Festival Film Indonesia 2007 adalah Festival Film Indonesia yang ke-27. Malam Puncak FFI 2007 dilangsungkan pada tanggal 14 Desember 2007 di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin di Kompleks Bandar Seni Raja Ali Haji (Serai), Kota Pekanbaru, Riau. Pekanbaru menjadi tempat pertama di luar Jakarta untuk menggelar hajatan FFI setelah 22 tahun terakhir. Ajang penghargaan ini digelar di luar Jakarta terakhir pada tahun 1985 di Kota Bandung.[5][6] Festival Film Indonesia 2007 diikuti oleh 29 film nasional yang turut serta di ajang ini.
Dalam pelaksanaan Festival Film Indonesia 2007, panitia menghadirkan 16 penghargaan bagi karya film terbaik. Sebanyak 13 penghargaan diantaranya merupakan penghargaan reguler untuk film cerita atau film bioskop, meliputi penghargaan bagi pemeran pria terbaik, pemeran wanita terbaik, dan lainnya. Tiga penghargaan lainnya diberikan kepada film dokumenter terbaik, film cerita pendek terbaik, dan penghargaan khusus bagi film dengan penggunaan Bahasa Indonesia terbaik, yang merupakan ide dari tuan rumah, yakni Pemerintah Provinsi Riau.
Sebelum malam puncak, pada tanggal 29 November 2007 di Gedung Club XXI Djakarta Theater diadakan malam pengumuman nominasi FFI 2007.[7]
Pemilihan tuan rumah
Kota Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau dipilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2007, dan dijadwalkan berlangsung pada 14 Desember 2007. Terpilihnya Pekanbaru sebagai tuan rumah FFI 2007 menjadikannya sebagai ajang FFI pertama dilaksanakan di luar Jakarta setelah terakhir pada 22 tahun yang lalu di Bandung, Jawa Barat. Menurut Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N), Deddy Mizwar, Provinsi Riau terpilih karena dianggap paling serius dan siap sebagai tuan rumah FFI 2007. Penyelenggaran FFI 2007 di Kota Pekanbaru berlangsung di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin di Komplek Bandar Seni Raja Ali Haji (Serai), Pekanbaru.[8]
Festival Film Indonesia 2007 tersebut sedikitnya menelan dana sekitar Rp 7 miliar. Dana tersebut sebagian besar ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Riau. Panitia Penyelenggara Pusat FFI 2007 melalui Departemen Pariwisata Republik Indonesia hanya menyiapkan anggaran Rp 1,7 miliar saja, untuk acara seleksi film yang dilaksanakan di Jakarta, sementara selebihnya akan menjadi tanggung jawab Riau sebagai tuan rumah.[9]
Sementara itu, Sekretaris Daerah Riau, HR Mambang Mit, mengatakan bahwa Festival Film Indonesia 2007 diharapkan dapat menjadi ajang promosi bagi potensi daerahnya yang kaya sumber daya alam maupun pariwisata. Festival Film Indonesia 2007 juga diharapkan menjadi salah satu dari rangkaian panjang upaya mewujudkan Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan, sebagaimana menjadi Visi Riau 2020.[10] Namun, pelaksanaan FFI di Riau ini pun ditanggapi miring oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau. Menurut Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Riau, Nurdin, pelaksanaan FFI tidak akan membawa dampak positif terhadap peningkatan taraf ekonomi masyarakat di Riau. Ia menolak acara FFI digelar di Riau karena dianggap tidak ada relevansinya untuk kepentingan masyarakat Riau itu sendiri.[9]
Dewan juri
Penilaian dewan juri Festival Film Indonesia 2007 dilakukan secara maraton sejak tanggal 12 hingga 23 November 2007, di Planet Hollywood. Dewan juri pada akhirnya telah berhasil memilih lima judul film nominasi cerita panjang berikut unsur-unsurnya. Begitu pula dengan dewan juri film pendek maupun dewan juri film dokumenter. Dewan juri untuk film cerita bioskop diketuai oleh Putu Wijaya.
Pemenang dan nominasi
Pemenang dituliskan dengan huruf tebal di urutan pertama.[11] Nominasi diurutkan berdasarkan abjad.[12][13]
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Wencislaus de Rozari - Kala
|
|
|
- Sang Buddha Bersemayam di Borobudur - Marselli Sumarno
- Di Atas Rel Mati - Nur Fitriah dan Weldy Handoko
- Gemala Meragi Nusantara - Dharma Maulana
- Bisnis Narkoba di Penjara - Darussalam
- Cita-Citaku: Aku Ingin Jadi Tentara - Gatut Mukti dan Delviyandi.
|
- Karena Aku Sayang Markus - Danial Rifki
- Sayap untuk Laras - Ganga Keanardo
- Merah Putih di Jam 7 - Chrish Oscario
- Bahan Bakar Tinja - Hidayat Priyo
- Belenggu - Donald TK
|
| Film Berbahasa Indonesia Terbaik[14]
| Bangku Kosong - Kharisma Starvision Plus
| Kala - MD Pictures
| Lari Dari Blora - Cahaya Kristal Media Utama
| Love Is Cinta - Kharisma Starvision Plus
| Mengejar Mas-Mas - DePIC Productions
|}
Daftar pemenang
Penghargaan khusus
Piala Khusus dari Dewan Juri Film Cerita untuk Penyutradaraan diraih Deddy Mizwar di film Naga Bonar Jadi 2 (produksi PT Demi Gisela Citra Sinema dan PT Bumi Selection Prasidi BI-EPSI).
Film multi-nominasi dan multi-penghargaan
Kontroversi
Boikot MFI
Menjelang pelaksanaan FFI di Riau, Masyarakat Film Indonesia (MFI) pada tanggal 10 Desember 2007 membuat pernyataan sikap yang tidak mendukung penyelenggaraan festival film tahunan tersebut. Pernyataan sikap itu dituangkan dalam selembar kertas berjudul Pernyataan Sikap MFI tentang Nominasi pada FFI 2007. Beberapa sineas yang namanya masuk nominasi FFI 2007 menolak dengan alasan tuntutan akan sebuah skema industri perfilman Indonesia yang kondusif masih sedang diperjuangkan.[15] Bahkan sebanyak 21 unggulan yang tergabung dalam Masyarakat Film Indonesia, memastikan tidak akan datang mengikuti acara puncak penyelenggaraan FFI 2007 di Riau.[16]
Demo mahasiswa
Elemen mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) serta BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Universitas Riau dan Universitas Islam Riau dengan tegas menolak kegiatan yang dinilai menghamburkan dana APBD Riau tahun 2007 senilai Rp 7,2 miliar karena seharusnya dapat digunakan untuk program lainnya yang terkait langsung dengan peningkatan kesejahteraan rakyat miskin di Riau. Sementara itu, panitia FFI daerah Riau merasa keberatan dengan nilai kontrak siaran langsung penyelenggaraan FFI oleh SCTV sebesar Rp 2 miliar yang harus ditanggung pemerintah provinsi. Mereka menginginkan transparansi karena tidak ada kompensasi yang didapat oleh Riau dengan membayar siaran langsung, padahal seharusnya keuntungan iklan yang masuk ke televisi swasta dalam siaran langsung tersebut menjadi keuntungan penyelenggara.[17][18] Ketua panitia FFI Pusat, Deddy Mizwar kemudian menanggapi masalah ini dengan membantah bahwa SCTV menerima pembayaran uang sebesar Rp 2 miliar tersebut.[19]
Referensi