Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Arsitektur Bali Aga

Arsitektur Bali Aga mengacu kepada arsitektur dari suku Bali Aga, suku Bali pegunungan, Indonesia. Dibandingkan dengan suku Bali dataran rendah, isolasi relatif suku Bali Aga berarti bahwa mereka lebih sedikit dipengaruhi oleh tradisi Hindu-Buddhis. Sejarah terpisah ini dapat dilihat dalam arsitektur kedaerahan Bali Aga yang menunjukkan lebih banyak kemiripan dengan tradisi Austronesia yang sama dengan banyak suku-suku Indonesia di seluruh nusantara.[1]

Tata letak desa

Tata letak desa Bali Aga dengan kompleks perumahan yang menghadap ke jalan yang besar. Setiap kompleks rumah memiliki rumah individu, masing-masing milik sebuah keluarga inti.
Bale lantang di desa Tenganan, ciri khas dari desa Bali Aga yang tidak ditemukan di tempat lain di Bali, adalah sebuah balai memanjang di mana dewan desa membahas hal ihwal masyarakat.

Tata letak desa-desa Bali Aga sama seperti dengan desa-desa orang Bali dataran rendah. Desa-desa ditata dalam kaitannya dengan poros gunung-laut kaja ("menghadap gunung") dan poros kelod ("menghadap laut"), dan jalur "pergerakan" matahari dari kangin (di mana matahari terbit, Timur) dan kauh (di mana matahari terbenam, Barat). Kompleks rumah ditata dalam sebuah poros kaja-kelod, menghadapa sebuah jalan yang besar. Setiap kompleks rumah (disebut banjaran atau pekarangan) dikelilingi oleh tembok atau pagar yang terbuat dari tanah. Kompleks-kompleks rumah ini berisi rumah-rumah milik sebuah keluarga besar.[1]

Jantung sebuah desa Bali Aga adalah rumah panjang penduduk yang disebut bale lantang (juga bale agung ("balai besar") atau bale banjar ("balai desa")), sebuah bangunan dewan suci rumah.[2] Struktur ini dibangun di atas fondasi batu bata dan berorientasi secara longitudinal pada poros menanjak-menurun. Pertemuan dewan desa diadakan di sebuah bale lantang, yang berlangsung setiap bulan baru dan purnama. Kepala rumah tangga berkumpul dan mengambil tempat mereka di dalam bale lantang sesuai urutan status sosial yang ketat, yang mengharuskan mereka untuk duduk dalam dua baris paralel sesuai urutan senioritas mereka. Anggota paling senior selalu berada di ujung menanjak (kaja) pada sisi kangin (matahari terbit).[1]

Desa-desa Bali Aga dapat ditemukan di seluruh pegunungan di sekitar Kintamani di Bali bagian tengah. Di antara desa Bali Aga yang paling terkenal adalah Tenganan di Kabupaten Karangasem.[3]

Referensi

  1. ^ a b c Reuter 1998, hlm. 38.
  2. ^ Davison 2003, hlm. 30.
  3. ^ Davison 2003, hlm. 31.

Kutipan karya

  • Davison, Julian (2003). Balinese architecture. Singapore: Tuttle Publishing. ISBN 9780794600716. 
  • Reuter, Thomas (1998). Gunawan Tjahjono, ed. Architecture:House and Compounds in the Mountains of Bali. Indonesian Heritage. 6. Singapore: Archipelago Press. ISBN 981-3018-30-5. 
Kembali kehalaman sebelumnya