivitasnya, pengunjung atau peserta aktivitas dapat mendaftarkan diri untuk dapat terlibat dalam aktivitas museum. Dalam hal ini Museum Joang 45 bertindak sebagai Fasilitator. Beberapa aktivitas Museum yang terus dikembangkan di antaranya:
Aktivitas Reguler:
Penyuluhan Permuseuman
Pameran dan Diskusi
Partisipasi Jabodetabek dan Dalam Daerah
dll
Aktivitas Temporer:
Pekan Museum Joang, terbuka untuk umum (Lomba Pidato, Lomba Puisi, Lomba Melukis, Lomba Mewarnai, Lomba Sejarah dan Budaya)
Napak Tilas Proklamasi
Pameran Temporer, Pameran Keliling.
Fasilitas
Fasilitas yang tersedia bagi pengunjung Museum Joang '45 adalah
Ruang Pameran Tetap dan Temporer dengan pojok multi media.
Bioskop Joang 45, Studio penayangan film-film dokumenter dan film perjuangan lama.
Perpustakaan referensi sejarah ilmiah, dilengkapi komik-komik perjuangan untuk bacaan anak.
Childrenroom, ruang khusus untuk kreativitas anak dilengkapi game komputer pahlawan, mewarnai, puzzle, dan permainan knock-down.
Foto Studio, menyediakan kostum para pejuang untuk dikenakan pengunjung dan foto instan.
^Rusmiyati,dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 238. ISBN9789798230668 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan).Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)